(bacalah sinopsi terlebih dahulu agar paham dengan alur cerita. selamat membaca)
...****************...
Praangg....
Untuk yang kesekian kalinya lagi-lagi aku tanpa sengaja memecahkan piring.
Habislah aku.... Pasti bibi akan marah dan aku akan di pukuli oleh paman!!
“Rangga! Apa lagi yang kau lakukan kali ini? Dasar anak tidak berguna! Sudah berapa kali kau merusak barang-barang di rumah ini? Kau mau aku usir dan jadi gelandangan di luar sana?!!” Bibi bergegas masuk ke dapur segera setelah mendengar sesuatu yang pecah.
“Ma... maafkan aku....” suaraku bergetar, aku menunduk terlalu takut untuk memandang wajah bibiku yang menyeramkan.
“MAAF?? Kau pikir sudah berapa banyak piring, cangkir dan barang-barang lainnya yang sudah di rusak olehmu?!!”
Aku tidak menjawab lagi, hanya bisa pasrah dan menunduk. Gemetar.
“bersihkan pecahan belingnya dan pergi sana dari dapurku!”
“ba... baik.....” aku tidak berani membantah, meskipun aku sedang terburu-buru karna sudah hampir jam masuk sekolah.
“dasar tidak berguna!” aku masih sempat mendengar suara bibiku sebelum pindah ke ruangan lain.
Aku mengambil sapu dan serokkan untuk membersihkan pecahan beling.
“aww....” jariku tertusuk pecahan beling.
Oh ayolah.... mengapa takdir begitu kejam padaku? Kenapa aku di takdirkan sebagai orang payah?
Bahkan saat aku membersihkan pecahan beling menggunakan sapu saja, jariku masih bisa terluka.
Memang benar apa yang dikatakan bibiku... oh... ralat.... yang dikatakan semua orang, kalau aku ini ‘TIDAK BERGUNA’ bahkan bukan hanya orang lain yang heran betapa tidak bergunanya aku ini. Aku sendiri juga heran, kenapa aku sangat.. sangat.... tidak berguna. Aku ini lemah, bodoh, payah, pemalas, dan tidak bisa melalukan apapun dengan benar.
Memasak, aku hanya bisa memasak mie, itupun lebih sering mengembang atau kurang matang. Hebat kan? Mungkin aku bisa masuk rekor dunia, sebagai orang paling tidak berguna. Memikirkan rekor dunia sebagai terpayah aku malah mengingat patrik, hhh.....
Mencuci?
Sudah lusinan piring dan gelas yang aku pecahkan, sampai bibi membelikanku piring plastik. Sungguh, mengingat betapa payahnya diriku ini sampai sudah banyak barang bibi dan pamanku yang rusak karnaku, aku masih menganggap perlakuan bibi dan paman yang selalu memarahi dan memukulku itu termasuk sangat baik hati. Kalau aku jadi mereka, mungkin aku sudah lama menendang keluar orang tidak berguna sepertiku ini.
Peringkat di kelas?
Beri tepuk tangan dulu padaku.... Dari sejak kelas 1 sd, sampai kelas 2 SMA sekarang aku selalu dan tidak pernah absen dari yang namanya peringkat terakhir. Prok... prok.... prok...
Membanggakan bukan? Ya, aku tau. Sangat... sangat... membanggakan. Kebalikannya.
Bagaimana masa depanku selanjutnya ya? Padahal namaku ‘Erlangga Saputra’ seperti nama keluarga terpandang ya? Itu karna orangtuaku ingin suatu saat aku bisa mengubah hidupku yang menyedihkan ini menjadi lebih baik. Tapi nyatanya aku malah tidak berguna seperti ini. Maafkan aku ibu, maafkan aku ayah, bahkan untuk bunuh diri dan bertemu dengan kalianpun aku malu.
