Riana berjalan mengayunkan kakinya dengan langkah yang gontai. Matanya menatap lurus ke arah jalanan, tapi manik mata itu terlihat kosong.
Orang-orang yang berpapasan dengannya, menatap ke arahnya dengan tatapan aneh dan tidak ada yang berani menegurnya.
Riana merasa sangat dilema sekarang, dia tidak menyangka kalau pernikahannya akan seperti ini. "Apa salahku Tuhan? kenapa aku mengalami hal yang seperti ini? Selama ini permintaan ku tidak muluk-muluk. Aku hanya meminta satu, aku hanya ingin berjodoh dengan pria yang seperti papaku, tapi kenapa aku tidak mendapatkannya Tuhan? " air mata Riana tidak berhenti merembes keluar dari matanya. Riana sama sekali tidak memperdulikan pandangan orang-orang padanya.
"Bagaimana caranya aku memberitahukan semua ini pada papa? jantung papa bisa kumat nanti," bisik Riana dengan kaki yang melangkah hendak menyeberang jalan.
Ckittttt
Sebuah mobil berhenti mendadak dan membuat Riana kaget, sehingga wanita manis itu berteriak sambil berjongkok dengan tangan yang menutup telinganya.
"Maaf, Nona. Anda tidak apa-apa?" sebuah tangan yang berbulu terulur ke arah Riana, bermaksud menolong wanita itu.
Dengan tangan yang gemetar, Riana menerima uluran tangan itu dan berdiri. Riana hampir saja limbung kembali, karena kakinya yang masih gemetaran. Beruntungnya si pemilik tangan dengan sigap menahan tubuh Riana agar tidak terjatuh.
"Te-terima kasih, Tuan!" Riana mengangkat wajahnya untuk menatap pria yang bersih di hadapannya.
"Ana?!"
"Mas, Farrel?!
seru keduanya berbarengan dengan mata yang berbinar.
"Kenapa kamu bisa ada di Jakarta, Ana? siapa teman Om Satrio di Surabaya?" tanya Farrel setelah dia membawa Riana masuk ke dalam mobilnya.
"Papa sendirian di Surabaya, Mas? dia tidak mau ikut ke Jakarta." sahut Riana, berusaha untuk tersenyum.
"Jadi kenapa kamu bisa datang ke Jakarta? bukannya kamu seorang guru di Surabaya?" Farrel yang merupakan kakak kelas Riana waktu di SMA, kembali bertanya dengan alis yang bertaut.
Riana menggigit bibirnya, bimbang ingin berterus terang atau menutupi.
"Emm, aku juga mau seperti kamu, Mas yang sukses di ibu kota, sampai bisa memboyong orang tuamu ke sini." Riana memutuskan untuk tidak memberitahukan apa yang terjadi pada dirinya.
Farrel menoleh sekilas ke arah Riana dan tersenyum ke arah wanita itu.
"Padahal aku berencana ingin menemuimu Ke Surabaya dan melamar kamu untuk jadi istriku. Ternyata kamu muncul sendiri di depanku, apa ini yang namanya jodoh?" ucap Farrel yang sayangnya hanya berani dia ucapkan di dalam hati saja.
"Apa kamu sudah mendapatkan pekerjaan, Ana?" Farrel kembali buka suara, untuk memecahkan keheningan yang sempat tercipta.
Hening, tidak ada sahutan.
"Ana? apa kamu mendengarku?" Farrel menyentuh pundak wanita itu, hingga wanita itu terjengkit kaget.
"Eh, a-apa, Mas? aku tidak apa-apa kok, Mas," jawab Riana yang membuat kening Farrel, berkerut, bingung.
"Aku tidak menanyakan 'kamu kenapa' tapi sekarang aku sepertinya mau menanyakan itu lebih dulu, sebelum aku mengulang pertanyaanku di awal. Jadi, kamu kenapa, Ana? apa kamu lagi ada masalah? aku melihat kalau mata kamu sembab, seperti baru menangis dan tadi kamu juga berjalan dengan tatapan kosong." cecar Farrel, meminta penjelasan.
Riana bergeming, masih tetap merasa bimbang akankah dirinya berterus terang atau tidak.
"Aku baik-baik saja, Kok mas. beneran deh. Aku cuma merasa sedih ingat papa yang sendirian di Surabaya." ucap Riana, dengan jawaban yang meyakinkan.
"Oh, seperti itu?" Farrel mangut-mangut seakan dirinya percaya. Akan tetapi, jauh di dalam lubuk hatinya, sebenarnya dia tidak sepenuhnya percaya. Dia merasa kalau ada sesuatu yang disembunyikan oleh wanita yang sudah lama mengisi hatinya itu. Kecurigaannya semakin menguat, begitu melihat Riana, berulang kali menolak panggilan di ponselnya, dan sampai membuat wanita itu, mematikan ponsel itu.
"Emm, apa kamu sudah mendapat pekerjaan, Anna?" Farrel mengulang pertanyaan sebelumnya.
"Belum, Mas. Kenapa? apa kamu mau memberikan pekerjaan buatku?" entah kenapa Riana punya harapan untuk mendapatkan pekerjaan di Jakarta dari Farrel.
"Aku punya teman, yang memiliki sebuah yayasan pendidikan. Nanti coba aku tanyakan, apa dia mau memberikan pekerjaan buatmu sebagai guru di sana." Jawab Farrel yang membuat mata Riana berbinar, dan seketika masalahnya lupa untuk sementara.
"Benarkah?" mata Riana mengerjap-erjap, membuat wanita itu terlihat sangat menggemaskan di mata Farrel.
"Iya! nanti kalau sudah ada aku akan mengabarimu,"
Riana menyunggingkan senyum manisnya, merasa mendapatkan secercah cahaya buat masa depannya. Yang paling utama, bisa menutupi masalahnya dari sang papah, walau hanya untuk sementara.
"Ana, apa kamu sudah makan malam?" tanya Farrel yang sekilas mendengar suara perut Ana yang berbunyi.
Riana menggelengkan kepalanya, baru sadar kalau tadi dirinya bahkan tidak jadi makan siang.
"Kamu mau ikut makan malam denganku? di depan sana ada restoran yang menjual makan jepang yang sangat lezat. Aku yakin kalau kamu pasti suka."
"Tapi ini masih sore, belum malam, Mas. Apa nggak terlalu cepat kalau kita makan malam sekarang?"
Farrel tersenyum mendengar ucapan Riana, yang diyakini tengah malu saat ini.
"Tidak apa-apa. Kan tidak ada larangan terlalu cepat makan malam. Lagian makan malam kan gak harus malam. Ayolah, aku traktir kamu makan."
Senyum Farrel semakin melebar, melihat Riana menganggukkan kepala, mengiyakan
Tidak menunggu waktu lama Farrel memarkirkan mobilnya dengan sempurna di depan sebuah hotel besar bintang lima, hingga menimbulkan kerutan di kening Riana.
"Mas Farrel, bukannya kita mau makan malam? tapi kenapa kita berhenti di hotel?"
"Apa kamu takut aku berbuat macam-macam? restorannya ada di dalam hotel ini. "Ayo masuk!" Farrel meraih tangan Riana, tetapi segera ditepis dengan halus oleh wanita itu.
Farrel sedikit kecewa dengan sikap Riana. Akan tetapi dia tidak terlalu menunjukkan rasa kecewanya itu di depan wanita itu.
"Mas Farrel, apa kalau makan di sini gak mahal? sebaiknya kita cari tempat makan yang biasa-biasa aja, ya? nanti uang kamu habis,"
Farrel seketika tersenyum melihat kekhawatiran Riana. Inilah salah satu hal yang disukai Farrel pada diri Riana, tidak gila kemewahan.
"Kamu tidak usah khawatir, walaupun hotel ini terlihat mewah, tapi harga makanan di restorannya masih terjangkau. Ayo!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Makanan pesanan mereka semua sudah tersaji lengkap di depan masing-masing dan semuanya terlihat menggiurkan, karena penyajiannya sangat estetik.
"Ayo, silahkan dimakan!" ucap Farrel, menyadarkan Riana yang termagu melihat makanan di depannya.
Riana pun mulai menyantap makanan itu, tetapi begitu masuk ke dalam mulutnya, perutnya serasa diaduk-aduk dan ada yang mendesak ingin keluar dari mulutnya.
"Ada apa? apa makanannya tidak enak?" Mata Farrel, memicing.
"Oh, Tidak ada apa-apa, Kak. Makanannya enak kok," sahut Riana berusaha untuk menahan rasa ingin muntahnya. Dia berusaha untuk tetap memakan makanan itu, tapi bagaimanapun usaha kerasnya untuk menutupi, tetap saja rasa mual itu lebih kuat dari usaha kerasnya. Akhirnya dia tidak kuat lagi. Dia langsung berdiri dan hendak berlari menuju toilet. Akan tetapi, ketika dia tiba-tiba berdiri, Riana merasakan pusing dan tersungkur jatuh pingsan. Beruntungnya, tangan Farrel dengan sigap menangkap tubuh wanita itu.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Wanti Suswanti
hamil nanti dituduh selingkuh lagi karna katanya Bisma gak subur...
2023-12-24
0
Nila
hamil
2022-04-05
0
Yeni Eka
Waduh hamil Jangan2. Semakin rumit klo hamil
2021-11-17
3