Aku merebahkan diri di atas tempat tidur, rasanya lelah sekali tubuhku setelah seharian berada di kampus untuk menyusun laporan penelitianku. Aku harus menyesaikan penelitianku dalam beberapa bulan terakhir ini, tahun ini aku harus segera wisuda karena salah satu perusahaan tempatku magang kemarin memberikan surat rekomendasi kerja untukku, mereka mengatakan kinerjaku selama magang disana sangat bagus. Aku tentu saja sangat senang sekali, sehingga dengan semangat yang berkobar berusaha menyelesaikan penelitianku secepat mungkin.
Kedua orang tuaku sebenarnya memintaku untuk mengurus perusahaan mereka tapi aku sedang tidak ingin. Aku ingin bekerja di tempat yang aku mau, perusahaan tempatku magang kemarin adalah salah satu perusahaan yang sangat bagus menurutku. Disana aku juga sudah mempunyai banyak kenalan karena aku memang seseorang yang mudah untuk beradaptasi.
Aku mengingat kembali apa yang dikatakan ayahku lewat telepon tadi pagi. Ayah memintaku untuk mengunjungi rumah Om Davin dan membantu menjaga Nevan. Nevan adalah anak laki-laki Om Davin dengan tante Jessi, aku bahkan tidak pernah bertemu dengan anak itu. Jika ku hitung-hitung kemungkinan anaknya baru berumur sekitar tiga tahunan, karena kudengar dari ayah, tante Jessi melahirkan setelah satu tahun pernikahan. Pernikahan mereka sudah berjalan sekitar 4 tahun jadi begitulah kesimpulanku tentang umur Nevan.
Om Davin menikahi tante Jessi saat aku baru lulus SMA. Tante Jessi sangat cantik, dia adalah seorang model yang sangat terkenal, aku tidak berhenti mengaguminya saat pertama kali bertemu dengannya. Aku hanya tiga kali bertemu dengan tante Jessi, sehingga kami tidak terlalu mengenal satu sama lain. Pertama kali aku bertemu dengannya saat mereka mengantar undangan pernikahan kerumah kami. Kedua saat pernikahan mereka dan terakhir saat ayah dan ibuku mengajakku berkunjung di awal aku berkuliah di kota A.
Hampir 4 tahun berlalu aku tidak pernah lagi bertemu mereka ataupun sekedar berhubungan lewat telepon. Sebenarnya tidak ada masalah apapun, hanya saja aku tidak merasa ada hal penting untuk di bicarakan. Kedua orang tuaku sering mewanti-wanti agar aku berkunjung karena kami memang berada di kota yang sama. Tapi aku selalu menolak dengan alasan sibuk, padahal karena aku memang tidak punya alasan untuk berkunjung.
Bayangkan saja apa yang akan aku bicarakan saat berkunjung dan bertemu mereka? haruskah aku menanyakan tentang pernikahan mereka? sangat konyol jika gadis jomblo sepertiku menanyakan pernikahan mereka yang pastinya sangat harmonis dan romantis. Aku benar-benar tidak punya bahan pembicaraan dengan orang dewasa yang sudah berumah tangga seperti mereka.
Karena itulah aku seolah-olah sangat sibuk dan tidak memiliki waktu sama sekali untuk berkunjung. Padahal jika di tilik ke masa lalu mungkin hubunganku dengan Om Davin sangatlah dekat. Dulu waktu aku masih berumur sekitar 12 tahun Om Davin sering menginap dirumah kami di kota B, dia sudah ku anggap seperti kakakku sendiri, tapi itu dulu waktu dia belum berkeluarga dan waktu aku masih anak-anak ingusan yang kerjaannya hanya bermain saja.
Aku memang sedikit menjaga jarak dengan Om Davin setelah tahu dia akan menikah saat itu. Aku berusaha menyelamatkan diriku sendiri dari sakitnya rasa kehilangan, entah kenapa aku merasa bahwa dia milikku selama ini, bukan dalam artian aku menyukainya seperti hal cinta-cintaan orang dewasa ya, tapi lebih seperti perasaan anak-anak kepada orang yang disayanginya. Nyatanya dia harus pergi mencari kebahagiaannya sendiri. Satu-satunya saudaraku juga pergi meninggalkanku setelah menikah, tinggallah aku yang kesepian sendirian.
Saat itu aku bertanya-tanya, itukah arti dari pernikahan tentang menempuh hidup baru, yang berarti mereka menjalani hidup baru dengan pasangannya dan meninggalkan keluarganya. Aku sempat tidak menyukai hal yang berhubungan dengan pernikahan karena aku ditinggalkan orang-orang yang kusayangi setelah mereka menikah. Tapi sekarang tentu saja aku tidak berpikiran seperti itu lagi, aku sudah menjadi seseorang yang sangat mandiri sekarang. Aku bahkan berangan-angan untuk menikah beberapa tahun lagi, tapi aku benar-benar tidak punya calon. hiks
Aku membayangkan nantinya saat bertemu dengan tante Jessi, aku pasti akan merasa sangat canggung. Tapi ku yakin ini pasti hanya perasaan sementara karena aku adalah anak yang cepat bergaul dan cepat menyesuaikan diri. Aku meyakinkan diri bahwa nanti aku dan tante Jessi akan bisa mengenal lebih dekat.
Aku membayangkan wajah Nevan, pasti anak itu sangat imut pikirku. Aku sangat menyukai anak kecil, menurutku mereka adalah ciptaan tuhan yang paling menggemaskan. Mereka memberikan perasaan-perasaan bahagia saat kita memandangnya, aku jadi ingin cepat-cepat bertemu dengannya.
Aku teringat keponakanku Viloni yang sekarang tidak lagi berada disini. Dulu aku dan Anthony, kakakku tinggal bersama-sama menempati rumah di kota A, waktu aku masih SMA dia sudah menikah dengan wanita pilihannya, Briana. Mereka tinggal lama bersamaku sehingga aku selalu ikut mengurus baby Vilo, sampai Vilo berumur 2 tahun mereka pindah dan menetap di Italia karena Anthony harus mengurus perusahaan disana. Sekarang Viloni sudah berumur sekitar 5 tahun, aku beberapa kali mengunjungi mereka jika sedang liburan semester.
Kata orang-orang hidupku penuh dengan kesempurnaan, namun sebenarnya aku tidak sesempurna itu. Aku sering merasa kesepian disaat tertentu karena aku juga manusia biasa. Orang tua yang selalu sibuk dengan pekerjaannya dan tinggal jauh dariku menuntut aku untuk selalu mandiri walaupun kebutuhanku selalu dipenuhi dengan berlebihan. Namun perasaan sepi tidak bisa digantikan dengan apapun bukan? Rasa sepi hanya bisa di buang jika kita bertemu dan berkumpul dengan orang-orang yang kita rindukan.
Aku sangat terbiasa dengan kesendirian, kehidupanku di luar memang baik-baik saja seperti yang semua orang lihat. Aku mempunyai banyak teman, banyak orang baik disekelilingku. Tapi saat aku pulang dan menginjakkan kaki di rumah besar ini, perasaan sepi itu kembali menyeruak. Tak banyak yang ku lakukan dirumah ini, biasanya karena terlalu bosan aku bahkan menghabiskan waktu di dapur bersama pelayan. Belajar banyak hal dari mereka termasuk memasak dan melakukan pekerjaan rumah lainnya.
Para pelayan selalu heboh jika aku berbaur dengan mereka, mereka sangat takut aku terluka atau terjadi sesuatu padaku karena tanggung jawab mereka besar jika melakukan kesalahan. Aku selalu meyakinkan mereka bahwa aku tidak apa-apa, aku bukan tipe majikan jahat. Mungkin mereka hanya takut jika kedua orang tuaku tahu bahwa aku melakukan hal-hal yang seharusnya tidak aku lakukan.
Dari awal rumah besar ini selalu sepi, tidak ada hal spesial yang terjadi setiap hari. Hanya para pelayan yang meramaikan rumah ini karena sejak awal aku memang tinggal sendiri disini. Orang tuaku hanya beberapa kali mengunjungi rumah ini karena kesibukan mereka. Aku bak seorang putri kesepian di kastil mewah, sedikit mirip seperti Rapunzel, hanya saja aku tidak terkurung disini dan tentunya tidak memiliki rambut panjang dan tidak ada pangeran yang akan menjemputku.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments