Bakat Tanpa Batas
(bacalah sinopsi terlebih dahulu agar paham dengan alur cerita. selamat membaca)
...****************...
Praangg....
Untuk yang kesekian kalinya lagi-lagi aku tanpa sengaja memecahkan piring.
Habislah aku.... Pasti bibi akan marah dan aku akan di pukuli oleh paman!!
“Rangga! Apa lagi yang kau lakukan kali ini? Dasar anak tidak berguna! Sudah berapa kali kau merusak barang-barang di rumah ini? Kau mau aku usir dan jadi gelandangan di luar sana?!!” Bibi bergegas masuk ke dapur segera setelah mendengar sesuatu yang pecah.
“Ma... maafkan aku....” suaraku bergetar, aku menunduk terlalu takut untuk memandang wajah bibiku yang menyeramkan.
“MAAF?? Kau pikir sudah berapa banyak piring, cangkir dan barang-barang lainnya yang sudah di rusak olehmu?!!”
Aku tidak menjawab lagi, hanya bisa pasrah dan menunduk. Gemetar.
“bersihkan pecahan belingnya dan pergi sana dari dapurku!”
“ba... baik.....” aku tidak berani membantah, meskipun aku sedang terburu-buru karna sudah hampir jam masuk sekolah.
“dasar tidak berguna!” aku masih sempat mendengar suara bibiku sebelum pindah ke ruangan lain.
Aku mengambil sapu dan serokkan untuk membersihkan pecahan beling.
“aww....” jariku tertusuk pecahan beling.
Oh ayolah.... mengapa takdir begitu kejam padaku? Kenapa aku di takdirkan sebagai orang payah?
Bahkan saat aku membersihkan pecahan beling menggunakan sapu saja, jariku masih bisa terluka.
Memang benar apa yang dikatakan bibiku... oh... ralat.... yang dikatakan semua orang, kalau aku ini ‘TIDAK BERGUNA’ bahkan bukan hanya orang lain yang heran betapa tidak bergunanya aku ini. Aku sendiri juga heran, kenapa aku sangat.. sangat.... tidak berguna. Aku ini lemah, bodoh, payah, pemalas, dan tidak bisa melalukan apapun dengan benar.
Memasak, aku hanya bisa memasak mie, itupun lebih sering mengembang atau kurang matang. Hebat kan? Mungkin aku bisa masuk rekor dunia, sebagai orang paling tidak berguna. Memikirkan rekor dunia sebagai terpayah aku malah mengingat patrik, hhh.....
Mencuci?
Sudah lusinan piring dan gelas yang aku pecahkan, sampai bibi membelikanku piring plastik. Sungguh, mengingat betapa payahnya diriku ini sampai sudah banyak barang bibi dan pamanku yang rusak karnaku, aku masih menganggap perlakuan bibi dan paman yang selalu memarahi dan memukulku itu termasuk sangat baik hati. Kalau aku jadi mereka, mungkin aku sudah lama menendang keluar orang tidak berguna sepertiku ini.
Peringkat di kelas?
Beri tepuk tangan dulu padaku.... Dari sejak kelas 1 sd, sampai kelas 2 SMA sekarang aku selalu dan tidak pernah absen dari yang namanya peringkat terakhir. Prok... prok.... prok...
Membanggakan bukan? Ya, aku tau. Sangat... sangat... membanggakan. Kebalikannya.
Bagaimana masa depanku selanjutnya ya? Padahal namaku ‘Erlangga Saputra’ seperti nama keluarga terpandang ya? Itu karna orangtuaku ingin suatu saat aku bisa mengubah hidupku yang menyedihkan ini menjadi lebih baik. Tapi nyatanya aku malah tidak berguna seperti ini. Maafkan aku ibu, maafkan aku ayah, bahkan untuk bunuh diri dan bertemu dengan kalianpun aku malu.
Oke.. oke.... aku jujur, aku malu bertemu orangtuaku dalam keadaan seperti ini dan karna... uhuk..... aku sedikit takut untuk mati. Oke. Cuma sedikit takut ko. Aku bukannya takut sakit oke.
Sesuai dugaanku, sesampainya di sekolah pintu gerbang sudah tertutup begitu rapat. Bagaimanapun aku tidak boleh bolos, kalau ketahuan paman hukumanku akan jadi double.
Aku berjalan ke sisi sekolah yang sepi, kemudian memanjat dinding. Ughh... padahal dindingnya hanya setinggi 2 meter, tapi aku bahkan kesulitan untuk memanjat. Benar-benar pecundang! akhirnya aku berhasil memanjat setelah perjuanganku selama 5 menit. Sungguh, sampai 5 menit aku memanjat dinding yang hanya setinggi 2 meter. Padahal kalau itu orang lain, tidak akan sampai semenit untuk memanjatnya.
Aku menelan ludah kering di tenggorokanku. Seketika aku merasa ragu untuk melompat turun ke dalam. Tapi setelah membayangkan pukulan keras pamanku, akhirnya akupun memutuskan untuk melompat.
Brugh...
“ughh....”
Sial!!! Kenapa selalu seperti ini? Sepertinya julukanku bertambah dengan ‘orang yang sial’ turun dari dinding setinggi 2 meter saja malah jatuh dengan suara yang lumayan keras. Apalagi kakiku terkilir. Ughh... dasar diri yang tak berguna.
Suara derap langkah makin terdengar mendekat. Aku tau, itu pasti penjaga sekolah. Tapi aku tetap duduk meringkuk di tempatku.
Kenapa? Heran melihat orang yang ketahuan penjaga sekolah tetap diam? Tentu saja karna kakiku sakit sebab terkilir. Memangnya karna apa lagi aku tetap diam disini?
“oh... ternyata kau”
Aku Cuma bisa nyengir melihat penjaga sekolah yang sudah sampai.
“mm.... pak, bisa minta tolong bantuin saya ke UKS, kaki saya sakit”
Lama penjaga sekolah menatapku. Ekpresinya sangat terlihat jelas kalau dia menatapku dengan pandangan ‘menyedihkan’. Iya.. iya.... aku tau kalau aku ini pria tidak berguna dan menyedihkan, bahkan lompat dari tembok 2 meter saja tidak bisa. Bisakah kau mengubah ekpresimu itu? Oh ayolah.... itu menyebalkan!
Setelah menatapku lama, penjaga sekolah menghela nafas dan akhirnya membantuku berjalan hingga ke ruang UKS.
“kalau sudah selesai di obati, pergi ke tengah lapangan, dan hormat pada bendera sampai jam istirahat”
“apa? Tapi pak, kaki saya lagi sakit loh”
“Cuma diam di tengah lapangan sambil hormat pada bendera tidak akan membuat kakimu patah” ucap penjaga sekolah acuh tak acuh dan langsung pergi meninggalkanku di depan UKS.
Bukankah dia terlalu kejam? Hei... aku ini pasien, masa masih di hukum. Kejam!.... atau mungkin bukan dia yang kejam, tapi dunia yang kejam padaku.
Aslinya aku ingin merengek, tapi itu terlalu memalukan. Ehem... lagipula aku ini pria dan umurku sudah 17 tahun, jadi aku harus bersikap dewasa bukan?
...****************...
Kini sudah memasuki jam ke 3 pelajaran, sekarang saatnya pelajaran kimia.
Aku sudah menyelesaikan hukumanku dengan berdiri di lapangan sambil hormat pada bendera dengan kakiku yang terkilir dan terasa kesemutan akibat berdiri terlalu lama.
Aku berjalan tertatih-tatih menuju laboratorium kimia sambil bertompang pada tembok.
Seorang gadis manis dengan rambut hitam panjangnya yang berjalan di depan dengan temannya menoleh kearahku dan menghampiriku.
“Rangga, mari biar aku bantu” gadis itu mengulurkan tangannya kearahku sambil tersenyum. ughh... bertahanlah jantungku! senyumannya sangat manis!
“t.. te.... terimakasih rana” ucapku terbata. Gugup berhadapan dengan gadis yang kusukai ini. Dia adalah gadis manis dan baik hati, tentu saja aku suka. Bukan Cuma aku, banyak pria yang juga menyukainya.
Aku menerima uluran tangannya lalu berjalan dengan di bantu di tompang olehnya.
Deg deg deg
Semoga wajahku tidak terlihat merah di hadapannya. Aku sangat gugup, sekaligus senang. Tentu saja, siapa yang tidak senang, bisa berjalan berdekatan dengan gadis yang di sukainya?
Aku merasakan tatapan menusuk dari sekitarku dan mendapati pelototan tajam para siswa lainnya. Aku tau, kalian pasti iri padaku kan? Ehem.... ternyata hidupku tidak sepenuhnya sial.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Pengguna system v.02
knapa harus *aku aku* ga sebut aja namanya thor
2024-01-23
0
Nurmiahana Nana
Thor q mampir ya...
2022-04-08
0
Scurity MT
👍302
🐾🐾🐾🐾🐾
2022-03-07
0