VINDICTA ( BALAS DENDAM )
Malam itu, terlihat ramai warga warga berkumpul di depan rumah kecil milik Sanusi, diantaranya ada beberapa Polisi yang berjaga diluar rumah.
Dari dalam rumah, keluar Sanusi bersama dua Petugas keluar rumah. Sanusi di borgol, Polisi menangkap Sanusi.
Seorang anak kecil berusia 10 tahun berlari mengejar keluar rumah dengan menangis.
"Jangan bawa Bapak, Bapak bukan pembunuh, lepaskan, lepaskan Bapaakk !" Teriak anak kecil berusia 10 tahun.
Petugas Polisi tak perduli, mereka tetap membawa Sanusi ke mobil Polisi .
Petugas Polisi lainnya menghalangi sang anak agar tidak mendekati Bapaknya.
Petugas Polisi menahan sang anak, mendekapnya erat agar ia tak dapat bergerak dan berlari mendekati bapaknya.
Sanusi sudah masuk ke dalam mobil patroli Polisi yang terparkir di depan rumahnya.
Para warga memandang penuh kebencian pada sang anak yang menangis meraung raung.
Anak itu melihat mobil Patroli Polisi yang pergi dari rumahnya membawa bapaknya.
Polisi yang memegangi tubuhnya melepaskan pegangan dan dekapannya.
Lalu Polisi pergi begitu saja meninggalkan sang anak yang menangis terduduk di tanah.
Para warga yang menonton segera membubarkan diri masing masing, membiarkan sang anak sendiri meratapi nasibnya.
Seorang Pria separuh baya, berusia sekitar 46 tahun dengan penampilan yang mewah pakaiannya ada di lokasi itu.
Dari penampilannya menunjukkan jika dirinya orang terpandang dikampung itu.
Pria itu terlihat tersenyum puas melihat Sanusi di tangkap dan dibawa Polisi.
Dia lalu masuk ke dalam mobilnya, menyuruh Supir pribadinya untuk pergi meninggalkan rumah Sanusi.
Suasana seketika sepi, sunyi senyap setelah warga warga bubar dan para Petugas Polisi pergi membawa Sanusi.
Sang Anak masih menangis tersedu sedu, air hujan turun dengan derasnya, membasahi tubuh sang anak yang masih terduduk menangis di tanah.
Sang Anak tak perduli hujan, dia menangis, dia membiarkan tubuhnya terkena air hujan yang turun dengan derasnya.
Di waktu lainnya, saat itu, sang anak kecil berusia 10 tahun yang kita kenal bernama Yanto sedang menemani adik perempuannya yang berusia 6 tahun.
Adik perempuannya saat itu dalam kondisi sakit parah, ada komplikasi di hatinya.
Yanto yang ditinggal bapaknya karena dipenjara atas tuduhan pembunuhan dan pemerkosaan tak bisa berbuat apapun juga.
Dia tak punya biaya, dan tak tahu harus bagaimana caranya mengobati sakit adiknya.
Satu satunya hal yang bisa dia lakukan hanyalah menemani, menghibur, memberi makan adiknya.
Dia selalu menyuapkan makanan pada adik perempuannya yang bernama Wita.
Saat itu Wita terlihat senang wajahnya memegang sebuah boneka kayu pemberian abangnya.
"Wita suka boneka kayunya, buat Wita ya Bang." Ujarnya pada Yanto dengan wajah lugu dan cerianya.
Wajah Wita terlihat pucat karena sakitnya, Yanto mengangguk tersenyum menatap wajah adiknya itu.
Seorang gadis kecil berusia 8 tahun mendekati Yanto dan Wita, dia terlihat senang melihat boneka ditangan Wita.
"Waah, bagus bonekanya ya Wit." Ujar Maya, nama gadis berusia 8 tahun itu.
Wita mengangguk senang, lalu mengajak Maya untuk bermain boneka bersamanya.
Maya pun duduk disamping Wita, bermain boneka bersama, saat itu Yanto mencium seperti bau terbakar, dan suasana didalam rumahnya saat ini terasa panas.
Yanto cepat keluar kamar Wita, ingin melihat apa yang terjadi dirumahnya.
Saat Yanto keluar dari kamar, dia begitu kaget karena melihat api berkobar besar membakar rumahnya yang terbuat dari kayu.
Melihat rumahnya terbakar, Yanto panik, api menjalar dengan cepat, melalap dan membakar semua ruangan rumahnya.
Yanto dengan wajah panik cepat berlari masuk ke kamar menemui Wita dan Maya yang saat itu sedang asyik bermain boneka.
"Cepat keluar Maya, kebakaran, rumah ini kebakaran !!" Teriak Yanto memberitahu pada Maya yang kaget.
Wita bingung mendengar perkataan Yanto, Yanto cepat menggendong Wita, berusaha untuk menyelamatkan diri.
Yanto, Maya dan Wita yang berada dalam gendongan Yanto berlari dan berusaha keluar dari ruang tamu rumahnya yang sudah terbakar.
Kayu yang terbakar jatuh dari atas atap rumah, hampir mengenai tubuh Yanto dan Wita.
Mereka berhasil menghindar, api sudah berkobar mengelilingi ruangan.
Hampir tak ada celah untuk melarikan diri, Maya terlihat panik, dia menoleh ke seluruh ruangan.
Maya lalu cepat berlari ke arah belakang rumah, menerobos kobaran api.
Melihat Maya yang menembus kobaran api, Yanto semakin panik dan kaget.
"Mayaaaa ,jangan lakukan itu !!" Teriak Yanto histeris.
Namun Maya tak mendengarnya, dia sudah berhasil menerjang kobaran api, terjatuh berguling guling dilantai dapur rumah Yanto.
Yanto lalu cepat mengambil keputusan, dia melompat menerjang jendela rumahnya.
Yanto melemparkan tubuh adiknya lebih dulu keluar rumah dari jendela, kemudian dia melompat dari jendela.
Yanto berhasil keluar dari kepungan api yang sudah menjalar besar didalam rumahnya.
Diluar rumahnya, Yanto yang terguling guling ditanah karena melompat dari jendela rumahnya segera mendekati adiknya yang meringis kesakitan di tanah.
Yanto semakin panik begitu melihat Wita seperti susah sekali untuk bernafas.
"Wiiit, kamu kenapa ? Kamu kenapa?!!" Ujar Yanto menepuk nepuk pelan pipi adiknya yang terus seperti megap megap kehabisan nafas.
Yanto panik melihat keadaan adiknya, dia menatap kedepan, mencari cari.
Dia melihat beberapa orang berdiri dengan melemparkan kayu kayu yang sudah terbakar api ke arah rumahnya.
"Hentikan ! Jangan bakar rumah kami !! Apa salah kami pada kalian, cukup, hentikaaan !!" Teriak Yanto pada warga warga yang sengaja membakar rumahnya.
Yanto mendekat dan menyerang warga yang sedang melempari kayu terbakar kerumahnya.
Warga mendorong, menendang tubuh kecil Yanto hingga terjatuh di tanah,
Terdengar secara sayup sayup suara Wita, adiknya tengah memanggilnya.
"Bang Yanto, tolong bang, sakit..." Ujar Wita dengan suara terengah engah karena susah bernafas.
Yanto melihat adiknya lalu cepat berlari mendekatinya, saat itu juga Wita pingsan, tak sadarkan diri, melihat adiknya pingsan.
Yanto semakin panik, dia menangis mengangkat tubuh adiknya, memangku kepala adiknya dipahanya, dia terduduk ditanah menangis sejadi jadinya.
"Bangun Wiit, banguuunn... kamu gak boleh pergi, kamu gak boleh ninggalin abang." Ujar Yanto dalam tangisannya meratapi Wita yang pingsan.
Sementara warga warga yang membakar rumahnya bubar, pergi meninggalkan Yanto dan Wita, rumah Yanto sudah habis terbakar.
Kobaran api yang begitu besar dengan cepat melalap habis dan membakar seluruh rumah Yanto yang hanya terbuat dari kayu kayu.
Yanto yang menangis cepat berdiri dan menggendong adiknya, dia segera lari meninggalkan rumahnya.
Yanto membawa Wita, dia meminta pertolongan orang orang agar adiknya di tolongin.
Yanto menggendong Wita menyusuri jalan setapak tanah dekat rumahnya.
Saat itu dia melihat seseorang berdiri menatap kearah rumahnya, segera Yanto mendekatinya.
"Tolong pak, tolongin saya." Ujar Yanto memelas pada orang tersebut yang hanya terdiam tak berani berbuat apapun.
Dia melirik ke dalam mobil, di jok belakang ada seorang pria separuh baya duduk.
Yanto melihat ke dalam mobil, segera dia mengetuk kaca mobil, Wita masih ada di gendongannya.
"Tolongin saya pak, tolong bawa adik saya kerumah sakit, tolong pak." Ujar Yanto mengetuk kaca jendela mobil.
Pria paruh baya membuka sedikit kaca jendela, menyuruh orang yang berdiri di luar mobil untuk segera masuk dan pergi dari situ.
Orang yang berdiri diluar mobil cepat masuk kedalam mobil, menyalakan mesin mobil dan pergi meninggalkan Yanto yang kebingungan itu.
Pria paruh baya meludah kearah Yanto, Yanto terdiam terkena air ludah pria paruh baya yang pergi meninggalkannya.
Pria itu tak perduli dengan semua keadaan dirinya dan adiknya saat itu.