Oke.. oke.... aku jujur, aku malu bertemu orangtuaku dalam keadaan seperti ini dan karna... uhuk..... aku sedikit takut untuk mati. Oke. Cuma sedikit takut ko. Aku bukannya takut sakit oke.
Sesuai dugaanku, sesampainya di sekolah pintu gerbang sudah tertutup begitu rapat. Bagaimanapun aku tidak boleh bolos, kalau ketahuan paman hukumanku akan jadi double.
Aku berjalan ke sisi sekolah yang sepi, kemudian memanjat dinding. Ughh... padahal dindingnya hanya setinggi 2 meter, tapi aku bahkan kesulitan untuk memanjat. Benar-benar pecundang! akhirnya aku berhasil memanjat setelah perjuanganku selama 5 menit. Sungguh, sampai 5 menit aku memanjat dinding yang hanya setinggi 2 meter. Padahal kalau itu orang lain, tidak akan sampai semenit untuk memanjatnya.
Aku menelan ludah kering di tenggorokanku. Seketika aku merasa ragu untuk melompat turun ke dalam. Tapi setelah membayangkan pukulan keras pamanku, akhirnya akupun memutuskan untuk melompat.
Brugh...
“ughh....”
Sial!!! Kenapa selalu seperti ini? Sepertinya julukanku bertambah dengan ‘orang yang sial’ turun dari dinding setinggi 2 meter saja malah jatuh dengan suara yang lumayan keras. Apalagi kakiku terkilir. Ughh... dasar diri yang tak berguna.
Suara derap langkah makin terdengar mendekat. Aku tau, itu pasti penjaga sekolah. Tapi aku tetap duduk meringkuk di tempatku.
Kenapa? Heran melihat orang yang ketahuan penjaga sekolah tetap diam? Tentu saja karna kakiku sakit sebab terkilir. Memangnya karna apa lagi aku tetap diam disini?
“oh... ternyata kau”
Aku Cuma bisa nyengir melihat penjaga sekolah yang sudah sampai.
“mm.... pak, bisa minta tolong bantuin saya ke UKS, kaki saya sakit”
Lama penjaga sekolah menatapku. Ekpresinya sangat terlihat jelas kalau dia menatapku dengan pandangan ‘menyedihkan’. Iya.. iya.... aku tau kalau aku ini pria tidak berguna dan menyedihkan, bahkan lompat dari tembok 2 meter saja tidak bisa. Bisakah kau mengubah ekpresimu itu? Oh ayolah.... itu menyebalkan!
Setelah menatapku lama, penjaga sekolah menghela nafas dan akhirnya membantuku berjalan hingga ke ruang UKS.
“kalau sudah selesai di obati, pergi ke tengah lapangan, dan hormat pada bendera sampai jam istirahat”
“apa? Tapi pak, kaki saya lagi sakit loh”
“Cuma diam di tengah lapangan sambil hormat pada bendera tidak akan membuat kakimu patah” ucap penjaga sekolah acuh tak acuh dan langsung pergi meninggalkanku di depan UKS.
Bukankah dia terlalu kejam? Hei... aku ini pasien, masa masih di hukum. Kejam!.... atau mungkin bukan dia yang kejam, tapi dunia yang kejam padaku.
Aslinya aku ingin merengek, tapi itu terlalu memalukan. Ehem... lagipula aku ini pria dan umurku sudah 17 tahun, jadi aku harus bersikap dewasa bukan?
...****************...
Kini sudah memasuki jam ke 3 pelajaran, sekarang saatnya pelajaran kimia.
Aku sudah menyelesaikan hukumanku dengan berdiri di lapangan sambil hormat pada bendera dengan kakiku yang terkilir dan terasa kesemutan akibat berdiri terlalu lama.
Aku berjalan tertatih-tatih menuju laboratorium kimia sambil bertompang pada tembok.
Seorang gadis manis dengan rambut hitam panjangnya yang berjalan di depan dengan temannya menoleh kearahku dan menghampiriku.
“Rangga, mari biar aku bantu” gadis itu mengulurkan tangannya kearahku sambil tersenyum. ughh... bertahanlah jantungku! senyumannya sangat manis!
“t.. te.... terimakasih rana” ucapku terbata. Gugup berhadapan dengan gadis yang kusukai ini. Dia adalah gadis manis dan baik hati, tentu saja aku suka. Bukan Cuma aku, banyak pria yang juga menyukainya.
Aku menerima uluran tangannya lalu berjalan dengan di bantu di tompang olehnya.
Deg deg deg
Semoga wajahku tidak terlihat merah di hadapannya. Aku sangat gugup, sekaligus senang. Tentu saja, siapa yang tidak senang, bisa berjalan berdekatan dengan gadis yang di sukainya?
Aku merasakan tatapan menusuk dari sekitarku dan mendapati pelototan tajam para siswa lainnya. Aku tau, kalian pasti iri padaku kan? Ehem.... ternyata hidupku tidak sepenuhnya sial.
Di ruang laboratorium, semua murid mendegarkan penjelasan profesor dengan seksama sambil mulai mempraktekan apa yang sudah di jelaskan.
Aku yang sedang melamun tanpa sengaja melihat temanku sedang menggoyang-goyangkan botol kaca di tangannya.
Heh??... itu lagi buat apa? Aku segera tersadar dari lamunanku dan terkejut. Profesor tadi ngejelasin apa? Aku harus buat apa? Dan bagaimana cara membuatnya? Haduh.... aku sama sekali tidak menyimak penjelasan profesor dari awal, karna terlalu senang bisa di bantu rana berjalan tadi, hingga aku melamun sepanjang penjelasan.
Tapi sekarang, tamatlah riwayatku! Bahkan aku tidak tau satupun bahan yang harus ku pakai apa?
Profesor mulai meneliti dan menilai hasil karya siswa dan siswi lain satu persatu. Sambil melangkah dengan aura khasnya yang berwibawa.
Dengan panik aku mulai mencampurkan macam-macam cairan yang entah apa namanya. Pokoknya aku harus membuat sesuatu! Meski keluar dari penjelasan profesor.
Aku menatap ramuan dalam botol kaca. “Ok, akhirnya aku sudah punya hasil karyaku” kataku dengan bangga. Aku berbalik untuk meletakan hasil praktek asal-asalanku yang membanggakan (?) Ini.
Tapi tanpa sengaja malah menyenggol seseorang dan membuat cairan kimiaku mengenai jari kirinya.
“AAAAAAaaaaaaa.......” teriak orang itu, keras sekali. Sampai semua orang menoleh melihatnya. “RANGGA, DASAR BODOH!! LARUTAN APA YANG KAU BUAT? APA KAU INGIN MEMBUNUH ORANG??” bentaknya kasar.
Aku menengadah dan mendapati pria dengan rambut pirang dengan mata bewarna birunya yang tajam seperti elang. Dia menatapku seolah ingin mengulitiku hidup-hidup. “ada apa dengannya? Padahal kan aku Cuma tidak sengaja menabraknya?” batinku heran.
Yah... mungkin seharusnya aku tidak perlu heran, karna dari dulu dia memang membenciku karna aku yang super bodoh, pemalas, dan tidak berguna ini. Tapi tetap saja. Hei, aku Cuma menabrakmu, itu tidak akan menyebabkan kematian. Lebay sekali dia.
Anak itu menatapku dengan pandangan menyelidik, kemudian tersenyum. Tapi sungguh, di mataku senyuman itu seperti senyuman iblis yang sedang mengejek. “aha! Aku tau, kau pasti tidak sadar dengan kesalahan yang kau perbuatkan?” dia mengangkat tangannya dan memperlihatkan jari kirinya yang mulai melepuh seperti tersiram air panas.
Mataku langsung membulat begitu aku melihatnya. APA YANG SUDAH AKU LAKUKAN???!!! GAWAT! GAWAT! GAWAT! Bagaimana ini? Dia adalah William Hermantono, dia merupakan anak sultan! Maksudku anak orang kaya! Entah terkaya keberapa, aku tidak tau. Tapi yang pasti, dari yang aku dengar uang sakunya dalam sehari itu 1 juta!!! Sangat cocok di sebut anak sultan! Kalau orangtuanya tau anaknya jadi seperti ini karnaku, sudah dapat di pastikan. Penjaralah akhiranku. Meskipun yang terluka hanya jari manis dan jari kelingkingnya, tetap saja, pasti aku akan berakhir di penjara.
“ma.... maa... maafkan.... aku..” aku mencoba untuk meraih tangannya, untuk mengobatinya. Pikiranku seketika kosong. Oh ayolah... aku ini sudah bodoh, di tambah pikiranku yang mendadak kosong melompong, jadi seberapa bodoh lagi aku?
Dia menepis tanganku dengan kasar. “jangan di sentuh! Dasar bodoh!!”
Perkataannya sama sekali tidak masuk telingaku. Pikiranku kosong. Yang kupikirkan kali ini hanyalah bagaimana cara menyembuhkannya agar aku tidak berakhir di penjara. Aku Cuma ingin hidup tenang dan damai!!
Aku terus berusaha meraih tangannya, meski dia terus menolak dan teman-teman yang lain berusaha menghentikanku. Aku tidak bisa mendengar teriakan teman-temanku yang mengatakan sesuatu. Pikiranku benar-benar kacau dan kosong. Mataku gelap hanya tertuju pada jari William yang terluka, berusaha untuk menangkapnya. Bahkan aku tidak memperhatikan tatapan William yang berubah panik.
Aku akhirnya berhasil meraih tangannya. Tepat di bagian yang terluka. Benar sekali, tepat di bagian yang terluka! Hingga membuat William kembali menjerit kesakitan.
“SUDAH KU BILANG, JANGAN SENTUH!!” William yang akhirnya naik pitam meraih sesuatu dari sakunya dan melemparnya tepat di wajahku.
Itu adalah botol kecil seukuran jari telunjuk, saat mengenai wajahku botol itu pecah dan air di dalamnya tumpah ke wajahku. beberapa tetes airnya mengalir dari pipi dan masuk ke dalam mulutku hingga tanpa sengaja tertelan.
“ughh.... apa ini?” aku terhuyung mundur dua langkah sambil memegang kepalaku. Seketika aku langsung tersadar dari perbuatanku, namun perlahan pengelihatanku mulai menggelap.
Aku menyipitkan mataku, mencoba menjernihkan mataku untuk melihat teman-temanku, namun mereka benar-benar terlihat blur. Bahkan aku tidak tau yang mana William, meskipun warna rambutnya lain sendiri, dan yang paling terang. Aku meraih perutku dan menutup mulutku “ugh... rasa air yang... meng... e.. ri..ka”
Brugh....
Seketika aku terjatuh, tidak kuat lagi dengan rasa air yang tertelan tadi. Entah saat aku jatuh tadi ada yang menolongku atau tidak. Aku tidak tau. Tentu saja, karna aku sudah pingsan.
...****************...
Gelap.
Aku tidak bisa melihat apapun, bahkan sepertinya aku juga tidak dapat merasakan apa-apa.
“Anak bodoh! Mau sampai kapan kau tertidur! Kulit wajahmu Cuma terluka kecil kena beling! Cuma luka kecil ini kenapa kau sampai koma seperti ini bodoh!!!”
Wah.... ternyata aku masih bisa mendengar, tapi kenapa yang pertama kali ku dengar malah suara kakak sepupuku ‘Siska’ yang cerewet ini?
Eh... ngomong-ngomong apa katanya tadi? Koma?? Masa aku koma? Ah... paling ini Cuma candaan Siska saja seperti biasanya. Paling aku Cuma pingsan. Tidak mungkin aku koma, wajahku bahkan sama sekali tidak terasa panas atau terbakar. Cuma terasa sedikit sakit di area yang terluka terbentur botol kaca.
Aku mulai merasakan ada yang mengguncang tanganku, dan sepertinya... ada tetesan air yang hangat jatuh ke kulitku. Apa itu??
Perlahan aku membuka mataku untuk membiasakan pengelihatanku dengan cahaya yang masuk dalam retina. Dan kudapati Siska yang menatapku tidak percaya dengan air mata berlinang dan ingus yang meler. JOROK!!!
Melihatku tersadar, Siska langsung memelukku erat sambil menangis. “anak bodoh! Kenapa kau koma lama sekali?”
Aku mencoba menjauhkannya dari badanku “kak, bersihin dulu itu ingusnya! Jorok tau! Awas kalau kena bajuku!” meski aku pemalas, tapi aku tidak suka sesuatu yang jorok seperti ingus. Ewww...
Siska menjitakku ringan. “sudah bagus aku menghawatirkanmu anak bodoh!” dia menepuk dahinya “oh iya, aku harus bilang ke dokter kalau kau sudah bangun!”setelah mengatakan itu, dia langsung melesat berlari keluar.
Aku memperhatikan siska yang berlari keluar, kemudian terduduk saat bayangan Siska sudah hilang dari pandanganku.
Eh... tunggu dulu... apa ini? Aku melihat tangan kiriku yang di infus, dan apa ini? Aku melepas sesuatu yang mirip alat pernafasan. Wah... wah.... kak Siska niat sekali ngerjain aku pake beginian.
Aku melihat sekeliling. “ruangan yang cukup luas” gumamku. Eh.... tunggu dulu. Ini dimana?? Ini bukan UKS sekolah! Aku kembali melihat sekeliling. Ini sepertinya rumah sakit. Tapi kenapa Cuma ada 1 kasur di ruangan ini? Seperti kamar VIP untuk orang kaya saja. Aku memegang dahiku. “mungkin aku masih pingsan dan sedang bermimpi”
wah.. wah.... aku memang pernah mendambakan kehidupan kaya seperti sultan, tapi aku tidak menyangka akan bermimpi di rawat di ruangan VIP hanya karna pingsan.
aku tersenyum. Mungkin aku harus menikmati mimpi ini dulu.
Pintu terbuka. Siska masuk bersama seorang dokter yang cantik.
Wah... ini benar-benar mimpi yang indah! Semoga tidak ada yang membangunkanku, supaya aku bisa menikmati semua mimpi menyenangkan ini.
Dokter itu sedikit terkejut saat melihatku, kemudian bergegas ke arahku dan mulai memeriksaku. “hmm.... sudah ku periksa beberapa kali. Bahkan sampai kau bangun aku tidak menemukan sesuatu yang aneh dalam tubuhmu. Kau jelas-jelas sehat. Tapi kenapa kau bisa koma ya?” dokter itu meletakan tangannya di dagu, seperti sedang berfikir.
“entah, aku juga tidak tau” jawabku asal. Mencoba mengikuti alur mimpiku.
Dokter kembali memeriksa keadaanku sekali lagi. “dari kondisimu sebenarnya baik-baik saja. Dan kau sudah boleh pulang, tapi kau bisa tinggal sementara waktu disini untuk memastikan sekali lagi, takut tiba-tiba ada gejala aneh pada tubuhmu. Dan tiba-tiba jatuh koma lagi”
“ah.... terimakasih dokter, memang lebih baik aku tetap disi.....” mulutku di tutup tangan Siska
“Dok, apa benar sepupu saya bisa pulang sekarang?”
“kalau di lihat dari keadaannya yang baik-baik saja, bahkan sehat dan bugar meskipun baru terbangun dari koma, dia boleh pulang. Tapi saran saya, lebih baik dia tetap menginap dulu semalam atau dua hari”
“hah? Kenapa tidak disini saja dulu sih kak? Aku ini pasien loh.”
“tidak boleh!! Kau harus pulang sekarang! Kau sudah koma sebulan, apalagi besok kau ujian semester!”
Wah... wah.... mimpi ini benar-benar terlihat sangat nyata. “baiklah... baiklah.... aku akan pulang” lebih baik aku terus mengikuti arus mimpi ini saja dulu.
...****************...
Di rumah paman.
Aku membeku di tempat, saat melihat paman dan bibiku seperti sedang duduk menunggu kedatanganku di sofa. Apakah aku akan di marahi di dalam mimpiku ini?
Paman bangkit berdiri dan berjalan kearahku. Aku hanya bisa menelan ludah. Gugup. Paman diam tepat di depanku, menatapku lama kemudian memelukku tiba-tiba. “syukurlah kau baik-baik saja, dasar bodoh! Kenapa kau bisa sampai koma hanya karna luka kecil? kenapa kau ini lemah sekali Rangga”
Aku bisa mendengar paman sedikit terisak. Hah? Paman menangis untukku? Karnaku?? Wah.... bukankah ini benar-benar keajaiban! Mimpi ini terlalu hebat! Dan aku semakin yakin, kalau aku pasti masih bermimpi. Rasanya aku tidak ingin bangun dari mimpi ini. Soalnya kalau aku bangun dari pingsanku, aku pasti akan mendapatkan 3 hukuman dari paman
-memecahkan gelas
-Terlambat kesekolah
-melukai teman sekelas.
“a.... aku... aku baik-baik saja.” He? Aku ini bicara apa sih? Otakku tiba-tiba kacau melihat perlakuan pamanku ini, sampai tidak tau harus berkata apa.
“kau pasti lelah. Istirahatlah dulu di kamarmu” kata bibiku menepuk bahuku ringan yang entah sejak kapan ada di sampingku.
“baik! Terimakasih!” ucapku bersemangat.
Wow... ini benar-benar mimpi yang indah! Andai di beri pilihan, aku tidak ingin bangun dari mimpiku ini.
Hidupku sudah seperti ada di surga, tidak ada omelan bibi dan pamanku, juga tidak ada yang menyuruhku mengerjakan ini itu. Bahkan makan malamku di bawakan ke kamar dan di suapi oleh Siska.
Apakah aslinya aku tidak pingsan? Apakah aku sudah mati dan berada di surga? Ini benar-benar menyenangkan! Ha... ha... ha..... dalam hati, aku tertawa gembira.
...****************...
Keesokan harinya aku bangun dari tidurku. Dan seketika aku menjadi panik. “apakah aku sudah bangun dari pingsanku? Dan di bawa ke kamarku?” aku melirik ke jam dinding. Pukul 06.00. Lebih baik aku bersiap-siap berangkat sekolah. Takutnya aku sudah bangun dari mimpiku. Kalau aku bangun pagi dan sudah siap sekolah, paman pasti tidak akan menghukumkukan?
Aku mengendap-endap berjinjit menuju dapur dan mengintip dari balik pintu, melihat paman yang sedang duduk santai di depan meja makan, dan bibiku yang sedang menyiapkan makanan.
“Sedang apa kau?” Siska menepuk bahuku dan membuatku tersentak. “tumben kau sudah rapi dan siap, biasanya aku harus kekamarmu dulu sambil teriak-teriak”
“he... hee......” aku Cuma bisa nyengir dan menggaruk pipiku yang tidak gatal.
“Rangga, kau sudah bangun?” Paman melipat korannya setelah mendapati keberadaanku. Menatapku sejenak, lalu bertanya “apa kau yakin ingin pergi kesekolah? Bukankah kau baru bangun dari komamu? Apa kau tidak ingin beristirahat lagi?”
Wew... congrats untukku... sepertinya aku masih dalam mimpiku dan belum bangun. Perlakuan Pamanku masih baik! “iya Paman, aku sudah tidak sabar untuk kesekolah” aku bohong, tentu saja aku malas bersekolah! Tapi demi menyenangkan pamanku, meskipun di dalam mimpi, ya bukan masalah. “lagi pula, seperti yang paman lihat, aku sudah sangat sehat!”
Dan satu lagi yang membuatku yakin kalau aku sedang bermimpi adalah ‘tidak mungkin orang yang baru bangun dari koma 1 bulan langsung sehat tanpa merasa lemah dan pusing sekalipun. Iya kan? aku termenung sejenak.
Eh.... tentang kesehatan aku tau dari mana ya? Hmm... sudahlah.. abaikan saja, aku lupa.
“kalau begitu ayo sarapan dulu” Bibi membawa piring dan meletakkannya di atas meja. “hari ini Pamanmu akan mengantarmu ke sekolah dan menjemputmu pulang nanti. supaya kau tidak kelelahan”
Surga untukku!!.....
“Baik Bibi!!” aku benar-benar senang. Semoga saja aku tidak pernah bangun!!! Aku berlari kecil ke meja makan dan melahap sarapanku dengan senyuman lebar.
BENAR-BENAR MIMPI YANG INDAH!!!
...****************...
Sesampainya di sekolah, setelah berpamitan pada Paman, aku langsung menuju ruang kelasku. Teman-teman sekelasku yang sudah datang lebih awal menatapku sekilas dan kembali sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. tidak terlalu peduli meskipun aku baru bangun dari koma. begitulah kisahku dalam mimpiku ini.
Ada yang sibuk belajar, membuat contekkan, bahkan ada juga yang tiduran, seolah tidak peduli kalau sekarang UTS.
Dan juga aku tidak punya teman dekat. karna itu, tidak ada satupun yang peduli aku masuk swkolah atau tidam. Mungkin karna aku bodoh dan tidak berguna, jadi mereka enggan untuk berteman denganku. padahal ini cuma mimpi, tapi sikap mereka masih sama padaku
Kalau aku sendiri bagaimana? Tidak belajar? Tentu saja aku tidak peduli, karna ini Cuma mimpi indahku.
Aku duduk bersandar, merebahkan tubuhku di bangkuku hingga aku melihat William yang baru datang di depan pintu menatapku sejenak, lalu berjalan dan duduk di bangkunya kemudian membuka buku. Belajar.
Aku melirik ke William, untuk memeriksa bagaimana keadaan jarinya. Dia memakai sarung tangan hitam, Seperti sarung tangan yang suka di pakai para mafia di film-film. Ah lupakan! Lagi pula ini Cuma mimpi, kalau ini nyata, William pasti akan marah-marah padaku dan memasukkanku ke penjara, karna melukai jarinya.
Bel berbunyi menandakan jam masuk pertama.
Bu Rosa mendorong pintu dan masuk ke dalam kelas, dengan tumpukkan lembaran kertas di lengannya. Dia adalah guru MTK yang terkenal killer! Benar-benar berbeda jauh sifat dengan wajahnya yang terlihat cantik dan anggun itu!
Bu Rosa meletakkan tumpukkan soal di mejanya dan memandang para murid dengan tatapan tajam. “jika ada yang ketahuan menyontek, ibu tidak akan segan-segan untuk merobek lembar kertas kalian. MENGERTI?” meskipun dalam mimpi, termyata dia masih jadi guru yang garang. Ckckck.... sayang sekali.
Seketika semua murid meneguk ludah pahit. “baik, kami mengerti”
“Dan untukmu Rangga" bu Rosa menatapku tajam "aku tetap tidak akan memberi kelonggaran padamu, meski kau baru sembuh. FAHAM?”
“Siap bu guru” jawabku santai. Kenapa harus panik? Lagipula ini hanya mimpi. Jadi jalani saja. He.. he....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!