Setelah Kampung yang bernama kampung "Rawas" di gegerkan dengan adanya penemuan 3 mayat warga kampung.
Maka, tidak ada pilihan lain bagi kepala desa untuk memerintahkan seluruh warga kampung berjaga dengan mengadakan ronda keliling secara bergilir bagi tiap tiap warga.
Para warga pun menjalankan tugas tersebut, setiap malam mereka selalu berkeliling kampung, dari satu rumah warga ke rumah warga lainnya.
Mereka tidak ingin terjadi lagi pembunuhan yang akan membuat nama baik kampung mereka tercemar.
Pada suatu malam, saat 6 orang warga bertugas ronda, menjaga keamanan kampung mereka.
Keenam warga itu di kagetkan dengan kemunculan yang tiba tiba dari sosok yang berpakaian serba putih.
Saat ke enam warga sedang duduk santai di gardu pos ronda menikmati kopi dan kacang sebagai cemilan penghilang ngantuk, ada 2 warga yang serius bermain catur.
Saat mereka santai, tiba tiba muncul sosok seseorang berpakaian serba putih.
Melayang di atas pohon besar yang ada di dekat gardu pos ronda, tepat di sebrang jalan depan gardu pos ronda.
Sosok itu melayang layang seperti terbang ditempat bergerak melayang ke kiri dan ke kanan.
Dengan kepala menatap ke arah enam warga yang ada di gardu pos ronda.
Terlihat sosok berpakaian serba putih itu sangat menyeramkan sekali.
Rambutnya kusut dan panjang terurai menutupi seluruh wajah hingga ke perutnya.
Suara tertawa menyeramkan terdengar dari sosok berpakaian serba putih.
Keenam warga kaget saat mendengar suara tawa yang melengking seram itu.
Saat mereka melihat sosok berpakaian serba putih melayang layang di tempatnya di atas pohon besar.
"Kuu...kuuntiii...lanaaaakkk !!" Teriak seorang warga yang melihat.
Kelima warga yang mendengar teriakan temannya menoleh ke arah yang di lihat warga satu itu.
Mata mereka terbelalak kaget dan takut saat melihat sosok berpakaian serba putih melayang layang.
"Ttt...tttooo...loonnnggg... ada kunti...ada kuntilanaaaakkk!!" Teriak warga dua langsung berlari cepat meninggalkan teman temannya.
Yang lain juga kemudian ikut berlari dengan panik dan ketakutan berhamburan cepat meninggalkan gardu pos ronda.
Mereka tak perduli dengan gelas kopi yang tumpah dan buah catur yang berantakan tercecer ditanah.
Sesaat saja gardu pos ronda itu sepi, ke enam warga sudah pergi dengan ketakutan dan teriak teriak ketakutan karena melihat hantu kuntilanak.
"Adaaa hantuuu...ada hantuu...." Teriak keempat warga yang berlari dijalanan perkampungan.
"Tooolllooonggg...kuntilanaaak...tolooonnngg !!" Teriak warga satu dengan wajah pucat pasi berlari ketakutan.
Dia jatuh bangun ditanah lalu cepat terus berlari dengan penuh rasa takutnya.
Para warga yang mendengar teriakan histeris mereka yang keras memecahkan keheningan malam merasa terganggu.
Warga warga lalu segera keluar dari dalam rumah mereka masing masing.
"Ada apa ?" Tanya warga tiga yang berdiri di jalan depan rumahnya menahan para warga yang berlari ketakutan.
"A...aa...daaa... Kuntilanak di gardu pos ronda !" Ujar warga dua dengan nafas terengah engah karena berlari dan ketakutan.
Dia lalu segera lari meninggalkan warga tiga yang berdiri kaget di jalan depan rumahnya.
Kelima warga yang lari dari gardu pos ronda pun terus berlari, tidak perduli dengan para warga yang sudah berkumpul karena mendengar teriakan mereka.
"Masa iya sih, kampung kita ada Kuntilanak, selama ini aman aman aja." Ujar warga empat.
"Kita lihat ke gardu, apa emang benar ada Kuntilanak." Ujar warga tiga pada para warga yang berkumpul.
Mereka pun mengangguk, lalu segera dengan cepat para warga berjalan bergegas mendatangi gardu pos ronda.
Sesampainya di gardu pos ronda, para warga mengamati sekitar gardu pos ronda.
Mereka melihat ke atas pohon, mencari cari, tapi tak ada hantu Kuntilanak mereka lihat.
Hanya ada gelas gelas dan kopi tumpah diatas gardu pos serta buah buah catur yang berantakan.
"Mana Kuntilanaknya, ga ada ." Ujar warga tiga , para warga mengangguk, mereka tidak melihat Kuntilanak ada di situ.
"Tapi kok mereka ketakutan , kayak memang ketemu kuntilanak ya." Ujar warga empat.
"Ah, gak usah di pikirin, biar aja kalo emang ada kuntilanak keliaran." Ujar warga tiga pada warga empat.
"Kalo kita bersatu, siapapun gak kan ada yang berani mengganggu kampung kita, termasuk hantu apapun ." Ujar warga tiga mencoba meyakinkan para warga.
Akhirnya mereka mengangguk setuju pada ucapan warga tiga tersebut.
"Ayo bubaar." Ajak warga tiga berbalik melangkah di ikuti warga empat dan para warga lainnya yang ikut ke gardu pos ronda itu.
Para warga kembali pulang dan masuk ke dalam rumah mereka masing masing.
Saat mereka berada di depan gardu pos ronda, mereka tidak ada yang sadar dan tidak mengetahui bahwa ada sepasang mata yang sedang mengintai.
Sosok itu berada di atas pohon, bersembunyi di cabang pohon yang berdaun lebat, mengamati gerak gerik para warga.
Siang itu, di sebuah Taman kota, ramai orang orang berkumpul di lokasi tersebut.
Wajah wajah mereka terlihat menunjukkan kekaguman, Maya yang saat itu sedang berjalan di trotoar taman kota melihat keramaian itu menjadi penasaran.
Rasa ingin tahunya muncul, nalurinya sebagai wartawan dan reporter yang selalu ingin mendapatkan berita hangat, bagus dan unik mengusik hatinya .
Maya berjalan masuk ke taman kota, di pintu masuk, dia melihat ada petugas yang berjaga.
Mata Maya melihat spanduk yang membentang lebar, dia membaca spanduk itu " Pameran terbaik bulan ini - Karya Pematung Terkenal Yanto".
Maya juga melihat poster yang ada wajah sang pematung bernama Yanto.
Maya melihat wajah pematung terpampang di poster yang menempel di Banner yang ada di pinggir pintu masuk.
"Maaf, tiketnya mbak." Ujar Petugas tiket yang menjaga di pintu masuk.
Maya terdiam karena dia tidak punya tiket untuk masuk, lalu Maya mengambil kartu tanda pengenalnya sebagai wartawan.
Yanto, pematung yang sedang menggelar pameran terbuka di taman kota melihat Maya.
Lalu dia melangkah ke arah Maya yang berdiri menunjukkan kartu pengenal Wartawannya pada penjaga tiket.
Yanto mendekat, lalu dia erdiri di samping penjaga tiket, memandangi Maya.
"Biarkan dia masuk mas." Ujar Yanto pada penjaga tiket yang lantas mengangguk karena mengetahui Yanto yang memberi izin.
Maya menatap wajah Yanto yang berpenampilan sangat seniman dengan jaket kulit.
Rambutnya gondrong ikal, berkaca mata minus, dengan kumis tipis dan jenggot tebal di wajahnya.
Maya mengangguk berterima kasih pada Yanto, Penjaga tiket mempersilahkan Maya masuk.
Maya pun segera melangkah masuk, berjalan disamping Yanto, sang pematung.
Di dalam taman kota, Maya melihat patung patung yang ada di sekitar taman kota itu, raut wajahnya menunjukkan rasa kagum yang luar biasa.
Dia belum pernah melihat sebuah karya patung yang begitu indah dan sempurna seperti saat ini dia lihat, dia mengambil kameranya.
"Boleh aku photo untuk artikelku ?" Tanya Maya pada Yanto.
"Silahkan saja." Ujar Yanto dengan suaranya yang berat.
Maya lalu dengan cepat memegang kameranya, segera mengabadikan patung patung dalam kameranya.
Maya berjalan mendekat ke patung patung, dia semakin kagum melihat patung patung yang terbuat dari lilin itu, seolah seperti manusia asli.
Patung patung itu di tata dan ditempatkan sesuai dengan bentuk patung tersebut.
Seperti orang orang yang sedang duduk santai dan bermain main di dalam taman kota itu.
"Boleh aku membuat video ? Aku mau siarkan di situs online majalah kami." Tanya Maya lagi pada Yanto yang tersenyum mengangguk.
"Apa saya juga boleh wawancarai anda ?" Tanya Maya menatap Yanto, Yanto diam sejenak, dia lalu menatap wajah Maya.
"Hanya satu menit, mungkin bisa buat janji di waktu lain, agar bisa mendapatkan waktu yang lebih banyak." Ujar Yanto dengan suara beratnya menjelaskan.
"Oke, nanti saya buat janji." Ujar Maya senang, dia lalu merekam patung patung lilin yang terpajang disekitar taman kota.
Tidak lupa juga dia mengabadikan orang orang yang ramai berdatangan melihat pameran istimewa tersebut.
Sebuah karya unik yang ditemui Maya, patung yang dibuat dari lilin begitu mirip seperti manusia aslinya.
Saat Maya sibuk dan asyik mengabadikan moment itu, dia terpana.
Dia melihat salah satu patung lilin seorang pria tua yang sedang duduk santai di bangku taman.
Ditemani seorang anak kecil yang duduk di atas sepeda kecil didepannya.
Maya terdiam, dia menatap wajah patung lilin pria tua, terpana, dia tercenung.
"Wajah patung ini seperti gak asing." Ujar Maya bergumam sendiri.
Maya mendekati patung lilin pria tua yang duduk dibangku taman, mengamati sosok patung tersebut.
Yanto yang berdiri tidak jauh darinya melihat Maya yang begitu serius memperhatikan patung lilin Pria.
Yanto diam diam mengamati dan melihat Maya, menatap tegas pada Maya yang terlihat berfikir.
"Kayak pernah liat mukanya, tapi dimana ya ?" Ujar Maya bingung, dia garuk kepalanya, berfikir.
Tapi dia tidak tahu dan tidak ingat pernah melihat wajah yang mirip patung lilin pria tua itu dimana.
Yanto mendekati Maya yang berdiam tercenung.
"Kenapa ?" Tanya Yanto pada Maya.
Maya tersentak kaget, dia tersadar dari lamunan sesaatnya, melihat pada Yanto yang sudah berdiri di sampingnya.
"Oh nggak, patung ini sangat mirip sama orang asli, kayak orang yang pernah ku liat, tapi gak tau dimana." Ujar Maya .
"Mungkin hanya mirip saja." Ujar Yanto tersenyum pada Maya.
"Iya kali ya." Ujar Maya nyengir.
"Oh iya, apa patung patung lilin ini di jual ?" Tanya Maya pada Yanto.
"Sebagian iya, sebagian tidak, biasanya ada yang khusus memesan, minta dibuatkan patung lilin sesuai keinginannya." Ujar Yanto menjelaskan.
Maya mengangguk paham, dia menoleh ke patung lilin Pria tua yang duduk dikursi taman kembali.
Maya masih sedikit penasaran, namun cepat dia buang rasa penasarannya itu.
"Sekarang, boleh saya wawancarai anda ?" Tanya Maya pada Yanto.
"Silahkan." Ujar Yanto dengan suara beratnya.
"Di sini ? Atau mau ditempat yang lebih nyaman ?" Tanya Maya pada Yanto.
Yanto lantas menoleh ke kanan dan ke kiri mencari tempat yang nyaman buat wawancara.
"Kita ke sana aja." Ujar Yanto menunjukkan ke suatu sudut di sebuah bangku taman.
Maya melihat ke arah yang di tunjuk lalu mengangguk, mereka pun berjalan ke arah yang ditunjuk Yanto.
Saat mereka berjalan, para gadis gadis yang datang melihat pameran patung lilin itu segera mendekati Yanto.
Mereka berkerumun, berdiri di dekat Yanto, mengelilingi Yanto hingga Maya tersingkir dan terhalang karena kerumunan para gadis gadis penggemar Yanto.
Mereka saling rebutan, berusaha untuk meminta tanda tangan pada Yanto.
Melihat aksi mereka yang mengerumuni Yanto, dua Petugas Keamanan yang melihat segera berlari dan mengamankan.
Petugas Keamanan mencegah agar para gadis gadis yang ngefans sama Yanto tidak menghalangi dan mengerumuni Yanto.
"Tenang...Tenaang... satu jam lagi akan ada acara khusus untuk mendapatkan tanda tangan dari pak Yanto." Ujar Petugas Keamanan.
"Sekarang tolong bubar ya...tunggu sampai waktunya nanti.Hayo bubar, bubar." Perintah Petugas Keamanan.
Para gadis gadis akhirnya bubar satu persatu dengan wajah wajah yang kecewa.
Ada yang sudah sempat berselfie ria dengan Yanto, mengambil kesempatan untuk mendapatkan photo Yanto bersama diri mereka.
Setelah para gadis gadis bubar meninggalkan Yanto, kedua petugas keamanan meninggalkan Yanto yang tersenyum melirik Maya.
Maya hanya diam berdiri karena terhalang kerumunan gadis gadis hingga tidak bisa mendekati Yanto.
"Ayoo...kenapa diam di situ ?" Ujar Yanto pada Maya yang lantas mengangguk dan berjalan mendekati Yanto.
"Ternyata banyak banget fans anda." Ujar Maya kagum pada Yanto.
"Jangan panggil anda, cukup Yanto saja, aku rasa umur kita gak jauh beda." Ujar Yanto dengan suara beratnya tersenyum.
Maya pun mengangguk. Kemudian Maya pun melakukan proses wawancara pada Yanto.
Maya bertanya seputar karya Yanto membuat patung patung lilin yang begitu indah dan sangat mirip dengan manusia asli itu.
Hujan turun dengan sangat derasnya, suara petir menggelegar sahut sahutan memecah keheningan malam.
Malam itu terasa sangat dingin dan sunyi karena hujan deras yang turun.
Listrik di kampung Rawas itu mati, karena pengaruh dari hujan deras disertai angin kencang yang bertiup malam itu.
Di dalam rumah, warga tiga yang sebelumnya mendatangi gardu pos ronda untuk melihat kebenaran ada tidaknya Kuntilanak keluar dari dalam kamarnya.
Dia menutupi tubuhnya dengan kain sarung, agar hawa dingin tidak begitu terasa menusuk kulit dan tubuhnya.
Di tangan kanannya ada sebuah lilin yang menyala, dia berjalan menyusuri ruangan rumah menuju ke arah kamar mandi yang berada dibelakang rumahnya.
Saat warga tiga itu berjalan diruangan, tiba tiba ada sekelebat bayangan di lihatnya dari dinding ruangan rumahnya, sekelebat bayang melesat.
Warga tiga kaget, dia mengarahkan lilin untuk menerangi pandangannya.
Dia melihat ke arah dinding tempat dimana sosok bayangan di lihatnya melesat.
Tak ada bayangan apapun di dinding itu, warga tiga melanjutkan langkahnya.
Tiba tiba dia terhenti, ketika dia melihat sosok bayangan di depannya, di dinding depan kamar mandinya.
Wajahnya kaget, matanya terbelalak berdiri diam, menatap sosok bayangan di dinding yang berdiri.
Secara perlahan lahan sosok bayangan di dinding itu semakin tinggi dan terus semakin tinggi.
Kepala warga tiga terangkat ke atas, melihat pada sosok bayangan di dinding yang berdiri tinggi seperti raksasa.
Terdengar suara mendesis dan gemeretak gigi serta erangan dari sosok bayangan di dinding.
Warga tiga mulai merasa takut, tangannya gemetar memegang lilin, kakinya terasa lemas tak dapat diangkat dan digerakkannya untuk melangkah.
Tubuhnya gemetar, dia ketakutan karena melihat sosok hantu yang berdiri menjulang tinggi di dinding rumahnya.
Warga tiga memaksakan dirinya, menguatkan diri untuk segera berbalik.
Saat dia hendak melangkah berbalik, kakinya terpeleset karena menginjak genangan seperti air di lantai rumah.
Lalu, lilin terlepas dari tangannya, tubuh warga tiga terhuyung karena terpeleset menginjak genangan air.
Karena tubuhnya sudah lemas, dia lunglai tak kuasa, dan jatuh ke lantai rumah, lalu pingsan .
Warga tiga begitu ketakutannya melihat hantu bayangan tinggi besar di dinding rumah.
Setelah warga tiga pingsan, sosok bayangan yang muncul di dinding menghilang, meninggalkan warga tiga yang pingsan tak sadarkan diri dilantai.
Api mulai menjalar dari lilin yang terjatuh dan membakar lantai rumah, lantai yang terbuat dari kayu itu mulai terbakar.
Ternyata genangan air itu adalah bensin yang seperti di sengaja di siramkan ke lantai kayu rumah milik warga tiga.
Perlahan lahan, api terus membakar, merayap dan menyambar seisi rumah, warga tiga yang pingsan tidak mengetahui kalau rumahnya terbakar.
Api pun menjalar, membakar tubuh warga tiga yang terkena bensin karena terjatuh tadi.
Warga tiga tersadar saat api membakar tubuhnya, dia meronta ronta, menggeliat geliat kepanasan dan kesakitan karena tubuhnya terbakar api.
Dia berguling guling dilantai, tak ada yang menolongnya, tak ada yang mendengar teriakannya.
Karena malam itu hujan deras yang disertai dengan petir yang terus menggelegar dengan kerasnya.
Saat subuh datang, kembali kampung Rawas di gegerkan penemuan mayat.
Warga empat, tetangga warga tiga, yang rumahnya disamping rumah warga tiga dan agak jauh jaraknya antara rumah dia dan rumah warga tiga, keluar.
Dia keluat dari dalam rumah hendak ke masjid untuk sholat subuh.
Saat di luar rumahnya, dia kaget melihat sebagian rumah warga tiga sudah hangus terbakar, dan masih ada sisa sisa asap bekas terbakar di lihatnya.
Dengan cepat warga empat berlari ke rumah warga tiga, dia menendang pintu rumah yang sebagiannya terbakar.
Lalu dia masuk ke dalam rumah, setibanya warga empat di dalam rumah.
Dia syock dan begitu kagetnya melihat sosok tubuh warga tiga terbaring di lantai dengan kondisi hangus terbakar seluruhnya.
Warga empat tercekat, dia berdiri diam dan kaku menatap tubuh warga tiga yang sudah hangus terbakar.
Tak ada yang menyangka kejadian malam itu, dimana saat terjadinya kematian warga tiga akibat terbakar hidup hidup di dalam rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 318 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
lanjut...penasaran
2021-12-13
0