Bramantio bersama istrinya Masayu dan anak tunggalnya Mike sedang berkunjung kerumah Wijaya, orang tua dari Linda.
Di ruang tamu rumah yang sangat mewah itu, terlihat keakraban diantara Bramantio dan Wijaya.
Bramantio datang berkunjung untuk membicarakan perihal tentang rencana dirinya dan Wijaya menjodohkan Mike dengan Linda.
Perjodohan itu, dengan maksud, agar mereka menjadi besan, dan semakin mempererat persahabatan yang sudah terjalin selama ini.
Selain itu, ada motif lain yang di incar Bramantio untuk menjadikan Mike, anak semata wayangnya itu sebagai Menantu Wijaya.
Agar dia bisa menguasai sebagian saham perusahaan milik Wijaya yang selama ini secara diam diam memang sudah di incarnya.
Tampak kebahagiaan terpancar dari raut wajah Masayu yang tersenyum lebar melirik Linda yang hanya diam tertunduk.
Mike yang duduk di sofa, tepat di depan Linda sesekali melirik wajah Linda.
Ada kebahagiaan pada dirinya, karena akhirnya akan menjadikan Linda sebagai istrinya.
Suatu keinginan yang sudah lama di impikannya, dan akan segera terkabul.
"Ada baiknya, jika pernikahan Mike dan Linda dilangsungkan secepatnya." Ujar Masayu tersenyum senang pada Wijaya.
"Iya, kita diskusikan dulu untuk menetapkan waktu terbaiknya." Ujar Wijaya.
"Pernikahan mereka harus digelar dengan istimewa, saya akan mempersiapkan semuanya." Ujar Bramantio menatap Wijaya.
"Mudah mudahan dengan menikahnya anak anak kita, dapat lebih mempererat hubungan kita." Ujar Wijaya pada Bramantio yang mengangguk tersenyum .
"Bagaimana Mike ? Kamu siap kan menikah dengan Linda ?" Tanya Masayu pada Mike yang tesenyum senang itu.
"Iya Ma, saya bahagia bisa menikahi Linda." Ujarnya melirik Linda yang hanya diam saja duduk di sofanya.
Wijaya tersenyum menatap Mike dan Bramantio beserta Masayu. Linda terdiam.
"Sayang sekali, Mama Linda sudah almarhum, jika dia masih ada, tentu dia bahagia Linda akan menikah." Ujar Wijaya.
Wijaya tersenyum lirih mengenang istrinya yang sudah meninggal karena sakit jantungnya.
Tiba tiba Linda berdiri dari tempat duduknya dengan wajah yang sedikit menyimpan rasa ketidak senangan dengan semua pembicaraan mereka.
"Maaf Om, Tante, Linda tinggal dulu, Linda lagi gak enak badan." Ujar Linda dengan suara lemah pada Bramantio dan Masayu.
Dia melirik sekilas pada Mike yang heran melihat sikap Linda seperti dingin dan acuh tak acuh itu.
Linda beranjak dari tempatnya, berbalik jalan meninggalkan mereka.
Wijaya melirik heran pada anaknya yang pergi begitu saja, saat Mike berdiri hendak mengejar Linda.
Namun, Wijaya langsung menahan langkahnya, dia memegang tangan Mike.
"Biarkan dia Mike, Linda mungkin butuh waktu buat mikir tentang pernikahannya." Ujar Wijaya pada Mike yang lantas kembali duduk di sofanya.
Dia menghela nafasnya, ada rasa tidak enak di hatinya melihat perubahan sikap Linda yang tidak seperti biasanya.
Linda yang sehari harinya ceria, saat ini di lihat Mike lebih banyak murung.
Di dalam dirinya dia tahu, bahwa Linda keberatan dengan pernikahan mereka.
Namun Mike tidak perduli, karena selama ini memang dia mencintai Linda.
Dia senang, berkat kedua orang tuanya, dia bisa memiliki Linda seutuhnya.
Linda melangkah cepat keluar dari dalam rumahnya, wajahnya terlihat kesal, dia lalu duduk di anak tangga lantai halaman rumahnya yang besar dan mewah.
Wajahnya murung, Gavlin, yang berdiri disamping mobilnya menunggu Bramantio beserta keluarga.
Gavlin melihat Linda duduk di anak tangga halaman rumah, dia segera melangkah mèndekatinya.
Gavlin lalu memperhatikan wajah cantik Linda yang sedang murung itu.
"Lebih baik, jika kamu keberatan, bilang langsung, jangan hanya diam." Ujar Gavlin berdiri di hadapan Linda yang menatap wajahnya.
Linda kaget karena tiba tiba, sudah ada Gavlin berdiri tersenyum di dekatnya.
"Kamu siapa ? Apa maksudmu ?" Tanya Linda mendongak melihat Gavlin yang berdiri.
"Aku supir pribadi pak Bramantio, aku tau, kamu akan menikah dengan tuan Mike, anak pak Bramantio kan ?" Ujar Gavlin.
Gavlin tersenyum pada Linda yang memperhatikan wajah Gavlin, Linda lantas berdiri dihadapan Gavlin.
"Aku kesal, kecewa sama Mike, gak nyangka dia setuju dengan perjodohan kami." Ujar Linda kesal.
"Kamu suka gak sama Mike ? Kamu akan bahagia gak kalo jadi istrinya?" Tanya Gavlin menatap wajah Linda.
"Suka dalam hal persahabatan, tidak lebih, aku gak kan bahagia jika jadi istrinya, karena aku gak pernah mencintai Mike." Linda kesal.
"Dia itu hanya ku anggap sebagai sahabat baik, tidak lebih dari itu." Ujar Linda.
"Aku kecewa aja pada sikap Mike yang menerima begitu saja perjodohan kami." Ujar Linda dengan wajah kecewa.
"Dia udah berbohong padaku, bilang gak kan pernah mau jika orang tuanya memaksa dia menikahi aku, nyatanya setuju aja." Ujar Linda kesal.
Dia sangat kecewa pada Mike, dia merasa Mike tidak jujur dengan apa yang sudah pernah dikatakannya. Gavlin tersenyum.
"Ya bilang terus terang, kamu menolak pernikahan itu." Ujar Gavlin santai.
"Kalo kamu diam aja, dan sikapmu seperti ini, orang tuamu pasti berfikir kamu setuju dengan pernikahan kalian." Ujar Gavlin.
Mendengar ucapan Gavlin, Linda terdiam, lalu Linda menatap wajah Gavlin yang tersenyum.
"Sebaiknya, kamu secepatnya memberitahu mereka, sebelum mereka menyiapkan semuanya." Ujar Gavlin.
Linda diam lagi, dia berfikir sejenak, lalu dia menatap Gavlin yang tersenyum padanya.
"Baik gak, kalo sekarang aku bilang ke mereka ?" Tanya Linda pada Gavlin.
"Kalo gak sekarang, mau kapan lagi? Mereka pasti mau cepat cepat menikahi kamu dan Mike." Ujar Gavlin.
"Kalo kamu tunda dan berlarut larut, akan terlambat nanti." Gavlin meyakinkan Linda yang diam berfikir.
Akhirnya dia menarik nafas dan mengangguk, menatap wajah Gavlin yang tersenyum padanya.
"Okay, aku akan bilang ke mereka." Ujar Linda menatap wajah Gavlin.
"Terima kasih ya, Oh ya, nama kamu siapa ?" Tanya Linda pada Gavlin.
"Aku Gavlin." Ujarnya memberitahukan namanya pada Linda.
"Aku Linda. sekali lagi, terima kasih ya udah kasih saran buatku." Ujar Linda tersenyum ramah pada Gavlin yang mengangguk tersenyum.
Linda lalu berbalik dan berjalan cepat kembali masuk ke dalam rumahnya di ikuti tatapan mata Gavlin yang melihatnya masuk ke dalam rumah.
Linda kemudian segera berjalan masuk ke dalam rumahnya, menemui Papahnya.
Papahnya sedang tertawa tawa bahagia bersama Bramantio dan Masayu beserta Mike. Linda berdiri dihadapan mereka.
"Linda boleh bicara pah ?" Ujar Linda pada Wijaya, lapahnya yang lantas melihatnya dengan wajah heran.
Bramantio, Masayu dan Mike juga kaget melihat sikap Linda yang tiba tiba datang dan seperti akan menyampaikan sesuatu hal yang penting.
"Ada apa ? Kamu mau bilang apa? Duduklah." Ujar Wijaya pada Linda dengan penuh kelembutan.
Linda berdiri diam sejenak, dia menarik nafasnya berat, menguatkan dirinya.
Kemudian dia menatap satu persatu kewajah Bramantio, Masayu, Wijaya, lalu melihat pada Mike yang menatapnya lekat.
"Maafin Linda pah. Linda menolak perjodohan kami, Linda gak mau menikah dengan Mike." Ujar Linda dengan mantap dan penuh keyakinan dalam dirinya.
Hal itu membuat Wijaya sedikit kaget, namun dia kemudian tersenyum, mencoba mengerti akan sikap anak yang sangat disayanginya itu.
Sementara Bramantio terlihat terhenyak, dia kaget Linda menolak rencananya menikahi anaknya dengan Linda.
Masayu melirik Bramantio yang terlihat kecewa, Mike yang duduk di sofa juga terlihat air mukanya berubah kecewa, dia menatap Linda.
"Kenapa kamu menolak pernikahan kita Lin ? Apa kamu gak suka denganku ?" Tanya Mike pada Linda.
"Aku udah bilang berkali kali padamu Mike, aku gak pernah mau jadi pacarmu, apalagi jadi istrimu!" Linda marah.
"Aku gak pernah mencintaimu, aku hanya menyukaimu sebagai sahabat baikku, aku rasa kamu udah tau semuanya alasanku." Ujar Linda.
Linda menatap wajah Mike yang kecewa, Linda terlihat kesal pada Mike.
"Bagaimana bisa aku jadi istrimu jika aku selama ini gak pernah mencintaimu?!" Ujar Linda.
"Biarpun aku terpaksa menikahimu, hatiku gak akan pernah bisa mencintaimu." Ujar Linda menegaskan. Mike berdiri menatap Linda.
"Tapi Lin... " Ujar Mike, Linda memotong ucapan Mike.
"Cukup Mike, aku kecewa denganmu ! Kamu udah bohong!" Ujar Linda keras.
"Kamu bilang akan menolak jika orang tuamu menjodohkan kita, nyatanya kamu menerimanya begitu aja, bahkan kamu senang." Ujar Linda sinis pada Mike.
"Maafin Linda pah, batalkan semua rencana ini." Ujar Linda pada papahnya.
Wijaya hanya diam mengangguk, dia tidak akan memaksa anaknya, dia lebih memilih menuruti semua yang di katakan dan di minta anaknya.
Wijaya menilai, semua yang dilakukan anaknya pasti untuk kebaikan diri anaknya sendiri.
Linda berbalik, berjalan meninggalkan mereka semua yang ada diruang tamu rumahnya.
Dia naik ke tangga rumahnya, menuju ke kamarnya yang berada dilantai atas rumahnya.
Melihat kepergian Linda begitu saja membuat Bramantio tersinggung, wajahnya terlihat kesal melihat sikap Linda yang terang terangan menolak lamaran anaknya.
Bramantio berdiri dari tempat duduknya, Masayu mengikutinya dan berdiri.
"Kita pulang." Ujar Bramantio dengan wajah menahan kesal dan marah pada Masayu dan Mike yang mengikutinya.
"Aku kecewa dengan sikap anakmu yang tidak sopan padaku, anak kurang ajar !" Ujar Bramantio geram.
"Bramantio !! Jangan sekali kali kamu mengatakan hal buruk tentang anakku !" Bentak Wijaya, dia marah pada Bramantio.
"Wijayaaa !! Kamu tau kan siapa aku ?! Tidak ada seorangpun yang berani berbuat seenaknya, tidak menaruh hormat padaku!" Ujar Bramantio marah.
"Anakmu sudah menginjak injak harga diriku!" Bentak Bramantio marah menatap wajah Wijaya yang geram.
"Sudah, sudah pah, jangan diteruskan." Ujar Masayu menenangkan suaminya yang marah.
"Keterlaluan kamu Bram ! Apa kamu kira semua orang akan menuruti kehendakmu !" Bentak Wijaya.
"Kamu tidak bisa membuat orang menurutimu hanya karena memandang kehebatan dan kekayaanmu !" Ujar Wijaya menatap Bramantio.
"Aku lebih menuruti kemauan anakku daripada orang lain ,jika dia menolak, aku pun akan menolak perjodohannya !" Ujar Wijaya geram.
Bramantio mengepalkan tangannya, dia tersinggung pada Wijaya dan Linda.
Bramantio menatap tajam wajah Wijaya, Mike lalu memegang tubuhnya dan membawa pergi papahnya beserta mamanya.
"Kami permisi Om." Ujar Mike pamit pada Wijaya.
"Silahkan. Lebih baik bawa papahmu keluar dari rumahku, orang seperti dia tidak pantas berada dirumahku !" Ujar Wijaya.
Mendengar itu Bramantio marah, dia hendak memukul Wijaya, namun di tahan Masayu dan di cegah Mike yang lantas dengan cepat menarik.
Mike dan Masayu membawa Bramantio keluar dari dalam rumah Wijaya yang menatap kesal pada Bramantio.
Mike dan Masayu keluar dari dalam rumah Wijaya membawa Bramantio yang terlihat sangat marah.
Gavlin yang berdiri disamping mobil menunggu, begitu dia melihat kedatangan mereka cepat membuka pintu belakang mobilnya.
Bramantio masuk ke dalam mobil di ikuti Masayu, mereka duduk di jok belakang mobil.
Mike berjalan dan duduk di jok depan samping mobil, Gavlin setelah menutup pintu mobil segera cepat masuk ke dalam mobil.
Gavlin menyalakan mesin mobil lalu menjalankan mobilnya meninggalkan rumah Wijaya.
"Kurang ajar Wijaya ! Berani dia melawanku ! Aku akan kasih pelajaran dia !" Ujar Bramantio sangat marah sambil menarik dan melepas dasinya.
"Anaknya sudah berani menghinaku terang terangan dengan menolak rencanaku menikahi dia dan Mike !" Bramantio ngamuk.
"Aku tidak bisa menerimanya, tidak bisa ! Dia sudah merendahkan kehormatanku!" Teriak Bramantio melampiaskan amarahnya di dalam mobil.
Gavlin diam terus menyetir mobil, sesekali matanya melirik pada Bramantio yang marah mengamuk di dalam mobil, dia melihat dari kaca spion depan mobil.
"Sudahlah pah, buat apa papah marah marah, biar semuanya aku yang urus, aku akan bicara nanti dengan Linda." Ujar Mike memberi ketenangan pada papahnya.
"Iya pah, serahkan semua sama Mike." Ujar Masayu pada Bramantio yang terlihat menarik nafasnya, berusaha untuk meredakan amarahnya.
Mobil terus melaju dijalanan dengan kecepatan sedang, terlihat wajah Gavlin tersenyum kecil.
Di hati kecilnya mengatakan bahwa Linda pasti sudah menolak perjodohannya.
Hal itu yang membuat Bramantio mencak mencak mengamuk marah. Gavlin dengan sikap tenang terus menyetir mobilnya.
Adzan Isya saat ini berkumandang sayup sayup terdengar dari kejauhan.
Terlihat Ningsih , Wanita berusia 50 tahun dijalanan, dia berpenampilan dengan pakaian yang rapi, habis pergi ketempat hajatan.
Dia mengendarai motor maticnya melintasi jalanan kecil, di kiri jalanan ada rawa rawa.
Sementara di sebelah kanan jalan hanya di tumbuhi rumput rumput liar yang tinggi.
Tidak ada lampu penerangan dijalanan itu, tiba tiba Ningsih menghentikan motornya, dia turun dari motornya.
Ningsih berjalan, melihat ban belakang motornya, ban motor belakang kempes, Ningsih terlihat kesal.
"Ada ada aja nih motor, pake bocor segala, mana sepi gak ada orang, bengkel jauh." Ujarnya mengomel pada dirinya sendiri.
Matanya tertuju pada ranjau paku yang menancap di tanah, dibelakang dekat motornya.
Ningsih lalu dengan cepat melangkah mendekati, melihat ranjau paku itu dia marah.
"Kurang ajar, siapa yang sengaja buat ranjau begini !" Ujarnya marah.
Ningsih melihat sekitarnya, karena suasana sepi, tiba tiba wajahnya berubah pucat, dia takut.
"Jangan jangan, begal yang buat ranjau ini." Ujarnya ngeri.
Ningsih lalu cepat mendorong motornya, berjalan tergesa gesa , pergi dengan mendorong motornya. Dia takut, ada begal menyerangnya ditempat sepi itu.
Saat Ningsih jalan cepat sambil mendorong motornya , tiba tiba saja melesat terbang di depannya sebuah bola api.
Bola api itu berputar putar melesat terbang ke arahnya, Ningsih kaget melihat ada bola api yang terbang ke arahnya.
Bola api itu melesat melewati kepalanya, Ningsih kaget dan menundukkan kepalanya, lalu menoleh ke belakang.
Dia melihat bola api itu berhenti dan tetap melayang berputar putar ditempatnya.
Lalu tiba tiba kembali bola api itu melesat terbang ke arahnya, melihat bola api yang terbang melesat ke arahnya lagi, mata Ningsih melotot, dia ketakutan.
Dia melepaskan begitu saja motornya terjatuh di tanah, lalu cepat berlari dengan ketakutan.
Bola api yang terbang melayang layang itu terus melesat mengejarnya.
"Tolllloooonnngggg...Tooolllloooonnnggg...!!" Teriak Ningsih terus berlari cepat dengan wajah penuh ketakutan.
Sesekali dia melihat ke belakang, ke atas pada bola api yang terbang melesat mengejarnya.
Ningsih terjatuh ditanah, dia cepat bangun dan berdiri, lalu segera berlari kembali.
Wajahnya semakin pucat, dia berkali kali terjatuh dan bangun lalu lari lagi.
Bola api terus mengejarnya, di pertigaan jalan setapak, Ningsih mendadak menghentikan langkahnya.
Dia berdiri diam tak bergerak di tempatnya, matanya terbelalak ketakutan.
Dia melihat sosok seseorang berdiri di depannya tanpa kepala, di tangan sosok orang itu memegang kepala.
"Haa...haan...tu...kepala bun...tung...!!" Ujarnya penuh ketakutan.
Ningsih bergidik ngeri, dia gemetar ketakutan, lalu beberapa detik setelah dia berdiri kaku ditempatnya.
Ningsih pingsan, tubuhnya terkulai lemas di tanah, dia tak sadarkan diri.
Sosok orang tanpa kepala itu berjalan pelan mendekati tubuh Ningsih yang pingsan terbaring di tanah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 318 Episodes
Comments
Sak. Lim
naif mata buta ga liat apa anak kmu trtuduk gtu
2023-08-28
0
Yuuna
hebat Yanto...bikin mereka berantem😆
2022-04-25
1
Bintang Putra Int
ga jls alur critanya
2022-04-19
1