Nevan baru saja tertidur, ini sudah hampir jam sebelas malam dan mataku sudah mulai mengantuk. Nevan benar-benar anak yang aktif, hampir seharian aku diajaknya bermain, main petak umpet, lari-lari berkeliling dan banyak lagi hal yang dilakukannya membuat badanku terasa pegal semua. Tapi dibalik semua rasa letihku muncul rasa senang dan bahagia saat bersama anak itu. Sudah ku bilang jika anak-anak itu akan membuat tubuh kita memproduksi lebih banyak hormon kebahagiaan.
Tante Jessi sudah berangkat dari beberapa jam yang lalu bersama rekan-rekannya. Dia berpamitan padaku dan Nevan, dia mengatakan padaku akan kembali seminggu kemudian. Tante Jessi ternyata mempunyai sifat yang sangat lembut, dia memperlakukanku dengan sangat baik. Rasa canggungku saat baru datang tadi siang perlahan menguap karena sifat lembut Tante Jessi.
Naya juga sudah pulang saat petang, dia harus mengurus anak semata wayangnya yang di titip dirumah kakeknya. Naya adalah wanita kuat yang sekarang membesarkan anaknya sendirian setelah bercerai dengan suaminya. Dia bercerita banyak tentang kehidupannya, kami terasa akrab walau baru pertama bertemu.
Aku teringat saat berbincang dengan Naya tadi, ternyata umur Nevan sudah hampir 4 tahun sedangkan pernikahan Om Davin dan Tante Jessi juga berjalan sekitar 4 tahun. Jika ku pikir-pikir kemungkinan Nevan lahir hanya beberapa bulan setelah mereka menikah. Aku bertanya-tanya apakah Tante Jessi sudah mengandung Nevan sebelum menikah dengan Om Davin? Huh, kenapa aku memikirkannya? kenapa aku penasaran dengan kehidupan rumah tangga mereka?
"Dasar kau El". Aku bergumam sendiri sambil menepuk-nepuk pelan jidatku.
Aku kembali ke kamarku dan merebahkan tubuhku kekasur. Rasanya aku ingin tidur bersama Nevan, anak itu benar-benar menggemaskan, tapi jika aku disana takut mengganggu tidurnya yang lelap. Jadi aku memutuskan untuk tidur dikamarku sendiri.
Aku turun dari kasur menuju kamar mandi, mencuci wajahku sebentar dan mengganti baju yang sudah terasa gerah dengan piyama tidur yang nyaman. Aku melompat ke tempat tidur dan merebahkan kembali tubuhku. Aku masuk kedalam selimut dan mulai terlelap dengan nyaman.
......................
Aku bangun pagi-pagi hari ini karena harus segera ke kampus untuk menemui dosen yang membimbing penelitianku. Aku keluar dari kamar dan masuk ke kamar Nevan, anak itu masih terlelap rupanya. Aku mencium dahi anak itu dan segera turun kebawah untuk sarapan. Aku menikmati sarapanku sendirian, hampir tidak ada bedanya dengan dirumahku, sama-sama terasa sepi.
Aku menyelesaikan sarapanku dengan cepat, aku melihat Naya berjalan ke arahku dengan tersenyum. Wanita ini terlihat cantik dan tersenyum setiap saat, jika dia tidak bercerita mungkin aku tidak tahu jika dia sudah berkeluarga dan mempunyai anak. Aku merasa seperti seumuran dengannya karena di juga sangat menyenangkan di ajak bicara.
"Apa nona sudah selesai sarapan?" Naya tersenyum ke arahku.
"Sudah, Naya." Aku mengangguk.
"Apa ada yang nona perlukan lagi?" Dia menatap kearahku.
"Tidak." Aku menggeleng.
"Baiklah, nona." Naya mengangguk.
"Naya, apakah Nevan memang sering bangun agak siang?"
"Terkadang nona, mungkin kelelahan sehabis bermain."
"Oh, baiklah. Aku berangkat ke kampus dulu. Tolong jaga Nevan dengan baik, Naya. Aku akan segera pulang setelah urusan dikampus selesai."
"Baik nona." Naya mengangguk
Aku segera melajukan mobilku menuju kampus, aku tidak ingin terlambat menemui Bu Rika hari ini, bisa mati aku jika terlambat sedetik saja. Bu Rika adalah dosen pembimbing pertamaku, sifatnya tegas dan sangat disiplin, sedikit saja membuat kesalahan habislah kau. Tapi dibalik sifat killernya, aku tahu jika Bu Rika hanya ingin yang terbaik untuk para mahasiswa bimbingannya.
Aku datang tepat waktu, tidak terlalu cepat dan tidak terlambat. Bu Rika sudah duduk manis diruangannya, aku menyerahkan draft penelitianku. Dia menerimanya dan langsung memeriksanya dengan serius. Aku melihat bola matanya bergerak-gerak di balik kacamata berbingkai tebal, membaca setiap kata yang ku rangkai dengan sepenuh hati. Dia terlihat membulati beberapa kata dan kalimat di atas draft penelitianku, setelah itu dia menuliskan beberapa kalimat panjang di halaman terakhir.
"El, ibu sudah selesai memeriksanya, kamu perbaiki semua yang ibu beri tanda. Ibu sudah menuliskan beberapa saran disini untuk perbaikan laporan penelitianmu." Bu Rika menunjuk-nunjuk tulisan di halaman terakhir laporanku tadi menggunakan penanya.
"Baik ibu." Aku mengangguk.
"Perbaiki secepatnya El, setelah itu temui ibu kembali. Jika kau sudah memperbaiki dengan baik, kau bisa membawanya ke Pak Tris. Jika Pak Tris sudah setuju kau bisa segera melakukan sidang pertama." Bu Rika menatapku, aku sedikit merinding menerima tatapannya.
"Baik bu, terima kasih banyak." Aku tersenyum cerah.
Aku keluar dari ruangan Bu Rika dengan senyum yang mengembang, aku akan segera menyelesaikan laporan yang sudah di revisi Bu Rika, jika selesai aku bisa menyerahkannya ke Pak Tris. Pak Tris adalah dosen pembimbing keduaku, dia sosok dosen berhati lembut, sangat berbanding terbalik dengan Bu Rika. Jika Pak Tris setuju aku bisa segera melakukan sidang. Oh senangnya, aku berlari-lari kecil di koridor sambil membayangkan tentang sidangku nanti.
Aku menuju ke perpustakaan, meminjam beberapa buku referesnsi untuk memperbaiki laporanku. Setelah selesai di perpustakaan aku berjalan pelan menuju parkiran. Saat melewati gerbang kampus aku berpapasan dengan William.
"Hai Will." Aku menyapanya, aku dan teman-teman lain terbiasa memanggilnya dengan sebutan Will.
"Helo El." Dia balas menyapa
"Kau baru sampai?"
"Ya." Will mengangguk.
"Apa kau juga akan bertemu dengan Bu Rika?"
"Ya, aku membuat janji dengannya untuk bertemu sekitar 30 menit lagi." Will melirik jam tangannya.
"Oh ya?"
"Hmmm, apa kau juga baru menemuinya?"
"Ya, kau tahu? suasana hati Bu Rika sedikit tidak bagus hari ini. Kau harus berhati-hati." Aku mengatakannya dengan mimik muka serius berniat untuk menggodanya.
"Hmm, tidak masalah."
"Hei kenapa kau santai sekali?"
"Aku sudah terbiasa." Dia terkekeh.
"Cih, kau sombong sekali." Aku mendengus.
"Memang." Will tertawa.
"Huh, terserah. Aku mau pulang dulu." Aku berjalan menjauhinya.
"Hati-hati El."
Will adalah teman satu angkatanku, dia salah satu mahasiswa berprestasi di kampus. Dia juga teman satu timku saat magang, saat itu kami mengajukan magang diperusahaan yang sama, dan ternyata kami diterima.
Hampir di semua kegiatan kampus aku dan Will selalu bertemu, entah kenapa setiap ada aku selalu ada dia. Bahkan setiap ada kegiatan berkelompok, aku dan Will selalu masuk dalam kelompok yang sama, dan yang lebih konyolnya Will satu bimbingan denganku, kami sama-sama dibimbing Bu Rika dan Pak Tris. Bisa-bisanya hal terakhir yang harus kulakukan dikampus pun masih terus bersama-sama dengannya dengannya.
Aku sering tertawa jika mengingat seluruh kebersamaan kami. Teman-temanku bahkan sering meledek kami, kata mereka tak ada hari tanpa Will, aku hanya terbahak-bahak mendengar perkataan mereka. Tapi aku senang-senang saja bersama Will, karena Will orang yang sangat baik, dia sering membantuku jika mengalami kesulitan.
Will hampir tidak pernah merepotkanku dalam hal apapun, dia adalah anak yang bisa segalanya. Hampir semua hal bisa dia lakukan, aku kadang takjub melihat kemampuannya, terutama di bidang akademik. Dia selalu mendapat nilai tertinggi disetiap mata kuliah, anak itu memang luar biasa.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments