Geger

   Sesampai dirumah mewah miliknya, Bramantio menghempaskan pantatnya ke sofa yang ada di ruang tamu.

Wajahnya terlihat menunjukkan kebingungan, dia tak mengerti kenapa Guntur mati.

Siapa yang membunuh Guntur? Dia memegang kepalanya, mengurut urut keningnya, merasakan pusing, Masayu duduk di samping Bramantio.

"Siapa yang membunuh Guntur ? Apa maksudnya meletakkan mayatnya di hotelku? Ujar Bramantio.

"Seperti disengaja, agar acara peresmian hotel berantakan." Bramantio kesal.

Masayu menggenggam tangan suaminya, berusaha memberinya ketenangan.

"Aku harus cari tau, siapa pembunuhnya, dan apa motifnya membunuh Guntur!" Ujar Bramantio geram.

"Apa pak Guntur selama ini ada musuh pah ?" Tanya Masayu pada Bramantio yang meliriknya lalu tersenyum getir.

"Ya pasti ada Ma, pebisnis seperti kami pasti banyak musuh yang menjadi lawan karena tidak senang dengan keberhasilan kami selama ini." Ujar Bramantio.

"Apa diantara lawan bisnis kalian yang membunuhnya ?" Ujar Masayu, Bramantio terdiam.

Dia melirik kembali wajah istrinya, berfikir sejenak. kemudian dia menarik nafasnya.

"Bisa jadi Ma, Papah juga belum yakin, tapi pasti papah segera tau siapa pelakunya." Ujar Bramantio menatap tajam menahan amarahnya.

"Jangan bertindak diluar batas pah, kalo tau siapa pelakunya, lebih baik serahkan ke polisi, biar polisi yang mengurusnya." Ujar Masayu pada suaminya.

Dia khawatir, suaminya bertindak gegabah dan main hukum rimba lagi seperti yang sudah sudah dia lakukan.

Masayu tahu sepak terjang suaminya itu, Bramantio tidak akan segan segan main kekerasan guna mendapatkan apa yang menjadi keinginan dan incarannya.

Dia tak perduli jika harus menyingkirkan orang orang yang menghalangi langkahnya dalam menjalankan bisnisnya.

Apalagi sahabat baiknya mati di bunuh, tentunya Bramantio tidak akan diam begitu saja, dia akan mengerahkan anak buahnya, untuk memburu pembunuh Guntur.

"Aku gak bisa hanya diam saja Ma, apa yang dilakukan pembunuh itu pada Guntur, aku harus membalasnya, bagaimanapun caranya !" Ujar Bramantio geram.

"Tapi pah..." Ujar Masayu dengan wajah khawatir menatap suaminya.

"Jangan ikut campur urusanku Ma. Aku lebih tau bagaimana menyelesaikan masalah ini !" Ujar Bramantio memotong pembicaraan istrinya.

Wajahnya terlihat marah, dia tak senang istrinya meminta dia untuk melibatkan kepolisian.

"Tinggalkan papah sendiri Ma.Tolong." Ujar Bramantio memejamkan matanya dan merebahkan kepalanya pada senderan sofa.

Masayu menghela nafas, dia berdiri, lalu melangkah pergi meninggalkan Bramantio sendiri di ruangan itu.

   Siang itu, terlihat Maya berdiri didepan kasir sebuah Mini Market, dia membayar belanjaan.

Setelah membayar, kasir memberikan tas plastik berisi belanjaan pada Maya yang lantas segera berbalik keluar dari dalam Mini Market.

Di depan pintu keluar, dia berpapasan dengan Gavlin yang hendak masuk ke dalam Mini Market, mereka bertabrakan.

Maya kesal, saat dia melihat Gavlin berdiri dihadapannya, dia tak jadi marah karena ternyata Gavlin yang menabraknya. Gavlin tersenyum melihat Maya.

"Ketemu lagi kita." Ujar Gavlin tersenyum pada Maya yang cuek membuka pintu lalu keluar dari dalam Mini Market.

Gavlin lalu berbalik dan dia melihat ke arah Maya yang sedang berjalan keluar.

"Hei Jelek ! Gimana mobilmu ?" Tanya Gavlin teriak.

Mendengar perkataan Gavlin, langkah Maya terhenti, raut wajahnya berubah menjadi marah.

Dia kesal karena Gavlin mengatai dia "Jelek", Maya segera berbalik menghadap pada Gavlin yang berjalan keluar dari mini market mendekati Maya.

"Apa kamu bilang ? coba bilang sekali lagi, aku pengen denger." Ujar Maya dengan wajah menahan marah.

Dia menatap tajam Gavlin yang tersenyum berdiri dihadapannya dengan sikap tenang.

"Aku bilaaangg, ka...muu... Jelek !" Ujar Gavlin secara perlahan seperti mengeja mengucapkan kalimat pada Maya.

Maya langsung melotot matanya menatap wajah ganteng Gavlin yang tersenyum menahan tawa.

Gavlin melihat ekspresi wajah Maya yang marah, dia menahan tawa, karena melihat wajah Maya lucu saat marah.

"Kamu kira kamu keren, jadi seenaknya bilang aku jelek ?" Ucap Maya dengan sikap menantang Gavlin.

"Kata orang sih gitu, udah delapan ribu delapan ratus delapan puluh delapan orang yang bilang aku keren." Ujar Gavlin.

Dengan sikap tenang dan tersenyum Gavlin menatap wajah Maya yang terlihat mencibir.

"Diiih, kepedean." Ujar Maya lalu berbalik hendak meninggalkan Gavlin.

"Eeh, mobil kamu gimana ?" Tanya Gavlin lagi.

"Udah ku meseumkan di garasi kantor !" Ujar Maya menjawab pertanyaan Gavlin dengan sikap cuek tak berbalik melihat Gavlin.

Dia terus jalan terburu buru pergi meninggalkan Gavlin yang tertawa melihat sikap Maya itu.

Setelah sedikit jauh Maya dari pandangannya, Gavlin pun melangkah mengikuti ke arah Maya pergi.

Maya yang menyusuri trotoar jalanan, melewati ruko ruko dengan menenteng tas plastik belanjaannya, tidak menyadari jika Gavlin mengikutinya dari belakang.

Gavlin berjalan dibelakang dengan menjaga jarak, agar Maya tidak tahu kalau dia mengikutinya.

Gavlin ingin tahu dimana rumah Maya, karena dia sering melihat Maya datang belanja ke Mini Market tempat yang dia juga biasa belanja untuk keperluan dirinya.

Maya berhenti di pinggir jalan raya, menunggu mobil mobil yang banyak melintas dijalanan.

Maya melirik lampu lalu lintas yang masih belum berubah dari hijau ke merah.

Gavlin yang posisinya sudah dekat dengan Maya bersembunyi di balik gardu listrik yang ada di pinggir jalan itu.

Gavlin terus mengarahkan pandangannya pada Maya yang terlihat berdiri menunggu dengan sikap cueknya.

Saat lampu lalu lintas berubah menjadi merah, Maya cepat melangkah dijalur penyebrangan.

Gavlin mengikutinya, namun wajah Gavlin berubah kaget, dia melihat dari arah lain sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi.

Mobil itu melaju ke arah Maya yang berjalan di garis jalur penyebrangan khusus orang.

Melihat hal itu, reflek dan dengan cepat Gavlin berlari mengejar Maya.

Gavlin segera menangkap dan memeluk tubuh Maya erat, membawa Maya untuk menghindar dari mobil yang melaju kencang.

Mobil dengan kecepatan tinggi melintas melewati Gavlin dan Maya yang terjatuh di aspal jalanan.

Maya dapat diselamatkan Gavlin, sedikit saja Gavlin terlambat menolongnya, nyawa Maya akan melayang dilindas mobil.

Di atas aspal jalanan, terlihat tubuh Gavlin berada di bawah, dan posisi tubuh Maya berada diatas tubuh Gavlin.

Maya menatap wajah Gavlin, dia diam sejenak, wajah mereka yang begitu dekat membuat Maya terdiam.

Jantungnya berdegup cepat, Gavlin menatap wajah Maya dengan tatapan yang membuat hati Maya luluh saat itu, Gavlin tersenyum menatapnya.

"Hampir saja kamu ditabrak." Ujar Gavlin tersenyum.

Maya tersadar dari lamunannya, dia lalu cepat bangun dan berdiri, melepaskan dirinya yang menindih tubuh Gavlin.

Mobil mobil yang berhenti mendadak karena kejadian itu, lalu melaju meninggalkan Gavlin dan Maya.

Gavlin dan Maya cepat berdiri, mereka berdua berjalan ke pinggir jalan, berdiri diatas trotoar.

"Ada yang terluka ?" Tanya Gavlin menatap Maya, ada rasa khawatir pada kondisi Maya.

"Gak apa apa kok, cuma dikit syock aja, kaget." Ujar Maya membersihkan bajunya yang kotor.

"Terima kasih ya udah nolong aku." Ujar Maya tersenyum ramah menatap Gavlin yang hanya mengangguk santai.

Mata Maya tertuju pada siku lengan kiri Gavlin, wajahnya kaget melihat siku Gavlin terluka dan berdarah.

"Kamu terluka. Maaf ya." Ujar Maya merasa bersalah pada Gavlin.

"Gak apa, santai aja, nanti juga sembuh." Ujar Gavlin dengan sikap tenang dan senyumannya.

"Iya, biar gimana juga harus di obati, biar gak infeksi." Ujar Maya.

"Ikut aku." Ajak Maya pada Gavlin yang berdiri diam , dia bingung menatap wajah Maya.

"Ayo, malah bengong kayak kucing lapar gitu." Ujar Maya menatap wajah Gavlin yang bingung.

"Kemana ?" Tanya Gavlin.

"Kerumahku, aku akan mengobatimu, di rumah aku ada obat obat luka." Ujar Maya pada Gavlin.

Maya melangkah, dia berjalan sementara Gavlin masih berdiri diam ditempatnya.

Melihat Gavlin masih diam, Maya mendekatinya lalu menarik tangan Gavlin.

Mau tak mau karena Maya menarik paksa dirinya, dia pun mengikuti Maya. Mereka berjalan menuju rumah Maya.

   Sesampainya di rumah Maya, Maya menyuruh Gavlin masuk, dengan ragu ragu dia masuk ke dalam rumah kelas menengah itu.

Didalam rumah, Gavlin berdiri terpaku menatap seluruh ruangan, dia sedikit grogi, merasa canggung, karena sebelumnya tidak pernah datang kerumah seorang gadis. 

"Heei, hobimu bengong ya ." Ujar Maya tertawa melihat Gavlin yang berdiri tercenung , Gavlin tersadar.

"Eeh, maaf, aku gak pernah main kerumah cewek." Ujar Gavlin.

"Ealaah, cuek aja lagi. Kayak apaan aja. Duduk deh, tunggu ya, aku ambil obat obatan dulu." Ujar Maya cuek.

Gavlin mengangguk kikuk, dia lalu duduk di sebuah sofa yang ada diruang tamu rumah Maya itu.

Sementara Maya masuk kedalam ruangan lain meninggalkan Gavlin duduk sendirian masih menatap seluruh ruangan rumah itu.

Tak berapa lama kemudian, Maya datang sudah berganti pakaian rumah dengan membawa kaleng bekas biskuit, didalamnya ada bermacam macam obat obatan.

"Sorri kelamaan, aku mandi dulu." Ujar Maya lalu duduk disamping Gavlin.

Dia lalu mengambil obat tetes luka khusus mencegah infeksi, lalu meneteskan botol obat luka pada lengan Gavlin yang terluka.

Gavlin diam tak bereaksi saat obat diteteskan ke lukanya. Maya lalu mengambil perban, dia membalut luka Gavlin.

Gavlin hanya diam menatap wajah Maya yang terlihat serius mengobatinya.

"Beres deeh." Ujar Maya selesai mengobati luka Gavlin, Gavlin melihat perban yang menutupi lukanya, dia tersenyum.

"Makasih ya." Ujar Gavlin menatap wajah Maya yang mengangguk tersenyum.

Maya merapikan obat obatan, memasukkan kembali kedalam kaleng yang ada diatas meja ruang tamu, menutup kaleng tersebut.

"Kita belum kenalan, boleh tau nama kamu ?" Tanya Maya menatap wajah Gavlin.

"Aku Gavlin Hernandes, panggil aja Gavlin." Ujar Gavlin.

"Wooow, turunan bule ya ?" Ujar Maya tertawa, Gavlin tertawa kecil.

"Nggak kok, aku asli Indonesia, gak ada darah bule. Cuma gak tau aja, aku dikasih nama sama orang tua angkatku itu." Ujar Gavlin.

"Dulu aku tinggal di amsterdam, di adopsi."

Ujar Gavlin memberi penjelasan pada Maya yang kaget mendengar bahwa Gavlin di adopsi.

"Oh gitu, maaf ya, aku gak tau." Ujar Maya.

"Gak masalah, nyantai aja. aku baru setahun balik ke sini, orang tua angkatku tetap dinegaranya." Ujar Gavlin.

"Itu sebabnya kamu kerja jadi supir pribadi pak Bramantio dan keluarganya ?" Ujar Maya.

"Kok kamu tau ?" Tanya Gavlin, dia heran Maya bisa tahu pekerjaannya.

"Ya taulah, aku kan pernah liat kamu ngantar pak Bramantio ke kantornya, waktu di acara peresmian hotelnya juga." Ujar Maya tersenyum pada Gavlin.

"Oh, pantesan tau." Ujar Gavlin tertawa.

"Kamu belum kasih tau nama kamu?" Ujar Gavlin pada Maya.

"Aku Maya Anggreini, panggil aja Maya. sama seperti kamu, aku juga di adopsi sama papahku sekarang, pak Bastian namanya." Ujar Maya.

"Tapi Ayahku itu lebih dikenal dengan julukan Gatot, Gatot kaca." Ujar Maya tersenyum menatap wajah Gavlin.

"Sama dong kita berarti." Ujar Gavlin, Maya mengangguk.

Mereka tertawa, terlihat suasana ceria diantara mereka, kedekatan mulai terjalin antara Gavlin dan Maya.

Gavlin menatap dalam wajah cantik nan ayu Maya, saat dia di dekat Maya dan menatapnya, ada rasa yang begitu beda dirasakannya.

Dia begitu merasa nyaman dan mendapatkan ketenangan saat bersama Maya.

Gavlin tidak mengerti kenapa dirinya bisa merasakan hal seperti itu.

   Di tempat lain, di sebuah perkampungan, suasana malam yang hening dan dingin membuat situasi terlihat mencekam.

Sekelebat bayangan melesat terbang, melompat lalu berdiri di balik sebuah pohon besar.

Sosok bayangan itu menutupi seluruh tubuhnya hingga tidak ada yang tahu siapa dirinya.

Sorot matanya tajam menatap kerumah rumah warga, ada amarah tampak jelas dari sorot matanya itu.

Dia seperti menunggu saat waktu yang tepat untuk menjalankan aksinya.

Lolongan suara anjing terdengar keras, menambah suasana semakin mencekam.

Sosok bayangan itu lalu pergi dari tempatnya bersembunyi, Suasana perkampungan kembali sepi sunyi.

Setengah jam berlalu, sosok bayangan misterius berlari ke arah sebuah rumah warga.

Dengan cepat menerobos masuk kedalam rumah, di dalam rumah dengan gerak cepat dia menggorok leher Joko, warga yang saat itu sedang tertidur dikamarnya.

Joko sendirian didalam rumah itu, setelah Joko mati, sosok bayangan orang misterius menggotong mayat Joko, membawanya keluar, pergi meninggalkan rumah itu.

   Hari telah berganti pagi, saat itu sang matahari baru saja muncul menunjukkan keindahan cahayanya, menerangi perkampungan dengan sinarnya.

Tiba tiba terdengar suara teriakan histeris dari salah seorang warga yang sedang berjalan di jalanan perkampungan itu hendak ke ladangnya.

Dia berdiri ditempatnya, tubuhnya kaku dan gemetar, matanya melotot kearah atas pohon pohon besar yang ada diperkampungan itu.

Para warga warga yang mendengar teriakan Kusno, warga yang teriak itu segera keluar dari dalam rumah masing masing, berlari ke arah suara Kusno teriak histeris.

Warga warga segera berdatangan karena pagi pagi buta merasa terganggu dengan teriakan Kusno itu. 

"Ada apa sih, pagi pagi teriak teriak gak jelas !" Ujar seorang warga yang kesal dan menggerutu.

Warga warga berkumpul di dekat Kusno yang berdiri dengan tubuh gemetar ketakutan.

"Ada apa sih pak Kusno? ngagetin aja !" Ujar seorang warga.

"Iya nih, pagi buta udah bikin geger." Ujar warga lainnya pada Kusno yang lantas menggerakkan tangannya, mengangkat dan jari telunjuknya mengarah ke atas pohon.

"Kamu kenapa No ?" Tanya warga tiga, seorang pria yang lebih tua dari Kusno bertanya dan menepuk bahu Kusno .

"Ii...iiituu...liaat..." Ujar Kusno menunjuk ke atas pohon dengan wajah yang ketakutan.

Warga warga melihat kearah pohon yang ditunjuk Kusno, sontak dan serentak warga warga kaget.

Warga warga pada teriak histeris saat melihat apa yang ada di atas pohon yang ditunjuk Kusno.

"Ada mayaaaat, tolllooongggg, mayaaaaaat !! Pembunuhan, tolooonnng !!" Teriak warga satu ketakutan.

Mereka semua yang ada ditempat itu berdiri terpaku ditempatnya masing masing, wajah mereka kaget dan ada yang menunjukkan ketakutan.

Para warga dan Kusno melihat diatas pohon ada mayat Joko, warga tetangga mereka tergantung di salah satu pohon besar.

Selain mayat Joko, di atas dua pohon besar yang ada di dekat pohon tempat mayat Joko tergantung ada mayat lain.

Kusno dan para warga warga melihat dua mayat warga mereka tergantung dengan kondisi yang sama seperti Joko, sudah mati.

Seketika, Kusno yang menemukan ketiga mayat itu tergantung di atas pohon terkulai duduk ditanah.

Kakinya lemas, dia tak sanggup lagi berdiri, Seketika saja, kampung mereka menjadi geger.

Digemparkan dengan adanya tiga mayat yang tergantung diatas pohon.

Mereka tak menyangka, kampung yang selama ini terasa nyaman, terjadi pembunuhan.

Dan mereka tak pernah menyangka jika Joko, Amir, Mudin , ketiga mayat yang tergantung , mati dibunuh.

Para warga bertanya tanya, kenapa mereka dibunuh, siapa yang sudah tega membunuh ketiga orang tersebut ? 

Dari sorot mata para warga itu terlihat ada rasa saling curiga diantara mereka masing masing.

Mereka ingin mencari tahu siapa yang sudah membunuh ketiga orang itu dengan sadis.

Terpopuler

Comments

Yuuna

Yuuna

mas Yanto kah yg bunuh?

2022-04-25

1

Amunk Rtd

Amunk Rtd

sehebat itukah si yanto....mantap

2022-01-31

1

Rikhi Candra

Rikhi Candra

mantap

2021-12-20

1

lihat semua
Episodes
1 Siapa dia ?
2 Hari yang bersejarah
3 Geger
4 Teror Hantu di Kampung Rawas
5 Bola bola Api menyerang
6 Getar Asmara
7 Ingatan Masa lalu
8 Pembunuhan Masal
9 Tersiksa Rindu
10 Menyisakan tanda tanya
11 Sakit Hati
12 Proyek Besar
13 Denyut Asmara
14 Tanda Tanya
15 Apa Kabar
16 Kenalkah Dia?
17 Tabir Rahasia Kelam
18 Mati Mengenaskan
19 Kepribadian Ganda
20 Pertikaian
21 Sahabat jadi Musuh
22 Pengintaian
23 Serangan mendadak
24 Pertemuan
25 Kesaksian
26 Bunuh Diri Menebus Dosa
27 Curiga
28 Api Menjalar
29 Murka
30 Di Keroyok
31 Dia tak menyadari kehadiranku
32 Kematian Tragis
33 Tentang Dia
34 Tanda Lahir
35 Sadis
36 Masterpiece
37 Cinta bersemi di Hati
38 Di Kubur Hidup hidup
39 Pembunuh berdarah dingin
40 Cermin Jiwa yang Hilang dan Kembali
41 Mencari dan Menghancurkan
42 Hasrat memuncak
43 Aku tau siapa kamu
44 Target
45 Menghindar dari Maut yang Mengancam
46 Siapa Kamu ?!
47 Sandera
48 Menanti Kematian
49 Kalung Nama
50 Bebasnya Sang Psikopat
51 Mengamuk
52 Para Bedebah
53 Monster Pembunuh
54 Alibi Kuat
55 Terbakar Api Cemburu
56 Hasrat
57 Kamera Mini dalam Patung
58 Geram
59 Gavlin itu Aku
60 Ledakan
61 Duel
62 Sang Informan
63 Dia, Gavlin
64 Ya, Aku yang Membantai
65 Aku merahasiakannya
66 Hancurnya sebuah Kebanggaan
67 Kecurigaan Gatot tak Beralasan
68 Pakai Otakmu, jangan Pakai Emosi
69 Kosong
70 Di Ikuti
71 Siapa Moses ?
72 Terkapar
73 Syock
74 Mengungkap Pelaku
75 Amarah Gavlin
76 Saatnya berburu
77 Meringkus
78 Menunggu
79 Kau tak mengenalku, Aku mengenalmu
80 Kematian Moses
81 Naik Pitam
82 Berhadapan dengan 2 Musuh Besar
83 Terluka
84 Pertikaian 2 Saudara Kandung
85 Hancur, berkeping keping
86 Terpaksa Melenyapkan barang bukti
87 Terungkapnya Fakta yang Mengejutkan
88 Penyerangan
89 Kamu Iblisnya !
90 Merampok Psikopat
91 Aku datang, mengambil Nyawamu
92 Hancurlah, bersama Kehinaanmu
93 Menempatkan Mata Mata
94 Terjun Bebas
95 Menghadapi Musuh yang Sama
96 Musuh Besar
97 Masuk Perangkap
98 Kematian Teguh
99 Kalap, Gelap Mata, Gelap Hati
100 Buronan Kepolisian
101 Menjadikan Patung Lilin
102 Jari Jari Tangan
103 Tergantung di Atas Tiang Bendera
104 Pengamanan Ketat
105 Pengintai yang Terbantai
106 Di Borgol dan di Tangkap
107 Kejutan untuk Sutoyo
108 Boneka Patung Lilin Citra
109 Terluka Parah
110 Pengawalan Ketat di Rumah Sakit
111 Bertemu Ronald
112 Penembak Misterius
113 Menghilang
114 Terhina, karena di Lecehkan
115 Duel Sesama Psikopat
116 Monster Mati di tangan Iblis
117 Menjadi Abu
118 Konspirasi
119 Siasat Richard
120 Negosiasi Richard pada Gavlin
121 Akhir hidup Sutoyo
122 Gatot Menghilang
123 Menyusun Siasat
124 Mulai Memburu Bram !
125 Penyiksaan Bram !
126 Terbakar
127 Menemukan Bukti yang terkubur lama
128 Mata di Bayar Mata
129 Pertarungan di Mulai antara Herman dan Richard
130 Penyerangan di Villa
131 Akhir Hayat Dody
132 Terungkapnya sebuah Konspirasi Besar
133 Kasus Kadaluwarsa
134 Pengadilanku akan Datang
135 Penculikan Prawira
136 Sidang Tersangka Pertama di Gelar
137 Menjadi Target Buruan yang ke Dua
138 Penggeledahan
139 Terbunuhnya Mulyono
140 Melewati Masa Kritis
141 Mencari cara Membebaskan Herman
142 Aksi Perampokan
143 Penyelidikan Kasus Perampokan
144 Jafar Semakin Menjadi Buas
145 Bukti Mengarah ke Jafar
146 Bagai Dejavu
147 Menemukan Ruang Rahasia
148 Rahasia Yang Terkuak
149 Murkanya Gavlin
150 Bangkitnya Pribadi Lain dalam Diri Gavlin
151 Terungkapnya Ambisi Richard
152 Ikut Berburu Jafar
153 Jafar Licin, Sulit di Tangkap
154 Aksì Kejar Kejaran Gavlin dan Jafar
155 Hukum Kalian membuatku Menderita
156 Apa Dia Masih Hidup ?
157 Menemukan Sosok Tubuh di Rawa
158 Jafar Melarikan Diri
159 Jafar Beraksi lagi
160 Video Amatir sebagai Barang Bukti
161 Sadar dari Koma
162 Di Non Aktifkan
163 Kemarahan Gavlin
164 Aku Iblis
165 Memusnahkan
166 Pertemuan Tak Sengaja
167 Jafar Tersungkur Jatuh
168 Aku Monster Yanto, juga Iblis Gavlin !
169 Kematian yang Menyisakan Duka Mendalam
170 Poster Buronan Kepolisian
171 Cerita Tentang Masa Lalu Yang Kelam
172 Sarono kedatangan Polisi di Rumahnya
173 Aman
174 Richard Memburu Gavlin
175 Benih benih Cinta
176 Aku Bangkit dari Kubur !
177 Para Polisi Mencari Jafar
178 Jafar Menghilang Bagai di Telan Bumi
179 Permusuhan Sengit Herman dan Richard
180 Gavlin Menebar Teror dan Ancaman
181 Berhalusinasi
182 Petak Umpet
183 Melempar Kesalahan pada Gavlin
184 Bukti rekaman pembunuhan
185 Mendadak Terkenal
186 Richard di Tangkap
187 Gavlin Kembali Beraksi
188 Menggantung, di Tengah Jurang yang Dalam
189 Merengek, Menangis takut Mati
190 Akhir Hidup Yang Mengenaskan
191 Menemukan Richard
192 Andre Mengancam Jack dan Herman
193 Orang itu, Adalah Teguh
194 Gavlin Mengancam Andre
195 Menyamar dan Mengintai
196 Ide Jahat Peter Membuat Gavlin Ngamuk
197 Menyelinap Bagai Hantu
198 Berhutang Nyawa
199 Bukti Kejahatan Lainnya
200 Berada di Dalam Sarang Ular, harus Jadi Ular Juga
201 Misi Yang Gagal
202 Penyerahan Bukti bukti Baru
203 Semakin Panik
204 Hari Pembantaian Jack
205 Tak Ada Pengampunan
206 Meyakinkan
207 Paket Khusus Buat Herman
208 Inside
209 Kasus yang Rumit
210 Semakin Terungkap
211 Di Buang Bagai Sampah
212 Berkhianat
213 Pengakuan secara Langsung
214 Pengakuan Herman
215 Di jebloskan ke dalam Tahanan
216 Bunuh Diri
217 Penebusan Dosa
218 Nyawa Chandra di Tangan Gavlin
219 Merayu Masto agar Berkhianat
220 Tak Akan Berkhianat
221 Peter Menculik Chandra
222 Peter Akan Mengeksekusi Chandra
223 Di Tolong Gavlin
224 Tameng
225 Hadiah buat Binsar
226 Akulah Sang Penguasa
227 Chandra di Serang
228 Hanya Sebagai Robot Yang Di Kendalikan
229 Penyergapan yang Gagal
230 Di Kepung di Tengah Jalan
231 Sekarat
232 Berada di Ujung Tanduk
233 Hancurnya Tentara Bayaran
234 Gavlin Melewati Masa Kritis
235 Usaha Pembunuhan yang Gagal
236 Melarikan Diri dengan bantuan Sosok Misterius
237 Masto Curiga pada Chandra
238 Sepucuk Surat dari Indri
239 Ziarah ke Makam Orang Tua sebelum Jalankan Misi Terakhir
240 Memulai Penyerangan
241 Sementara, Lolos dari Maut yang Mengancam
242 Hancur berantakan
243 Luluh Lantaknya Markas Inside
244 Memburu Samsudin di Bandara
245 Penyerangan di Bandara
246 Menghancurkan Kesombongan
247 Menyerah
248 Tertangkapnya Samsudin
249 Lolos dari Vonis
250 Gavlin Menghabisi Sang Hakim
251 Gagal Total Rencana Chandra
252 Terpenjara
253 Aksi Protes besar besaran terjadi
254 Meletakkan Jabatan
255 Bertemu Sang Jawara
256 Siapa Orang yang di Maksud Wicaksono?
257 Wicak Menolong Chandra
258 Pijar Mengamuk
259 Pertemuan Ramon dan Gavlin
260 Perkelahian di rumah Tahanan
261 Seseorang Mengunjungi Wicaksono
262 Ada Kisah Saat Awal Pertemuan Kami
263 Aku akan Memburumu
264 Gavlin Mengincar Jalal
265 Akhirnya, Bertemu Jalal
266 Mencari Samsudin
267 Wicaksono bercerita Tentang Gavlin
268 Awal Gavlin Berguru pada Wicaksono
269 Gavlin datang ke Rumah Persembunyian Samsudin
270 Pengejaran di Dalam Bunker
271 Berakhirnya kisah Samsudin
272 Persiapan ke Luar Negeri
273 Memberantas Organisasi Inside
274 Kerjasama Andre dan Gavlin
275 Apakah Wanita Cantik itu Indri ? Atau Bukan?!
276 Dia Benar Indri ?!
277 Galau Tingkat Dewa
278 Rencana Gila Gavlin
279 Binsar Lolos dari Kejaran
280 Rencana Menjebak Binsar
281 Ada Apa Denganmu , Vlin ?
282 Lupakan Aku, Hilangkan Segala Kenangan Tentangku
283 Tangis Sedih Indri
284 Menghirup Udara Kebebasan
285 Rencana Binsar Menghadapi Aamauri
286 Duel Sengit Antar Gank Mafia
287 Kekalahan Binsar
288 Malik Melaporkan Rencana Gavlin pada Aamauri
289 Malik Menemui Indri
290 Pertemuan Gavlin dan Indri
291 Saling Merindu
292 Ledakan Dahsyat di Angkasa
293 Identifikasi Korban
294 Pertemuan Gavlin dan Pak Sarono
295 Permintaan Terakhir
296 Apa Malik Benar Tewas ?
297 Lamaran
298 Munculnya Sosok Pria Misterius
299 Dua Orang Pria Misterius Mengikuti Gavlin
300 Aku Anaknya Guntur
301 Tanda Tanya Gavlin
302 Rasa Penasaran Gavlin
303 Kilas Balik
304 Pablo Menyelamatkan Malik
305 Maafkan Aku , Jackson
306 Keresahan Hati Aamauri
307 Gavlin bertemu Aamauri
308 Gavlin Mengamuk
309 Murkanya Gavlin
310 Melacak Keberadaan Bellamy
311 Mengejar Bellamy
312 Penyerangan terhadap Gavlin
313 Andrei Menyerah
314 Pergilah. Aku menunggumu
315 Bellamy Melarikan Diri
316 Kejamnya Pablo
317 Hidup Bellamy Berakhir
318 Kebahagiaan Milik Mereka Berdua
Episodes

Updated 318 Episodes

1
Siapa dia ?
2
Hari yang bersejarah
3
Geger
4
Teror Hantu di Kampung Rawas
5
Bola bola Api menyerang
6
Getar Asmara
7
Ingatan Masa lalu
8
Pembunuhan Masal
9
Tersiksa Rindu
10
Menyisakan tanda tanya
11
Sakit Hati
12
Proyek Besar
13
Denyut Asmara
14
Tanda Tanya
15
Apa Kabar
16
Kenalkah Dia?
17
Tabir Rahasia Kelam
18
Mati Mengenaskan
19
Kepribadian Ganda
20
Pertikaian
21
Sahabat jadi Musuh
22
Pengintaian
23
Serangan mendadak
24
Pertemuan
25
Kesaksian
26
Bunuh Diri Menebus Dosa
27
Curiga
28
Api Menjalar
29
Murka
30
Di Keroyok
31
Dia tak menyadari kehadiranku
32
Kematian Tragis
33
Tentang Dia
34
Tanda Lahir
35
Sadis
36
Masterpiece
37
Cinta bersemi di Hati
38
Di Kubur Hidup hidup
39
Pembunuh berdarah dingin
40
Cermin Jiwa yang Hilang dan Kembali
41
Mencari dan Menghancurkan
42
Hasrat memuncak
43
Aku tau siapa kamu
44
Target
45
Menghindar dari Maut yang Mengancam
46
Siapa Kamu ?!
47
Sandera
48
Menanti Kematian
49
Kalung Nama
50
Bebasnya Sang Psikopat
51
Mengamuk
52
Para Bedebah
53
Monster Pembunuh
54
Alibi Kuat
55
Terbakar Api Cemburu
56
Hasrat
57
Kamera Mini dalam Patung
58
Geram
59
Gavlin itu Aku
60
Ledakan
61
Duel
62
Sang Informan
63
Dia, Gavlin
64
Ya, Aku yang Membantai
65
Aku merahasiakannya
66
Hancurnya sebuah Kebanggaan
67
Kecurigaan Gatot tak Beralasan
68
Pakai Otakmu, jangan Pakai Emosi
69
Kosong
70
Di Ikuti
71
Siapa Moses ?
72
Terkapar
73
Syock
74
Mengungkap Pelaku
75
Amarah Gavlin
76
Saatnya berburu
77
Meringkus
78
Menunggu
79
Kau tak mengenalku, Aku mengenalmu
80
Kematian Moses
81
Naik Pitam
82
Berhadapan dengan 2 Musuh Besar
83
Terluka
84
Pertikaian 2 Saudara Kandung
85
Hancur, berkeping keping
86
Terpaksa Melenyapkan barang bukti
87
Terungkapnya Fakta yang Mengejutkan
88
Penyerangan
89
Kamu Iblisnya !
90
Merampok Psikopat
91
Aku datang, mengambil Nyawamu
92
Hancurlah, bersama Kehinaanmu
93
Menempatkan Mata Mata
94
Terjun Bebas
95
Menghadapi Musuh yang Sama
96
Musuh Besar
97
Masuk Perangkap
98
Kematian Teguh
99
Kalap, Gelap Mata, Gelap Hati
100
Buronan Kepolisian
101
Menjadikan Patung Lilin
102
Jari Jari Tangan
103
Tergantung di Atas Tiang Bendera
104
Pengamanan Ketat
105
Pengintai yang Terbantai
106
Di Borgol dan di Tangkap
107
Kejutan untuk Sutoyo
108
Boneka Patung Lilin Citra
109
Terluka Parah
110
Pengawalan Ketat di Rumah Sakit
111
Bertemu Ronald
112
Penembak Misterius
113
Menghilang
114
Terhina, karena di Lecehkan
115
Duel Sesama Psikopat
116
Monster Mati di tangan Iblis
117
Menjadi Abu
118
Konspirasi
119
Siasat Richard
120
Negosiasi Richard pada Gavlin
121
Akhir hidup Sutoyo
122
Gatot Menghilang
123
Menyusun Siasat
124
Mulai Memburu Bram !
125
Penyiksaan Bram !
126
Terbakar
127
Menemukan Bukti yang terkubur lama
128
Mata di Bayar Mata
129
Pertarungan di Mulai antara Herman dan Richard
130
Penyerangan di Villa
131
Akhir Hayat Dody
132
Terungkapnya sebuah Konspirasi Besar
133
Kasus Kadaluwarsa
134
Pengadilanku akan Datang
135
Penculikan Prawira
136
Sidang Tersangka Pertama di Gelar
137
Menjadi Target Buruan yang ke Dua
138
Penggeledahan
139
Terbunuhnya Mulyono
140
Melewati Masa Kritis
141
Mencari cara Membebaskan Herman
142
Aksi Perampokan
143
Penyelidikan Kasus Perampokan
144
Jafar Semakin Menjadi Buas
145
Bukti Mengarah ke Jafar
146
Bagai Dejavu
147
Menemukan Ruang Rahasia
148
Rahasia Yang Terkuak
149
Murkanya Gavlin
150
Bangkitnya Pribadi Lain dalam Diri Gavlin
151
Terungkapnya Ambisi Richard
152
Ikut Berburu Jafar
153
Jafar Licin, Sulit di Tangkap
154
Aksì Kejar Kejaran Gavlin dan Jafar
155
Hukum Kalian membuatku Menderita
156
Apa Dia Masih Hidup ?
157
Menemukan Sosok Tubuh di Rawa
158
Jafar Melarikan Diri
159
Jafar Beraksi lagi
160
Video Amatir sebagai Barang Bukti
161
Sadar dari Koma
162
Di Non Aktifkan
163
Kemarahan Gavlin
164
Aku Iblis
165
Memusnahkan
166
Pertemuan Tak Sengaja
167
Jafar Tersungkur Jatuh
168
Aku Monster Yanto, juga Iblis Gavlin !
169
Kematian yang Menyisakan Duka Mendalam
170
Poster Buronan Kepolisian
171
Cerita Tentang Masa Lalu Yang Kelam
172
Sarono kedatangan Polisi di Rumahnya
173
Aman
174
Richard Memburu Gavlin
175
Benih benih Cinta
176
Aku Bangkit dari Kubur !
177
Para Polisi Mencari Jafar
178
Jafar Menghilang Bagai di Telan Bumi
179
Permusuhan Sengit Herman dan Richard
180
Gavlin Menebar Teror dan Ancaman
181
Berhalusinasi
182
Petak Umpet
183
Melempar Kesalahan pada Gavlin
184
Bukti rekaman pembunuhan
185
Mendadak Terkenal
186
Richard di Tangkap
187
Gavlin Kembali Beraksi
188
Menggantung, di Tengah Jurang yang Dalam
189
Merengek, Menangis takut Mati
190
Akhir Hidup Yang Mengenaskan
191
Menemukan Richard
192
Andre Mengancam Jack dan Herman
193
Orang itu, Adalah Teguh
194
Gavlin Mengancam Andre
195
Menyamar dan Mengintai
196
Ide Jahat Peter Membuat Gavlin Ngamuk
197
Menyelinap Bagai Hantu
198
Berhutang Nyawa
199
Bukti Kejahatan Lainnya
200
Berada di Dalam Sarang Ular, harus Jadi Ular Juga
201
Misi Yang Gagal
202
Penyerahan Bukti bukti Baru
203
Semakin Panik
204
Hari Pembantaian Jack
205
Tak Ada Pengampunan
206
Meyakinkan
207
Paket Khusus Buat Herman
208
Inside
209
Kasus yang Rumit
210
Semakin Terungkap
211
Di Buang Bagai Sampah
212
Berkhianat
213
Pengakuan secara Langsung
214
Pengakuan Herman
215
Di jebloskan ke dalam Tahanan
216
Bunuh Diri
217
Penebusan Dosa
218
Nyawa Chandra di Tangan Gavlin
219
Merayu Masto agar Berkhianat
220
Tak Akan Berkhianat
221
Peter Menculik Chandra
222
Peter Akan Mengeksekusi Chandra
223
Di Tolong Gavlin
224
Tameng
225
Hadiah buat Binsar
226
Akulah Sang Penguasa
227
Chandra di Serang
228
Hanya Sebagai Robot Yang Di Kendalikan
229
Penyergapan yang Gagal
230
Di Kepung di Tengah Jalan
231
Sekarat
232
Berada di Ujung Tanduk
233
Hancurnya Tentara Bayaran
234
Gavlin Melewati Masa Kritis
235
Usaha Pembunuhan yang Gagal
236
Melarikan Diri dengan bantuan Sosok Misterius
237
Masto Curiga pada Chandra
238
Sepucuk Surat dari Indri
239
Ziarah ke Makam Orang Tua sebelum Jalankan Misi Terakhir
240
Memulai Penyerangan
241
Sementara, Lolos dari Maut yang Mengancam
242
Hancur berantakan
243
Luluh Lantaknya Markas Inside
244
Memburu Samsudin di Bandara
245
Penyerangan di Bandara
246
Menghancurkan Kesombongan
247
Menyerah
248
Tertangkapnya Samsudin
249
Lolos dari Vonis
250
Gavlin Menghabisi Sang Hakim
251
Gagal Total Rencana Chandra
252
Terpenjara
253
Aksi Protes besar besaran terjadi
254
Meletakkan Jabatan
255
Bertemu Sang Jawara
256
Siapa Orang yang di Maksud Wicaksono?
257
Wicak Menolong Chandra
258
Pijar Mengamuk
259
Pertemuan Ramon dan Gavlin
260
Perkelahian di rumah Tahanan
261
Seseorang Mengunjungi Wicaksono
262
Ada Kisah Saat Awal Pertemuan Kami
263
Aku akan Memburumu
264
Gavlin Mengincar Jalal
265
Akhirnya, Bertemu Jalal
266
Mencari Samsudin
267
Wicaksono bercerita Tentang Gavlin
268
Awal Gavlin Berguru pada Wicaksono
269
Gavlin datang ke Rumah Persembunyian Samsudin
270
Pengejaran di Dalam Bunker
271
Berakhirnya kisah Samsudin
272
Persiapan ke Luar Negeri
273
Memberantas Organisasi Inside
274
Kerjasama Andre dan Gavlin
275
Apakah Wanita Cantik itu Indri ? Atau Bukan?!
276
Dia Benar Indri ?!
277
Galau Tingkat Dewa
278
Rencana Gila Gavlin
279
Binsar Lolos dari Kejaran
280
Rencana Menjebak Binsar
281
Ada Apa Denganmu , Vlin ?
282
Lupakan Aku, Hilangkan Segala Kenangan Tentangku
283
Tangis Sedih Indri
284
Menghirup Udara Kebebasan
285
Rencana Binsar Menghadapi Aamauri
286
Duel Sengit Antar Gank Mafia
287
Kekalahan Binsar
288
Malik Melaporkan Rencana Gavlin pada Aamauri
289
Malik Menemui Indri
290
Pertemuan Gavlin dan Indri
291
Saling Merindu
292
Ledakan Dahsyat di Angkasa
293
Identifikasi Korban
294
Pertemuan Gavlin dan Pak Sarono
295
Permintaan Terakhir
296
Apa Malik Benar Tewas ?
297
Lamaran
298
Munculnya Sosok Pria Misterius
299
Dua Orang Pria Misterius Mengikuti Gavlin
300
Aku Anaknya Guntur
301
Tanda Tanya Gavlin
302
Rasa Penasaran Gavlin
303
Kilas Balik
304
Pablo Menyelamatkan Malik
305
Maafkan Aku , Jackson
306
Keresahan Hati Aamauri
307
Gavlin bertemu Aamauri
308
Gavlin Mengamuk
309
Murkanya Gavlin
310
Melacak Keberadaan Bellamy
311
Mengejar Bellamy
312
Penyerangan terhadap Gavlin
313
Andrei Menyerah
314
Pergilah. Aku menunggumu
315
Bellamy Melarikan Diri
316
Kejamnya Pablo
317
Hidup Bellamy Berakhir
318
Kebahagiaan Milik Mereka Berdua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!