Dalam tangisan sedihnya, Yanto yang masih menggendong adiknya melangkah pergi, untuk mencoba kembali mencari bantuan.
Setiap kali dia bertemu orang dan meminta tolong, setiap kali juga orang orang yang bertemu dengannya menolak dan tidak mau menolong Yanto.
Bahkan ada diantara mereka yang memandang jijik serta hina pada Yanto dan Wita yang masih pingsan dalam gendongannya.
Yanto dengan susah payah melanjutkan langkahnya, tubuhnya mulai melemah, dia berusaha menguatkan dirinya berjalan dan menggotong adiknya.
Bagi Yanto, yang ada di fikirannya saat itu hanyalah berusaha agar dia segera tiba dirumah sakit, agar adiknya dapat tertolong.
Dengan wajah panik dan penuh kesedihan Yanto berlari lari kecil, menyusuri jalanan.
Dia yang menggendong Wita berlari menyeberangi jalan raya yang cukup besar dan ramai kendaraan.
Karena panik dan ingin cepat sampai kerumah sakit, dia tidak peduli dan tidak melihat rambu lalu lintas, dengan cepat berlari menerobos jalanan.
Karena kecerobohannya itu, Yanto pun di tabrak sebuah mobil yang melaju dengan cepat dijalan raya itu.
Tubuh kecil Yanto terlempar karena ditabrak mobil, pegangan tangannya yang menggendong tubuh adiknya terlepas.
Wita yang berada dibelakang punggung Yanto terjatuh dari gendongan Yanto.
Wita terguling guling di aspal, kepalanya membentur aspal, terluka dan mengeluarkan darah.
Sementara Yanto yang terpental jauh juga terkulai tak berdaya di aspal jalanan itu, tubuhnya terlihat luka luka.
Seorang pemuda berseragam Polisi yang melihat Yanto ditabrak dan mobil yang menabraknya melarikan diri segera menghentikan mobilnya.
Lalu dia turun dan keluar dari dalam mobilnya, dia cepat berlari kearah Yanto, membopong tubuh Yanto dan memasukkannya ke dalam mobilnya.
"Witaa...Witaa..." Ujar Yanto lemah dalam gendongan pemuda yang menolongnya, lalu Yanto pingsan.
Setelah Yanto berada di dalam mobilnya, cepat sang pemuda berlari mendekati Wita.
Dia mengangkat serta menggendong Wita, membawanya masuk ke dalam mobilnya.
Wita sudah tak bergerak tubuhnya, pingsan seperti Yanto, setelah Wita dan Yanto berada di dalam mobilnya, Sang Pemuda cepat masuk kedalam mobil.
Dia menyalakan mesin mobilnya, lalu segera tancap gas menjalankan mobilnya, pergi meninggalkan tempat itu.
Pemuda membawa Yanto dan Wita kerumah sakit, petugas rumah sakit dengan cepat dan tanggap serta sigap segera memberi pertolongan.
Petugas medis membawa Yanto serta Wita ke ruang gawat darurat, sang Pemuda wajahnya terlihat cemas dan iba melihat kondisi Yanto serta Wita terluka parah.
Beberapa jam kemudian sang Pemuda menemui Dokter yang mengoperasi Yanto serta Wita.
Dokter memberitahu kondisi Yanto aman dan baik baik saja setelah dioperasi,walau mengalami patah tulang di bagian kaki dan tangannya.
Tapi tidak dengan Wita, Dokter mengabarkan bahwa nyawa Wita tak dapat diselamatkan.
Setelah berusaha di operasi berjam jam, Wita menghembuskan nafasnya, dan meninggal dunia.
Sang Pemuda dengan wajah sedih terdiam, dia tak bisa berkata apapun juga saat itu.
Setelah kematian Wita, adiknya, hari hari Yanto di isi dengan kesepian dan kesedihan, wajahnya terlihat murung, dia menjadi pendiam.
Saat itu Yanto berada di sebuah panti asuhan, sang Pemuda yang menolong Yanto saat kecelakaan sengaja membawanya ke panti asuhan.
Dengan tujuan, agar dia punya tempat tinggal, karena tahu bahwa Yanto tidak punya keluarga dan rumah.
Siapa sang pemuda ini ? Nanti akan dibuka tentang siapa sebenarnya di bab bab ke depannya.
--- 17 Tahun kemudian ---
Terlihat sebuah mobil sport melaju dengan kecepatan tinggi lalu berhenti tepat di dekat seorang gadis cantik yang terlihat tertawa.
Saat itu, dari dalam mobil sport yang mahal itu keluar seorang pemuda gagah.
Pemuda itu berkaca mata hitam, dengan penampilan yang keren, parlente.
Dengan wajah tersenyum, Pemuda itu lantas membuka kacamata hitamnya.
Dia berjalan mendekati gadis cantik yang sudah lama berdiri menunggunya.
Pemuda itu lalu menggandeng gadis cantik yang tersenyum senang padanya.
Pemuda yang dikenal bernama Mike serta gadis cantik yang bernama Linda itu terlihat akrab, berjalan masuk ke dalam gedung perkantoran.
Gedung perkantoran itu milik Mike, hasil dari pemberian orang tuanya. Dan Linda teman dekat Mike, mereka sangat dekat.
Banyak yang mengira kedekatan serta kemesraan mereka itu karena mereka berpacaran, padahal sebenarnya mereka hanyalah bersahabat.
Walau Mike menyukai Linda dan ingin serius, tapi Linda selalu menolaknya.
Linda mengatakan bahwa dia lebih nyaman menjadi sahabat Mike daripada pacar. Dan Mike menerima alasan Linda .
Di dalam sebuah rumah yang terlihat gelap dan hanya di sinari lampu lampu pijar berwarna kuning cahayanya dengan watt kecil.
Terlihat seorang bapak yang duduk menatap televisi serta seorang ibu yang sedang menjahit di mesin jahit.
Tubuh mereka tak bergerak, diam mematung, lalu di kamar tidur anak, terlihat seorang gadis cantik yang sedang berbaring di ranjang.
Di kursi meja belajar,ada juga duduk gadis kecil seperti sedang belajar.
Di ruangan lain, terlihat sosok pemuda yang tidak terlihat wajahnya sedang asyik serius membuat sebuah patung lilin.
Dia sedang membuat sebuah patung lilin dengan sosok gadis kecil yang cantik.
Setelah selesai, tampak sorot matanya menatap puas dan senang pada patung lilin yang selesai dibuatnya.
Dia lalu merapikan semua peralatannya, kemudian pergi meninggalkan patung lilin gadis kecil itu.
Ternyata seorang bapak, seorang ibu yang ada diruang tamu depan tivi dan di mesin jahit adalah patung patung lilin yang sengaja dibuat sang pemuda misterius itu.
Sama halnya dengan gadis kecil yang berada di dalam kamar, terbaring di ranjang dan di meja belajar.
Mereka semua adalah patung patung lilin yang dibuat pemuda misterius itu.
Suasana yang gelap dan hanya diterangi sinar kuning lampu pijar membuat suasana dalam rumah tersebut mencekam.
Dengan keberadaan patung patung lilin yang seperti manusia aslinya membuat rumah itu terlihat menakutkan dan mengerikan.
Jika ada orang yang masuk ke dalam rumah itu, tentunya akan ketakutan dan teriak histeris.
Karena melihat patung lilin dengan nuansa gelap mencekam didalamnya.
Sang pemuda misterius duduk di kursi meja makan, tentang siapa dirinya sengaja dibuat menjadi sosok yang misterius untuk kepentingan cerita kedepannya.
Pemuda misterius itu menyendok nasi dan meletakkannya ke piring, mengambil lauk.
Lalu dia memberikan piring yang telah berisi nasi dan lauk pauk ke hadapan gadis kecil yang duduk di kursi meja makan.
Tepat di hadapannya, gadis kecil yang ternyata, sebuah patung lilin juga, sama seperti patung lainnya di dalam rumah.
"Sekarang waktunya kita makan, habis makan, aku akan bacain cerita komik buat kamu tidur." Ujar pemuda misterius tersenyum.
Suaranya terdengar berat dan ngebass, dia bicara pada patung lilin berbentuk gadis kecil.
Wajahnya mirip dan sama persis dengan wajah kedua patung lilin gadis kecil yang berada di dalam kamar.
Pemuda itu dengan cuek dan santainya menikmati makanannya, sesekali dia tersenyum dan tertawa.
Dia menatap pada patung lilin gadis kecil yang duduk didepannya, seolah sedang bicara dan becanda saat makan bersama sama.
Siapa pemuda misterius ini ? Mengapa ada begitu banyak patung patung lilin yang dibuat dan di pajangnya di dalam rumah?
Apa maksud dan tujuannya dengan adanya patung patung lilin tersebut?
Semua akan terjawab sedikit demi sedikit dalam bab bab berikutnya. Tetap ikuti kelanjutan ceritanya.
Akan banyak kejutan kejutan yang akan terjadi dalam cerita ini, hal yang tak terduga, sebuah misteri yang terus menyelimuti akan mengarungi alur cerita ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 318 Episodes
Comments
nat.oke1
Baca di awal bikiin penasaran....
jangan lupa mampir di cerita aku dong gengs, "my last kiss"
2023-03-16
0
Asuma Ace
1S55
2022-11-14
0
A 1
baru mulai, tapi sebenarnya ada beberapa kesalahan tulisan di sana.
2022-07-18
0