Terjebak Masa Lalu
Raisa melambaikan tangannya saat melihat papa dan mamanya juga sedang melihat ke arahnya. Rona bahagia tampak jelas terpancar di wajah cantik Raisa. Ya,Raisa baru saja menyelesaikan pendidikannya,mendapatkan gelar sarjananya di negeri seberang. Setelah 3,5 tahun lamanya Raisa berjauhan dari keluarga,kini ia telah kembali.
Raisa melangkahkan kakinya lebar-lebar sambil menenteng sebuah koper besar di tangannya. Tapi kaki Raisa seolah ingin berjalan mundur tatkala melihat sosok laki-laki yang sudah tak asing lagi dalam ingatannya.
"Rama" Tentu Raisa masih mengingat jelas wajah laki-laki yang sudah melewati malam penuh dosa itu bersamanya beberapa tahun yang lalu
"Kenapa dia ada disini bersama papa dan mama? Lalu siapa wanita itu ?" Raisa menoleh pada wanita paruh baya yang juga berdiri di samping Rama
"Setelah kejadian itu,bahkan aku tak berharap bisa melihat wajahnya lagi" Langkah Raisa semakin pelan. Kakinya seolah kehilangan tenanganya dan tak mampu ia gerakkan lagi. Tapi kaki yang bergerak lemah itu pun sampai juga di hadapan papa dan mamanya,termasuk Rama dan wanita yang entah itu siapa. Raisa tak mengenalnya.
"Selamat ya nak,akhirnya kamu kembali dengan keberhasilan" Hendrawan dan Rianti memeluk puteri mereka secara bergantian
"Selamat atas kelulusan kamu" Rama pun membuka suaranya. Memberikan senyuman penuh arti dan memasang wajah tanpa dosa,seolah tak pernah terjadi apa-apa diantara mereka
Raisa membatu. Wajahnya pun seketika berubah menjadi pucat. Raisa tak sanggup menatap wajah Rama. Melihat wajah laki-laki itu,seperti melihat dosanya sendiri.
"Selamat ya nak" Tanpa memperkenalkan dirinya terlebih dahulu,wanita yang diperkirakan berusia hampir setengah abad itu juga tak kalah memberikan ucapan selamat pada Raisa. Menepuk pundak Raisa seolah sudah kenal dekat padahal ini kali pertamanya mereka bertemu. Wanita itu bernama Sarah,ibu dari Rama.
Raisa menatap wajahnya sebentar sambil melempar senyum yang terkesan dibuat-buat. Raisa tidak tertarik untuk menyapanya balik karena Raisa memang tidak mengenalnya.
"Ternyata calon Rama sangatlah cantik" Imbuhnya sambil tersenyum kembali
Membuat Raisa kian bingung saja.
"Pa,Ma. Bisa kita pulang sekarang?" Raisa sedikit menarik tangan Hendrawan dan Rianti seolah dia ingin segera menyingkir dari sana
"Sa,sebelum kita pulang Rama dan ibunya mengajak kita makan malam,sekalian merayakan keberhasilan kamu" Ucap Rianti
"Apa! Makan malam? Merayakan keberhasilan,bersama Rama dan ibunya?" Raisa semakin penasaran. Dia justru ingin segera pulang agar segala macam pertanyaan yang sudah mengantri di otaknya segera terjawab
"Tapi ma..." Rengekan Raisa hanya direspon kedipan mata oleh Rianti. Itu artinya dia harus menurut,begitu yang Raisa tangkap
Tak ingin berdebat di tempat umum,Raisa pun memilih untuk mengalah.
Rama yang masih setia disana,akhirnya membimbing mereka untuk masuk ke dalam mobil.
"Mobil kita...?" Raisa bingung melihat empat orang yang sudah menyambutnya tadi masuk ke mobil yang sama
"Kami di jemput oleh Rama tadi" Ujar Hendrawan memberitahu
Semua masuk ke dalam mobil menyisakan Raisa yang masih mematung disana. Dan mau tidak mau Raisa harus duduk di bangku yang tersisa,yaitu duduk di depan bersama Rama.
"Sepertinya banyak hal yang sudah aku lewatkan selama beberapa tahun terakhir" Batin Raisa
Rama kemudian melajukan mobilnya ke luar dari Bandara. Suasana tampak hening dari keduanya. Rama maupun Raisa sama-sama terdiam,tidak seperti yang terjadi di bangku belakang. Orangtua dari keduanya terlihat begitu akrab dan mengobrol banyak hal. Tanpa terasa mobil pun sampai di sebuah restoran.
Berbagai menu makan malam terhidang di meja yang sudah Rama pesan sebelumnya. Yang terjadi di restoran masih sama. Raisa berpikir orangtuanya itu ingin dirinya dekat dengan Rama. Raisa jadi merasa seakan-akan dia adalah kekasih Rama. Sampai tempat duduk pun seolah sudah di atur karena kini Raisa kebagian duduk tepat di depan Rama,membuat pandangan mereka bertemu dan saling tatap dalam waktu yang cukup lama. Tenggelam pada pikiran mereka masing-masing.
"Setelah sekian tahun aku menahannya,akhirnya aku bisa melihatmu lagi. Kamu terlihat lebih cantik dan tumbuh menjadi wanita dewasa" Rama tak berkedip menatap wajah Raisa. Memperhatikan keseluruhan fisiknya yang tak banyak berubah, tetap cantik, namun kian matang dan menantang.
"Kenapa aku harus bertemu denganmu lagi? Sejak kapan kamu mengenal papa dan mamaku sampai menjadi dekat seperti in? Dan apa maksud dari semua ini?" Isi hati mereka sangat kontras. Raisa menghela nafasnya dalam-dalam seraya membuang muka
Dengan sangat terpaksa Raisa ikut menikmati makanannya dan pura-pura menyatu dalam suasana yang mereka ciptakan.
"Sa,beliau ini ibunya Rama. Tante Sarah namanya" Hendrawan membuka obrolan,memperkenalkan Sarah pada Raisa
"Senang bisa bertemu langsung denganmu Raisa. Selama ini tante hanya mengenal kamu melalui cerita Rama" Ujar Sarah menanggapi
"Hah! Cerita....Memangnya apa yang sudah Rama ceritakan ? Kita kan hanya bertemu malam itu saja. Apa kejadian malam itu yang dia ceritakan? Astaga,benarkah! Tapi kenapa ibunya bisa setenang itu berbicara" Raisa semakin bingung. Ingin rasanya dia menyeret Rama dari sana dan berbicara empat mata dengannya
Raisa tersenyum kecut. Dia menenggak minumannya. Raisa butuh minum untuk mendinginkan pikirannya yang mulai memanas.
"Tante berharap setelah ini kalian bisa membicarakan pernikahan kalian" Ujar Sarah lagi dengan entengnya
"Huuk....Huukk" Kalimat Sarah membuat tenggorokan Raisa tidak bisa menelan minumannya dengan benar. Raisa tersedak minumannya sendiri. Spontan saja orang-orang yang ada disana terkejut dan memandang ke arah Raisa secara bersamaan
"Pernikahan?" Raisa amat terkejut. Raisa bagaikan tersambar petir di siang bolong
"Apa maksud tante?" Raisa akhirnya bertanya
"Ma,sebaiknya kita selesaikan dulu makan malamnya. Raisa kan baru kembali" Melihat wajah bingung ibunya,cepat-cepat Rama menyela agar tidak terjadi kesalah pahaman antara Raisa dan ibunya
Raisa pun mengalihkan pandangannya pada Rama,menatapnya dengan tatapan sinis.
"Sa,kita bicara lagi besok" Ucap Rama tanpa beban. Rama terlihat sangat hati-hati dalam berbicara dan lebih banyak diam sedari tadi
Raisa tak tau lagi harus menanggapinya seperti apa karena Raisa memang tidak tau apa-apa. Selama kuliah di luar negeri,Raisa memang tidak pernah pulang. Dia hanya saling berkabar melalui telpon saja,itu pun dengan papa dan mamanya. Bukan Rama,apalagi ibunya.
Raisa menatap papa dan mamanya dengan tatapan yang menuntut. Raisa ingin meminta penjelasan pada mereka berdua atas apa yang terjadi karena sejak dari Bandara,mereka juga terlihat tenang. Hendrawan maupun Rianti hanya mengangguk seolah memberi isyarat jika semuanya baik-baik saja.
Merasa malas karena tidak mendapatkan jawaban apapun,Raisa akhirnya memilih untuk menyimpan dulu rasa penasarannya. Bertemu kembali dengan Rama itu artinya dia harus mengingat lagi kejadian beberapa tahun yang lalu. Kejadian yang sebenarnya dia sesali dan berusaha dia kubur dalam-dalam.
Bersambung....
Mohon partisipasinya dengan memberikan like,komennya. Terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments