Di ruang laboratorium, semua murid mendegarkan penjelasan profesor dengan seksama sambil mulai mempraktekan apa yang sudah di jelaskan.
Aku yang sedang melamun tanpa sengaja melihat temanku sedang menggoyang-goyangkan botol kaca di tangannya.
Heh??... itu lagi buat apa? Aku segera tersadar dari lamunanku dan terkejut. Profesor tadi ngejelasin apa? Aku harus buat apa? Dan bagaimana cara membuatnya? Haduh.... aku sama sekali tidak menyimak penjelasan profesor dari awal, karna terlalu senang bisa di bantu rana berjalan tadi, hingga aku melamun sepanjang penjelasan.
Tapi sekarang, tamatlah riwayatku! Bahkan aku tidak tau satupun bahan yang harus ku pakai apa?
Profesor mulai meneliti dan menilai hasil karya siswa dan siswi lain satu persatu. Sambil melangkah dengan aura khasnya yang berwibawa.
Dengan panik aku mulai mencampurkan macam-macam cairan yang entah apa namanya. Pokoknya aku harus membuat sesuatu! Meski keluar dari penjelasan profesor.
Aku menatap ramuan dalam botol kaca. “Ok, akhirnya aku sudah punya hasil karyaku” kataku dengan bangga. Aku berbalik untuk meletakan hasil praktek asal-asalanku yang membanggakan (?) Ini.
Tapi tanpa sengaja malah menyenggol seseorang dan membuat cairan kimiaku mengenai jari kirinya.
“AAAAAAaaaaaaa.......” teriak orang itu, keras sekali. Sampai semua orang menoleh melihatnya. “RANGGA, DASAR BODOH!! LARUTAN APA YANG KAU BUAT? APA KAU INGIN MEMBUNUH ORANG??” bentaknya kasar.
Aku menengadah dan mendapati pria dengan rambut pirang dengan mata bewarna birunya yang tajam seperti elang. Dia menatapku seolah ingin mengulitiku hidup-hidup. “ada apa dengannya? Padahal kan aku Cuma tidak sengaja menabraknya?” batinku heran.
Yah... mungkin seharusnya aku tidak perlu heran, karna dari dulu dia memang membenciku karna aku yang super bodoh, pemalas, dan tidak berguna ini. Tapi tetap saja. Hei, aku Cuma menabrakmu, itu tidak akan menyebabkan kematian. Lebay sekali dia.
Anak itu menatapku dengan pandangan menyelidik, kemudian tersenyum. Tapi sungguh, di mataku senyuman itu seperti senyuman iblis yang sedang mengejek. “aha! Aku tau, kau pasti tidak sadar dengan kesalahan yang kau perbuatkan?” dia mengangkat tangannya dan memperlihatkan jari kirinya yang mulai melepuh seperti tersiram air panas.
Mataku langsung membulat begitu aku melihatnya. APA YANG SUDAH AKU LAKUKAN???!!! GAWAT! GAWAT! GAWAT! Bagaimana ini? Dia adalah William Hermantono, dia merupakan anak sultan! Maksudku anak orang kaya! Entah terkaya keberapa, aku tidak tau. Tapi yang pasti, dari yang aku dengar uang sakunya dalam sehari itu 1 juta!!! Sangat cocok di sebut anak sultan! Kalau orangtuanya tau anaknya jadi seperti ini karnaku, sudah dapat di pastikan. Penjaralah akhiranku. Meskipun yang terluka hanya jari manis dan jari kelingkingnya, tetap saja, pasti aku akan berakhir di penjara.
“ma.... maa... maafkan.... aku..” aku mencoba untuk meraih tangannya, untuk mengobatinya. Pikiranku seketika kosong. Oh ayolah... aku ini sudah bodoh, di tambah pikiranku yang mendadak kosong melompong, jadi seberapa bodoh lagi aku?
Dia menepis tanganku dengan kasar. “jangan di sentuh! Dasar bodoh!!”
Perkataannya sama sekali tidak masuk telingaku. Pikiranku kosong. Yang kupikirkan kali ini hanyalah bagaimana cara menyembuhkannya agar aku tidak berakhir di penjara. Aku Cuma ingin hidup tenang dan damai!!
Aku terus berusaha meraih tangannya, meski dia terus menolak dan teman-teman yang lain berusaha menghentikanku. Aku tidak bisa mendengar teriakan teman-temanku yang mengatakan sesuatu. Pikiranku benar-benar kacau dan kosong. Mataku gelap hanya tertuju pada jari William yang terluka, berusaha untuk menangkapnya. Bahkan aku tidak memperhatikan tatapan William yang berubah panik.
Aku akhirnya berhasil meraih tangannya. Tepat di bagian yang terluka. Benar sekali, tepat di bagian yang terluka! Hingga membuat William kembali menjerit kesakitan.
“SUDAH KU BILANG, JANGAN SENTUH!!” William yang akhirnya naik pitam meraih sesuatu dari sakunya dan melemparnya tepat di wajahku.
Itu adalah botol kecil seukuran jari telunjuk, saat mengenai wajahku botol itu pecah dan air di dalamnya tumpah ke wajahku. beberapa tetes airnya mengalir dari pipi dan masuk ke dalam mulutku hingga tanpa sengaja tertelan.
“ughh.... apa ini?” aku terhuyung mundur dua langkah sambil memegang kepalaku. Seketika aku langsung tersadar dari perbuatanku, namun perlahan pengelihatanku mulai menggelap.
Aku menyipitkan mataku, mencoba menjernihkan mataku untuk melihat teman-temanku, namun mereka benar-benar terlihat blur. Bahkan aku tidak tau yang mana William, meskipun warna rambutnya lain sendiri, dan yang paling terang. Aku meraih perutku dan menutup mulutku “ugh... rasa air yang... meng... e.. ri..ka”
Brugh....
Seketika aku terjatuh, tidak kuat lagi dengan rasa air yang tertelan tadi. Entah saat aku jatuh tadi ada yang menolongku atau tidak. Aku tidak tau. Tentu saja, karna aku sudah pingsan.
...****************...
Gelap.
Aku tidak bisa melihat apapun, bahkan sepertinya aku juga tidak dapat merasakan apa-apa.
“Anak bodoh! Mau sampai kapan kau tertidur! Kulit wajahmu Cuma terluka kecil kena beling! Cuma luka kecil ini kenapa kau sampai koma seperti ini bodoh!!!”
Wah.... ternyata aku masih bisa mendengar, tapi kenapa yang pertama kali ku dengar malah suara kakak sepupuku ‘Siska’ yang cerewet ini?
Eh... ngomong-ngomong apa katanya tadi? Koma?? Masa aku koma? Ah... paling ini Cuma candaan Siska saja seperti biasanya. Paling aku Cuma pingsan. Tidak mungkin aku koma, wajahku bahkan sama sekali tidak terasa panas atau terbakar. Cuma terasa sedikit sakit di area yang terluka terbentur botol kaca.
Aku mulai merasakan ada yang mengguncang tanganku, dan sepertinya... ada tetesan air yang hangat jatuh ke kulitku. Apa itu??
Perlahan aku membuka mataku untuk membiasakan pengelihatanku dengan cahaya yang masuk dalam retina. Dan kudapati Siska yang menatapku tidak percaya dengan air mata berlinang dan ingus yang meler. JOROK!!!
Melihatku tersadar, Siska langsung memelukku erat sambil menangis. “anak bodoh! Kenapa kau koma lama sekali?”
Aku mencoba menjauhkannya dari badanku “kak, bersihin dulu itu ingusnya! Jorok tau! Awas kalau kena bajuku!” meski aku pemalas, tapi aku tidak suka sesuatu yang jorok seperti ingus. Ewww...
Siska menjitakku ringan. “sudah bagus aku menghawatirkanmu anak bodoh!” dia menepuk dahinya “oh iya, aku harus bilang ke dokter kalau kau sudah bangun!”setelah mengatakan itu, dia langsung melesat berlari keluar.
Aku memperhatikan siska yang berlari keluar, kemudian terduduk saat bayangan Siska sudah hilang dari pandanganku.
Eh... tunggu dulu... apa ini? Aku melihat tangan kiriku yang di infus, dan apa ini? Aku melepas sesuatu yang mirip alat pernafasan. Wah... wah.... kak Siska niat sekali ngerjain aku pake beginian.
Aku melihat sekeliling. “ruangan yang cukup luas” gumamku. Eh.... tunggu dulu. Ini dimana?? Ini bukan UKS sekolah! Aku kembali melihat sekeliling. Ini sepertinya rumah sakit. Tapi kenapa Cuma ada 1 kasur di ruangan ini? Seperti kamar VIP untuk orang kaya saja. Aku memegang dahiku. “mungkin aku masih pingsan dan sedang bermimpi”
wah.. wah.... aku memang pernah mendambakan kehidupan kaya seperti sultan, tapi aku tidak menyangka akan bermimpi di rawat di ruangan VIP hanya karna pingsan.
aku tersenyum. Mungkin aku harus menikmati mimpi ini dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Sang M
sontoloyo...dancookk lu.... goblok...
2023-10-26
0
Scurity MT
294
2022-03-07
1
Trisnajati Nuswantoro
air keras..kah
2022-02-28
0