El bangun kesiangan karena tadi malam dia begadang mengerjakan laporan penelitiannya. Dia beranjak dari kasur dengan malas menuju kamar mandi. El harus ke rumah Om nya hari ini karena nanti malam dia harus mulai menjaga Nevan. El sudah menyiapkan barang-barang keperluannya, tidak banyak karena dia hanya sementara disana.
El mengendarai mobilnya menuju rumah Davin, Jessi sudah mengirimkan alamat mereka pada El agar tidak tersesat saat kesana. Maklum, El sudah lupa jalan kesana karena terlalu lama tidak pernah berkunjung. Sekitar 30 menit El akhirnya sampai ke tempat tujuan.
El sudah berada di depan sebuah rumah besar milik Om nya. Beberapa pelayan menyambut dan mempersilahkannya masuk. Seorang wanita cantik berjalan anggun menuruni tangga dengan senyum yang sangat cerah menghampiri El.
"El, sayang ternyata kau sudah datang." Jessi memeluk El.
"Ya, tante." El membalas pelukan Jessi.
"Lama sekali kita tidak bertemu, kau sudah semakin dewasa sekarang." Jessi tersenyum menatap El.
"Iya, tante." El tersenyum dan mengangguk, dia merasa sedikit canggung.
"Bagaimana kuliahmu El? apakah lancar?." Jessi selalu berbicara dengan lemah lembut.
"Ya, tante, sekarang aku sedang menyusun penelitian akhir."
"Wah, berarti sebentar lagi kuliahmu akan selesai."
"Mmm, aku berusaha secepat mungkin menyelesaikannya." El tersenyum.
"Apa kau akan kembali ke kota B setelah selesai kuliah, El?" Jessi menatap El.
"Sepertinya tidak, tante. Aku ingin bekerja di kota ini."
"Hmmm, baguslah. Sering-seringlah berkunjung kesini nantinya."
"Mmm, ya tante aku akan sering berkunjung nantinya jika tidak sibuk." El mengangguk.
"Baiklah, tante akan mengantarmu ke kamar yang akan kamu tempati selama disini." Jessi menuntun El menuju kamar yang akan ditempati El.
Mereka berjalan menaiki tangga ke lantai dua. El memperhatikan rumah yang sangat besar ini, tidak jauh beda dengan rumahnya, rumah ini juga terlihat sepi, hanya pelayan saja yang meramaikan rumah ini. Mereka melewati sebuah kamar yang dipintunya bertuliskan "Baby Nevan Axel".
"Mmm, apa ini kamar Nevan?" El berhenti di depan kamar itu.
"Ya, sayang. Ini kamar Nevan, dan itu kamarmu." Jessi menunjuk sebuah kamar di samping kamar Nevan, di berjalan menuju pintu dan membukanya, Jessi mengajak El untuk masuk.
"Wah, kamar ini sangat bagus, suasananya terasa sangat nyaman." El tidak bisa menahan kekagumannya saat menatap kamar besar dengan nuansa berwarna biru pastel itu.
"Apa kau menyukainya?" Jessi tersenyum gembira.
"Ya, sangat." El mengangguk tersenyum.
"Semoga kau merasa nyaman berada disini, El." Jessi mengelus bahu El lembut.
"Mmmm, apakah Nevan ada di dalam kamar tante?"
"Ya, Nevan sedang tidur sekarang, mungkin tidak lama lagi dia akan bangun."
"Aku tidak sabar bertemu dengannya." El tersenyum cerah.
"Kau bisa menemuinya setelah bangun nanti."
"Ya." El mengangguk.
"Aku akan mengenalkanmu dengan kepala pelayan disini, El. Ayo kita kembali ke bawah." Mereka kembali berjalan menuruni tangga.
El di pertemukan dengan dua orang yang berseragam pelayan, dia menatap dua pelayan tersebut. Salah satunya terlihat sudah berumur,sedangkan yang satunya tampak masih muda dan cantik. Mereka berdua tampak terlihat sangat mirip.
"El, ini Bi Hana, dia kepala pelayan dirumah ini." Jessi menunjuk wanita yang lebih tua. "Ini Naya, anak Bi Hana. Dia yang akan membantumu mengasuh Nevan sementara waktu."
"Selamat datang nona El, salam kenal." Bi Hana dan Naya berucap bersamaan.
"Salam kenal, Bi Hana, Naya." El tersenyum menatap mereka berdua.
"Untuk pelayan yang lain kau bisa berkenalan dengan mereka nanti, mereka sedang sibuk di belakang." Jessi tersenyum dan mempersilahkan kedua pelayan itu untuk kembali kebelakang.
"El, kau bisa memanggil mereka jika membutuhkan sesuatu." Jessi menatap El.
"Terima kasih, tante."
"Hmmm, baiklah, kau bisa beristirahat lebih dulu di kamarmu. Tante harus mengurus beberapa hal terlebih dahulu. Banyak yang harus tante persiapkan untuk keberangkatan malam ini."
"Baik, tante."
Jessi dan El berjalan beriringan menaiki tangga. El berbelok ke kanan menuju kamarnya sedangkan Jessi berjalan lurus melewati beberapa kamar dan menghilang dari pandangan El.
El membuka pintu kamarnya, dia mulai merapikan beberapa barang bawaannya. Dia hanya membawa sedikit pakaian karena menurutnya dia bisa pulang pergi kerumahnya jika ada keperluan lain nantinya. El masuk ke ruang ganti pakaian, dia membuka salah satu lemari baju besar untuk menaruh pakaian yang dibawanya dari rumah. El terbelalak saat melihat isi lemari, ternyata pakaian untuknya sudah disiapkan, tidak tanggung-tanggung lemari besar tersebut berisi penuh pakaian untuk El. Dia mencoba salah satunya, sangat pas dibadannya.
"Apa ini benar-benar disiapkan untukku? Darimana mereka tahu ukuran pakaianku?" El bergumam pelan.
El menutup kembali lemari itu setelah memasukan pakaiannya kedalam. El membuka lemari untuk sepatu, dia semakin terkejut. Di dalam sana juga penuh dengan sepatu kesukaannya. Ukurannya sangat pas dengan kaki El. Dia mencoba beberapa pasang sepatu, sangat nyaman dan pas dikakinya.
"Apa ada ibu peri pengabul keinginan disini? Kenapa semua tersedia begitu saja? Dan semua barang ini semuanya adalah kesukaanku." El menatap sepatu-sepatu baru yang berjejer di depannya.
El benar-benar takjub melihat seisi kamar itu, segala keperluannya benar-benar sudah disiapkan disana. Dia merasa seakan-akan kamar itu seperti kamarnya sendiri. El membuka sebuah pintu di samping ruang ganti. Dia melihat ruang belajar lengkap dengan segala peralatannya. El masuk ke ruangan itu dan melihat-lihat isinya. Disana bahkan terdapat buku-buku berisi referensi yang sesuai dengan penelitiannya.
"Sepertinya disini benar-benar ada ibu peri." El celingak celinguk dengan konyolnya mencari peri yang menurutnya sedang bersembunyi.
El berhenti dari aktivitasnya saat pintu kamar di ketuk oleh seseorang. Dia membuka pintu dan melihat Naya di depan kamarnya. Gadis itu tersenyum sangat ramah kepada El.
"Naya?"
"Nona El, Nevan sudah bangun. Apakah nona ingin bertemu dengannya sekarang?"
"Tentu." El mengangguk gembira.
El dan Naya memasuki kamar Nevan, anak itu masih berbaring di tempat tidurnya. El mendekati Nevan, dia sangat senang melihat anak kecil itu. Nevan menatap Naya seakan bertanya siapa yang dibawa Naya kekamarnya.
"Nevan, ini namanya aunty El." Naya memperkenalkan El pada Nevan.
"Halo, Nevan." El melambai-lambaikan telapak tangannya.
"Unty El akan menjadi teman bermain kamu."
"Nevan, mulai sekarang kita berteman." El tersenyum pada Nevan.
"Baik unty." Nevan ternyata mudah menerima orang baru.
"Naya, berapa umur Nevan saat ini?" El bertanya.
"Hampir 4 tahun nona, tepatnya satu bulan lagi."
"Kalau umurmu berapa Naya? Apa kita seumuran?"
"Nona bercanda, umur saya jelas lebih tua dari nona." Pelayan itu terkekeh.
"Benarkah?"
"Ya, umur saya sudah 27 tahun nona, jauh berbeda dengan nona."
"Aku kira kita seumuran, kau terlihat masih muda dan cantik."
"Nona bisa saja."
"Kau lebih tua dariku, apakah tidak apa-apa jika aku memanggilmu dengan sebutan Naya saja?"
"Tidak apa nona, panggil saya Naya saja." Naya tersenyum.
"Oh ya, kata tante Jessi kau tidak menginap disini, kenapa?" El terlihat penasaran.
"Saya hanya membantu pekerjaan ibu disini nona, saya juga punya anak kecil yang harus diurus dirumah, jadi saya tidak bisa menginap disini."
"Mmm, begitukah? Bagaimana dengan suamimu, Naya? Apa anakmu bersama ayahnya saat kau bekerja disini?"
"Saya sudah bercerai nona, anak saya bersama kakeknya jika saya sedang bekerja disini. Malam hari baru saya menjemputnya dari rumah Kakeknya."
"Oh, maafkan aku Naya, aku tidak sopan sudah bertanya hal pribadi padamu."
"Tidak apa-apa nona."
El dan Naya trrlihat akrab meski baru pertama kali bertemu. Walaupun umur Naya lumayan berbeda jauh dengan El tapi obrolan mereka terlihat sangat menyambung. El senang karena Naya bisa menjadi teman bicaranya selama berada disini.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments