(Masih) ... Khalid Nasution Point of View
Masih terlintas di benakku, ketika aku, Rav dan mamak memergoki ayah tengah bercumbu mesra dengan seorang wanita. Padahal sudah hampir satu tahun kami tak bertemu kala itu. Ayah sudah meninggalkan kami, sejak Kalila masih di dalam kandungan. Bahkan, Aku ikut mengumandangkan adzan bersama kakek di telinga Kalila ketika dia baru saja lahir ke dunia, karena ayah tak hadir di sana. Bahkan hingga saat ini, ayah belum pernah menemui Kalila.
Walaupun saat itu aku baru berusia lima tahun, aku masih bisa mengingat dengan jelas kejadian itu. Mungkin yang terekam jelas di ingatanku bukan kejadian itu. Karena berulangkali aku melihat ayah bermesraan dengan wanita lain. Ayah bahkan sudah menikah beberapa kali.
“Bang ... Jangan terlalu mengekang Lila. Tidak semua pria sebrengsek ayah.”
“Abang hanya ingin memastikan, Lila mendapatkan pria terbaik. Pria yang bukan hanya menyayanginya, tapi juga membimbingnya. Abang sebagai pengganti ayah, mempunyai kewajiban untuk itu.”
Ku lihat Rav hanya menghela napas mendengar pernyataan yang ku berikan. Biarlah dia menganggap aku seorang diktator atau apapun itu. Aku hanya mau semuanya berjalan baik-baik saja. Untuk Kalila. Dan untuk kami semua.
“Tolong lindungi Kalila. Tolong jaga mamak. Jaga rumah dan keluarga ini. Maaf Abang membagi beban ini kepada kau, Rav.”
Rav mengangguk, “aku usahakan menjaga semuanya sebaik mungkin Bang. Walau aku tau, aku tidak bisa menjaga mereka lebih baik dari Abang.”
Aku mendengar intonasi suara Rav berubah. Terdapat sedikit getaran di sana.
Masa si gila itu menangis?
Niat isengku pun muncul. Aku ingin mengerjai adik gila ku ini sebelum meninggalkannya dengan banyak beban esok hari. Aku kembali memancing dia berbicara.
“Abang yakin kau pasti bisa Rav. Maafkan Abang, selama ini Abang belum menjadi contoh yang baik buat kau dan Kalila.”
“Abang sudah menjadi Abang yang sangat baik,” jawabnya. Getaran suara Rav semakin jelas terdengar. Aku tak kuat lagi menahan rasa menggelitik di perut ini. Aku perlahan menggeser dudukku dan melongok ke arahnya yang menunduk.
“Hei, Rav ... Menangis kau ya,” ledekku. Rav terlihat kesal dan malah mengumpat ku.
“Memang manusia lakn*t kau Bang!” ucapnya seraya melemparkan bantal ke mukaku. Aku pun terkekeh karenanya. Rav masih membuang wajahnya. Sepertinya dia tengah menghapus air matanya. Aku lantas menarik lengannya agar dia menatapku. Adikku yang kini sudah duduk di kelas 2 SMA ini pun masih tetap tak mau melihat ke arahku, mungkin dia malu. Aku menatapnya sembari menahan geli.
Rav yang selalu terlihat tanpa beban. Rav yang selalu membuat seisi rumah menggelengkan kepala sekaligus tertawa dengan tingkah konyolnya, kini tengah menghapus air mata di hadapanku. Bahkan saat prosesi sungkeman ketika idul fitri, anak gila itu selalu memasang cengirannya. Tapi, kali ini dia meneteskan air mata.
Aku menepuk kedua pundaknya. Si gila itu pun menjadi terisak. Mungkin dia pikir, aku akan memberikan wejangan-wejangan lainnya. Karena begitu aku selesai berucap. Rav langsung menghempaskan kedua tanganku yang memegang pundaknya.
“Bisa menangis juga kau, Rav.”
Itulah yang aku ucapkan padanya. Aku terkikik dengan reaksinya yang menghempas tanganku.
“Abang pikir kau gak punya hati selama ini. Ternyata bisa menangis juga,” ucapku sembari terkikik-kikik. Hal itu berhasil membuat adik gilaku ini semakin kesal. Seluruh bantal yang berada di ranjang ini pun, melayang ke arahku.
***
Author Point of View
Tibalah hari di mana Khalid akan meninggalkan seluruh keluarganya untuk menempuh pendidikan strata satunya.
Hari ini Kairav dan Kalila mengantarkan kepergian Bu Alinah dan Khalid ke Bandara. Sehabis subuh mereka semua pun bersiap, karena pesawat yang ditumpangi oleh Bu Alinah dan Khalid akan terbang pada pukul 11:00 WIB, yang artinya mereka harus tiba di Bandara pada pukul 09:00 WIB.
Pagi itu jalanan sedikit lenggang. Mobil yang yang mereka tumpangi, melaju tanpa hambatan. Kalila hanya diam selama di perjalanan menuju bandara. Gadis remaja itu terus bergelayut manja pada lengan ibunya. Khalid pun sibuk menyaksikan pemandangan itu dari kaca spion.
Ah ... berat sekali rasanya hati Khalid meninggalkan dua wanita kesayangannya itu. Sejak mereka ditinggal sang ayah, Khalid langsung memosisikan diri menjadi pelindung bagi anggota keluarganya. Dia tak mau jika salah satu anggota keluarganya ada yang tersakiti. Terlebih Kalila ....
Setelah sang ayah menghilang dari hidup mereka, Khalid lah wali gadis remaja itu sekarang. Dia benar-benar menjaga Kalila.
Khalid tidak membiarkan pria manapun mendekati Kalila, selama ini. Karena Khalid takut, Kalila akan merasakan patah hati ketika putus cinta. Dia benar-benar tidak mau adik kesayangannya itu merasakan sakit walaupun sedikit. Bahkan Khalid tidak membiarkan Kalila berlatih menaiki sepeda, karena takut adiknya itu akan terjatuh.
Tak boleh ada luka segores pun yang hinggap di tubuh Kalila. Apalagi hatinya. Sebegitu lah Khalid menjaga Kalila.
Karena itulah, kepergian Khalid menjadi beban berat untuk Kairav. Putra kedua Bu Alinah ini, merasa tidak mampu menjaga Kalila seperti Khalid.
Sebenarnya dia merasa kasihan dengan Kalila yang hidupnya penuh dengan aturan dari Khalid. Dia sudah berencana akan memberikan sedikit kebebasan kepada adiknya itu. Dia akan memperbolehkan Kalila untuk banyak bergaul, terlebih dengan lawan jenis.
Tapi di sisi lain, Kairav juga takut jika nantinya Kalila akan tersakiti, dan dia akan disalahkan oleh Khalid. Bahkan dia pasti akan menyalahkan dirinya sendiri, karena tidak bisa menjaga Kalila dengan baik. Karena dia pun, tidak ingin Kalila merasakan sakit.
Kedua putra Bu Alinah itu tengah sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Pendidikan yang akan di jalani Khalid di kota hujan itu, benar-benar merubah alur hidup mereka. Khalid yang berencana untuk selalu ada di samping Kalila, kini harus meninggalkan gadis remaja itu. Harus menyerahkan tanggungjawab itu kepada Kairav.
Sementara Kairav belum terlalu yakin dengan tanggung jawab baru yang diembannya. Terlebih dia harus melepaskan impiannya untuk berkuliah di ibukota. Padahal sudah ada klub basket yang menawarkan dirinya untuk bergabung di sana dan menjadi pemain basket profesional. Namun, kepergian Khalid, membuat Kairav harus merelakan mimpinya.
Seluruh penumpang di taksi online itu, sibuk dengan pikirannya masing-masing. Namun sang sopir, terus fokus mengendarai kendaraannya, membelah jalan dengan cepat. Hingga sebelum pukul 09:00 WIB, mereka sudah tiba di sana. Di Bandar Udara Internasional Kualanamu, Deli Serdang - Sumatera Utara.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...Jangan lupa untuk selalu tekan LIKE 👍, tuliskan KOMENTAR✍️ kamu dan BERI GIFT & VOTE yaaa .......
...Jangan lupa juga untuk memberikan RATE...
...⭐⭐⭐⭐⭐ di sampul halaman depan....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
👑ᰚcᷤhᷢaⷶ👑
ampun posesif parah 😅😅
2022-05-19
2
୧⍤⃝🍑𝕸y💞🍭Gil🏹
ayaaahhh🤨🤨
2022-03-21
0
N Hayati
i sad 😥
2022-02-04
1