Ternyata Aku Yang Kedua
***** Happy Reading******
"Sekarang kalian berdua sudah sah menjadi suami istri. Sekarang aku menyerahkan putriku padamu untuk menggantikanku menjaga dan melindunginya. Aku harap kamu bisa membahagiakan putriku dan tidak pernah menyakitinya, seperti aku yang tidak pernah menyakitinya. ujar Satrio pada Bisma, laki-laki yang baru saja sah menjadi menantunya itu.
"Baik, Pa! aku janji akan menjaga Riana dengan baik." Bisma berucap dengan nada yang sangat tegas dan meyakinkan.
"Aku pegang kata-katamu," setelah mengucapkan apa yang perlu dia ucapkan pada Bisma menantunya, Satrio mengalihkan tatapannya ke arah Riana anak perempuannya perempuannya.
"Riana, sekarang kamu sudah jadi seorang istri. Pesan papa, jadilah istri yang baik, dan patuhilah semua perintah suamimu, selagi itu kamu anggap baik. Tapi satu hal yang harus kamu ingat, kamu jangan sampai berpikir dengan kamu sudah menjadi seorang istri, papa akan lepas tangan begitu saja. Jika kamu mengalami kesulitan, datanglah pada papa." ujar Satrio dengan manik mata yang berembun menahan tangis.
Dia tidak menyangka, kalau hari ini akan tiba, di mana putri yang dia besarkan dengan tangannya sendiri dari bayi setelah istrinya meninggal Karena melahirkan Riana, telah dewasa dan bahkan sudah menjadi seorang istri dari seorang pria yang dia cintai.
"Iya, Pah. Ana akan selalu mengingat pesan, Papa. Terima kasih, sudah menjadi papa yang terbaik buat Ana selama ini. Aku sayang, Papa." Riana memeluk pria setengah baya itu dengan erat sambil menangis tersedu-sedu. Pria yang merupakan cinta pertamanya, yang rela tidak menikah lagi, karena takut kalau istri barunya nanti tidak menyukai putri satu-satunya itu dan karena besarnya cintanya pada almarhum istrinya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sepasang pengantin baru itu, kini sudah berada di kamar pengantin yang merupakan kamar Riana sewaktu masih gadis dan malam ini dirinya akan berbagi kamar dengan Bisma pria yang sudah sah menjadi suaminya itu.
"Mas, tidak apa-apa kan kita tidur di kamar sempit seperti ini?" tanya Riana yang sebenarnya sangat canggung berada di dalam satu kamar dengan seorang pria untuk pertama kalinya.
"Tidak papa, Sayang. Bagaimanapun keadaan kamarnya, aku sudah bahagia, asal itu bersamamu," ujar Bisma dengan lembut, membuat pipi Riana berubah merah karena malu.
"Mas, apa malam ini kamu akan meminta hak kamu?" tanya Riana, lirih sambil menundukkan kepalanya, malu untuk menatap suaminya.
"Apa kamu sudah siap? kalau kamu belum siap aku tidak akan memaksamu." jawab Bisma, diplomatis. Dia memang sudah bertekad tidak akan memaksa Riana untuk melakukan seperti yang dilakukan oleh pengantin baru pada umumnya, jika wanita itu belum benar-benar siap.
Reyna mengangkat wajahnya untuk menatap Bisma yang kini juga tengah menatapnya dengan tatapan yang penuh cinta.
"Aku bersedia, Mas. Bagaimanapun, aku sudah jadi istrimu dan aku wajib memberikan hak kamu." ucap Riana pelan.
"Sungguh?" Bisma bertanya memastikan dan senyum pria itupun seketika terbit begitu melihat kepala wanitanya itu mengangguk dengan bibir yang tersenyum.
Bisma menyentuh dagu Riana dan mulai mendekatkan bibirnya ke bibir wanita itu. Akan tetapi, ketika bibirnya hampir menyen0tuh bibir Riana, tiba-tiba, ponselnya berbunyi, pertanda ada panggilan masuk.
"Sial! mengganggu saja," umpat Bisma dalam hati.
"Tunggu dulu ya, Sayang. Aku mau jawab telepon dulu." Riana menganggukkan kepalanya, mengiyakan.
Bisma meraih ponselnya, dan wajahnya seketika berubah pucat melihat siapa yang tengah menghubunginya malam-malam begini.
"Hmm, Sayang aku keluar sebentar ya. Aku mau jawab telepon di luar dulu,"
"Kenapa harus di luar, Mas? emang itu dari siapa?" tanya Riana sedikit curiga, ketika melihat perubahan wajah suaminya.
"Ini dari atasanku di kantor. Sepertinya ada hal yang sangat penting, makanya dia harus meneleponku malam-malam begini." ucap Bisma dengan nada yang sangat meyakinkan.
"Oh, ya udah. Angkat aja dulu, Mas." ucap Riana.
Bisma melangkah keluar agak jauh dari rumah sederhana itu. Dia akhirnya menghubungi kembali orang yang tadi sedang meneleponnya, dengan memperhatikan keadaan sekitar terlebih dulu.
"Halo, Sayang. Kenapa sih tadi tidak menjawab teleponku?" terdengar suara wanita yang merajuk dari ujung telepon.
"Maaf, Sayang. Tadi aku di dalam kamar mandi. Kamu jangan merajuk ya, kan sudah aku telepon balik." ujar Bisma dengan nada lembut, seperti kebiasaannya bila membujuk wanita yang juga merupakan istrinya itu.
Ya, wanita yang sekarang sedang berada di line telpon dengan Bisma itu, adalah Dania, istri pertama Bisma, yang merupakan seorang model terkenal sekaligus cinta pertama Bisma di SMA. Sedangkan Riana adalah istri kedua Bisma, yang dia langsung jatuh cinta ketika pertama kali bertemu dengan wanita itu setahun yang lalu. Dan Riana sama sekali tidak tahu, kalau Bisma seorang pria beristri, dikarenakan pria itu mengaku kalau dirinya masih lajang dan tidak pernah menikah sama sekali.
"Kapan kamu pulang, Mas,? aku sudah kangen sama kamu dan juga sentuhanmu. Kamu nggak kangen sama aku?" suara manja, Dania dari ujung sana, membuat libido Bisma terpancing. Dia membayangkan tubuh molek istrinya itu meliuk-liuk di depannya dan bergerak turun naik di atasnya.
"Kamu jangan memancingku sekarang, Dania. Hanya mendengar suara sensualmu saja sudah bisa membuatku panas." Dania terkekeh di ujung sana, senang karena berhasil memancing hasrat Bisma walau hanya dengan ucapan.
"Minggu depan aku akan pulang, kamu harus persiapkan dirimu. Aku tidak akan melepaskanmu nanti." sambung Bisma kembali.
"Iya deh iya. Aku tunggu kedatanganmu, Sayang. Aku mau lihat seberapa buas kamu nantinya."
"Kamu akan lihat nanti!" ucap Bisma lagi.
"Sayang, tadi ada tas model baru, dan aku mau beli, tapi uangku kurang. Aku minta kamu Kirimin uang dong." pinta Dania dengan nada yang sangat manja.
"Ini nih kalau ada maunya, pasti langsung berbicara dengan nada yang sangat lembut. Tapi kalau sudah marah, suaranya bisa seperti singa." ucap Bisma, berpura-pura sewot.
"Jadi, bagaimana? mas nggak mau kasih nih?" suara Dania sudah terdengar lirih, pertanda wanita itu akan melakukan jurus pamungkasnya, yaitu dengan berpura-pura ingin menangis.
"Aku hanya bercanda, Sayang. Ya udah, nanti aku akan transfer ke rekening kamu. Kamu jangan ngambek ya. Sekarang kamu lebih baik tidur dan mimpikan aku. Bye sayang, muuach." Bisma memasukkan kembali ponselnya setelah panggilan sudah benar-benar terputus.
Kemudian, Bisma melangkah kembali masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamar Riana.
Dia melihat Riana masih setia menunggunya sambil bermain dengan ponselnya.
"Ada urusan apa bos kamu telepon, Mas? kamu tidak disuruh kerjakan besok?" tanya Riana dengan wajah was-was. Dia mengira kalau suaminya itu hanya karyawan kantor biasa, karena memang Bisma mengakunya seperti itu. Padahal Bisma adalah seorang Presdir di perusahaannya sendiri.
"Tidak kok, Sayang. Tadi dia cuma menanyakan masalah laporan hasil barang yang aku pasarkan saja. Satu minggu ini, aku akan bersamamu, tapi minggu depan, aku harus ke Jakarta untuk seminggu atau lebih, kamu tidak apa-apa kan?".
Rania tersenyum simpul sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Pergi saja,Mas. Aku tidak apa-apa kok." jawab Riana, dengan senyuman yang tidak pernah tanggal dari bibirnya, walaupun sebenarnya, jauh di lubuk hatinya dia merasakan sedih yang amat sangat, karena baru menikah, tapi sudah ditinggal.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Andi Fitri
dasar bisma lelaki buaya buntung..
2023-11-27
0
yanti ryanti
kebanyakan novel kok alurnya poligami cih
2022-01-13
0
🌷Tuti Komalasari🌷
hai Kak aku baru mampir nih...
2021-12-18
2