Langkah Raisa tiba-tiba pelan dan bibir yang tadinya tersenyum bahagia seketika juga pudar tatkala melihat papa dan mamanya tertunduk sedih di ruang tamu rumahnya. Raisa sungguh takut. Yang dilihatnya saat ini,sudah jelas bukan keadaan yang baik-baik saja. Dengan perasaan yang bercampur aduk,Raisa menghampiri papa dan mamanya.
"Pa,Ma.. Ada apa?" Tanya Raisa akhirnya
Hendrawan dan Rianti sontak saja menoleh pada Raisa dengan wajah yang sedikit terkejut. Mereka berdua tidak menyadari jika Raisa sudah agak lama ada disana.
"Sa..." Ucapnya lemah. Hanya itu yang mampu keluar dari mulut Rianti. Sedangkan Hendrawan hanya memandang Raisa dengan raut wajah sedih
Raisa pun duduk untuk mengetahui lebih jelas alasan orangtuanya itu berwajah muram.
"Ada apa pa?" Tanya Raisa lagi. Kali ini Hendrawan yang jadi sasarannya karena daritadi dia hanya diam saja
"Papa tidak sanggup untuk memberitahu kamu yang sebenarnya" Jawab Hendrawan dengan lirih
Melihat papa dan mamanya semakin menampakkan wajah sendu,Raisa pun semakin takut untuk mengetahui kenyataan yang ada.
"Memangnya apa yang sudah terjadi? Bagaimana pun juga aku harus tahu!" Seru Raisa
"Papa nak..." Rianti masih menggantung dengan mata yang sedikit mengembun. Rianti seolah tak sanggup untuk meneruskan kalimatnya
"Kenapa dengan papa?" Kali ini Raisa bertanya dengan raut wajah cemas
"Pa...!" Raisa menoleh pada Hendrawan yang belum berani mengangkat wajahnya
"Papa terancam dipenjara" Hendrawan akhirnya memberanikan diri untuk mengatakan yang sejujurnya
Sesaat setelah Hendrawan menyelesaikan kalimatnya,Sontak saja Raisa langsung melotot diiringi detak jantungnya yang berpacu dengan cepat.
"Apa! Dipenjara? Memangnya papa melakukan kejahatan apa?" Raisa benar-benar terkejut mendengarnya
"Maafkan papa Sa. Papa menggelapkan uang perusahaan" Hendrawan seolah berat untuk menyampaikannya. Nada bicaranya bergetar dan sangat lirih hingga hampir tidak terdengar
"Tidak mungkin" Raisa kembali terkejut. Raisa tidak menyangka jika papanya sendiri melakukan tindakan kriminal. Raisa tersandar lemas di sofa
"Sa... Sepertinya rencana kamu untuk kuliah di luar negeri,ditunda dulu ya" Ucap Rianti. Wanita itu seolah sabar menerima kelakuan suaminya dan tidak menampakkan rasa marah sedikit pun
"Apa ma,ditunda?" Bentak Raisa. Menatap Rianti dengan tatapan tajam
"Iya nak. Ditunda dulu atau kamu bisa kuliah disini saja. Rencananya papa akan menjual rumah kita ini. Kita akan membeli rumah yang lebih kecil" Bujuk Hendrawan
"Ini tidak adil pa. Hari ini aku sangat bahagia karena aku sudah lulus dan aku pikir sebentar lagi aku bisa mewujudkan apa yang sudah menjadi impian aku sejak lama. Tapi dengan gampangnya papa ingin aku mengubur mimpi aku itu" Raisa mulai terlihat emosional dengan sedikit meninggikan nada bicaranya
"Mau bagaimana lagi Sa. Papa harus mengganti uang perusahaan. Masih bagus papa tidak dipecat karena papa sudah bekerja lama disana. Tapi posisi papa sebagai direktur keuangan akan dicopot dan diganti dengan jabatan yang lebih rendah. Dan untuk selanjutnya,kita akan hidup dengan sederhana" Terang Rianti dengan panjang lebar
"Aku tidak mau. Aku tetap harus berangkat karena aku sudah mempersiapkan semuanya" Kekeh Raisa
"Tapi papa harus segera mengganti uang perusahaan nak. Jika dalam waktu 1×24 jam papa tidak berhasil mengembalikan uangnya,papa akan dipenjara" Ujar Hendrawan memelas
Sebuah kenyataan pahit yang harus Raisa ketahui lagi. Papanya akan dipenjara jika tidak bisa mengembalikan uang perusahaan.
"Iya Sa. Mama harap kamu mengerti" Rianti menambahkan
"Ini benar-benar tidak adil. Aku tidak tahu apa-apa tapi sekarang aku yang harus menanggung akibatnya" Ucap Raisa sambil berurai airmata
Hendrawan dan juga Rianti hanya mampu terdiam. Mencari solusi atas permasalahannya saja,mereka bingung. Apalagi harus memikirkan keinginan Raisa yang sudah pasti tidak bisa mereka wujudkan untuk saat ini.
"Memangnya berapa yang harus papa ganti ke perusahaan?" Tanya Raisa kemudian
Hendrawan menghela nafas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan.
"5 milyar" Jawabnya kemudian
"Apa! 5 milyar?" Raisa terhenyak dari duduknya
Raisa marah. Tentu dia juga kecewa. Raisa yang masih berusia remaja,tidak begitu memikirkan nasib orangtuanya. Raisa tidak mau mengerti. Yang dia pikir hanya bagaimana dia tetap bisa kuliah sesuai dengan impiannya selama ini.
"Aku tidak mau tahu. Bagaimana pun caranya,aku tetap harus kuliah di luar negeri" Raisa tetap bersikeras
Hendrawan dan Rianti lagi-lagi hanya diam. Mereka tidak tahu lagi bagaimana caranya membujuk Raisa agar dia mau mengerti dengan keadaan.
"Sa,lebih baik kamu ke kamar dulu. Mandi dan beristirahat. Setelah ini kita bicarakan lagi,oke!" Pinta Rianti setengah mengalihkan pembicaraan dengan tujuan Raisa bisa mempertimbangkan lagi keputusannya
"Bagaimana bisa aku beristirahat dalam situasi seperti ini!" Ucapnya kesal
"Tolong nak. Mama mohon sekali ini saja kamu mengerti dan mau memaafkan kesalahan papa,seperti halnya mama sekarang. Selama ini papa selalu mewujudkan semua keinginan kamu. Kamu itu pintar. Mama yakin mau kuliah dimana pun,kamu pasti akan menjadi orang yang sukses. Kamu tentu tidak ingin kan jika papa dipenjara? Mama ikhlas jika harus hidup sederhana asal papa tidak dipenjara" Rianti kembali memohon sambil menangis tersedu-sedu
"Jangan-jangan selama ini papa menafkahi kami dengan uang haram papa itu ya!" Raisa tak bisa lagi membendung emosinya hingga yang keluar dari mulutnya bukan lagi kata-kata yang pantas untuk didengar
"Raisa..." Rianti memelototi Raisa. Rianti akhirnya juga kesal karena Raisa sama sekali tidak mau mendengarkan ucapannya. Sedangkan Hendrawan masih bergeming seolah ikhlas menerima semua cacian dari puterinya tersebut
"Kenapa pa. Kenapa papa harus korupsi? Padahal aku bukan anak nakal yang suka foya-foya dan menghabiskan uang papa" Bentaknya gusar. Raisa mengguncang tubuh Hendrawan yang sedari tadi hanya diam saja sambil tertunduk malu
"Maafkan papa nak..." Hendrawan menatap Raisa dengan raut wajah penuh penyesalan
"Percuma bicara sama papa" Ujarnya putus asa. Raisa semakin kesal karena papanya itu tidak memberikan penjelasan apapun terkait kesalahan yang dilakukannya
"Silahkan papa jual rumah ini beserta isinya" Raisa yang marah dan kecewa,akhirnya beranjak dari sana dan hendak pergi.
"Mau kemana Sa?" Tanya Rianti yang melihat Raisa menuju ke arah pintu keluar,bukan ke kamarnya
Raisa bersikap acuh dan pura-pura tidak mendengar. Kakinya terus saja melangkah dengan cepat keluar dari rumahnya,masih dengan pakaian putih abu-abu.
Raisa menyalakan mobil dan melajukannya. Raisa bingung harus berbuat apa. Mengingat nominal yang harus diganti papanya sangatlah besar,mustahil untuk meminjam uang pada teman terdekatnya yaitu Bima dan Airin. Mereka memang berasal dari keluarga yang berada tapi tidak mungkin juga mereka mempunyai tabungan pribadi sebanyak itu. Raisa juga malu untuk menceritakan semuanya pada mereka berdua. Disaat semangat yang begitu menggebu-gebu tertanam di hatinya,saat itu pula Raisa harus melenyapkannya dan mengubur mimpinya dalam-dalam karena sebuah kesalahan yang dilakukan oleh papanya. Sungguh pilu bagai diiris sembilu. Itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan perasaan Raisa saat ini.
Bersambung....
Jangan lupa tinggalkan like dan komennya. Terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments