Sebuah mobil sedan mewah berhenti di halaman sebuah hotel, bangunan hotel terlihat baru dan megah, hotel berkelas dengan ketinggian lantai hingga 110 lantai.
Di halaman hotel terlihat banyak karangan karangan bunga dari berbagai orang orang, rekan bisnis dari Bramantio, pemilik hotel.
Saat ini, akan dilangsungkan peresmian pembukaan hotel tersebut.
Hotel yang diberi nama " Hera ", seorang pemuda gagah keluar dari mobil, bergegas membuka pintu belakang mobil sedan mewah.
Pemuda gagah itu bernama Gavlin, supir pribadi keluarga Bramantio, dari dalam mobil keluar Bramantio, pria tua yang berumur 63 tahun, disusul istrinya, Masayu.
Setelah keluar dari dalam mobilnya, dia menatap bangga ke arah hotel miliknya, melirik pada istrinya yang berdiri tepat disampingnya.
"Akhirnya, apa yang aku impikan terlaksana juga Ma." Ujar Bramantio pada istrinya, Masayu.
"Hari ini, hari yang bersejarah buat kita Pah, Mama bangga." Ujar Masayu pada Bramantio, suaminya.
Dia tersenyum manis pada suaminya, Bramantio menggenggam jemari tangan Masayu.
Mereka lalu melangkah berjalan masuk ke dalam gedung hotel mewah miliknya.
Setelah kepergian Bramantio dan Masayu, Gavlin, supir pribadi Bramantio segera masuk kembali kedalam mobil.
Dia meninggalkan halaman hotel menuju ke tempat parkir hotel yang berada di lantai bawah hotel.
Di dalam ruang pertemuan hotel, tampak ramai para undangan yang telah hadir.
Tepuk tangan meriah terdengar menyambut kehadiran Bramantio pemilik hotel beserta Masayu, istrinya.
Pembawa acara berdiri di atas panggung, di depan mikrofon dia mulai membuka acara, karena yang punya hajatan sudah hadir ditengah tengah para undangan.
Mike, pemuda gagah dengan penampilannya yang mewah telah hadir di ruangan itu.
Mike melihat Bramantio dan Masayu sudah ada diruangan tersebut, Mike segera menghampiri mereka.
"Selamat pah. Akhirnya papah mewujudkan impian papah punya hotel mewah seperti ini." Ujar Mike tersenyum pada papahnya.
Mike anak kandung dari Bramantio dan Masayu, satu satunya anak yang sangat mereka sayangi, karena anak tunggal.
Mike menjadi pemuda yang sedikit arogan dan manja pada kedua orang tuanya.
Semua kebutuhan dan apa saja yang di inginkan harus segera dipenuhi orang tuanya.
Kedua orang tuanya pun tidak bisa menolak permintaannya. Mike diberikan sebuah perusahaan yang cukup besar dan sukses.
Perusahaan yang bergerak dibidang real estate, duduk sebagai direktur utama dan pemegang saham utama diperusahaan real estate yang diberikan nama " Savana ".
Bramantio memberikan perusahaan itu agar Mike bisa lebih bersikap dewasa dan bertanggung jawab, dengan memimpin perusahaan.
Kedua orang tuanya berharap Mike akan bisa bijak dalam menyikapi kehidupan.
Memang sebelum memegang perusahaan, Mike pemuda yang urakan, sering ke pesta pesta, tempat tempat hiburan, berjudi.
Selain itu, Mike juga suka mabuk mabukan, menghambur hamburkan uang.
Pendidikan tinggi yang didapatnya saat bersekolah di luar negeri di sia siakan begitu saja oleh Mike.
Untuk itulah Bramantio sengaja memberikannya perusahaan real estate miliknya.
Tujuannya agar Mike bisa menggunakan otaknya dan mengeluarkan ilmu yang didapatnya dari luar negri dengan benar dan tepat.
Di dalam ruangan itu, tepat ditengah tengah ruangan, terlihat sebuah patung besar dan tinggi, masih di tutupi kain putih.
Berbagai macam hiasan indah ada di sekitar ruangan, membuat kesan megah acara tersebut.
Di luar gedung hotel, terlihat Gavlin melangkah keluar dari parkiran mobil.
Saat dia hendak berjalan masuk ke dalam hotel, dia melihat seorang gadis cantik berdiri di depan mobil sedan kecil.
Kap depan mobilnya terbuka, wajah gadis itu terlihat sangat kesal.
Gavlin tersenyum melihat gadis itu, dia lalu berjalan ke arah gadis cantik yang sedang kebingungan melihat mobilnya.
"Pasti ini bukan mobilmu kan ?" Ujar Gavlin santai dan tersenyum menatap gadis cantik itu.
"Darimana kamu tau ?" Tanya Maya, gadis cantik tersebut.
"Ya karena keliatan kamu gak ngerti ngatasi mobil ini yang mogok, kamu juga pasti gak tau kalo mobil ini gak sehat." Ujar Gavlin tersenyum manis lagi.
Maya terlihat sedikit kesal mendengar perkataan Gavlin, dia lalu abaikan Gavlin.
Maya berusaha mengecek mesin mobil, tapi dia tak tahu harus bagaimana memperbaiki mobilnya yang mogok itu.
"Ini mobil kantorku, aku dipinjamin buat meliput acara peresmian hotel milik pejabat daerah sini." Ujar Maya cuek.
Wajah Maya terlihat sedikit kesal, dia melihat pada mesin mobilnya yang mogok.
"Oh, kamu juga tamu undangan acara itu?" Ujar Gavlin tersenyum.
Maya tidak menanggapinya, cuek dan tetap sibuk mengutak atik mesin mobilnya.
Melihat Maya yang berpura pura memperbaiki mesin mobil, Gavlin tersenyum.
Dia tahu kalau Maya tidak paham tentang mesin mobil, Gavlin lalu melangkah mendekat, berdiri tepat disamping Maya.
"Biar aku yang benerin, minggir." Ujar Gavlin menyuruh Maya untuk menyingkir dari tempatnya.
Dengan kesal dan membersihkan tangannya karena sedikit kena minyak mesin, dia menggeser tubuhnya.
Maya memberikan tempat pada Gavlin yang lantas segera mengecek mesin mobil Maya.
Beberapa saat setelah Gavlin mengutak atik mesin mobil, dia melihat Maya yang terlihat berdiri dengan cemas.
Maya melihat jam ditangannya, ada rasa khawatir dia akan terlambat mengikuti acara peresmian pembukaan hotel megah milik Bramantio.
"Coba kamu nyalain lagi mobilnya." Ujar Gavlin menyuruh Maya.
Maya lalu masuk kedalam mobil, mencoba menghidupkan mobilnya, mobil berbunyi.
Wajah Maya terlihat senang mengetahui mobilnya sudah normal dan bisa berjalan lagi.
Dia menoleh dengan mengeluarkan kepalanya dijendela pintu mobil, melihat ke arah Gavlin.
"Udah bisa, thanks ya." Ujar Maya tersenyum senang, Gavlin lantas menutup kap mobil Maya, lalu berjalan mendekati Maya yang duduk di jok depan stir mobilnya.
"Ada baiknya, pulang dari sini kamu bawa ke bengkel, biar gak dorong seharian nanti." Ujar Gavlin.
Gavlin tersenyum menatap Maya yang menahan kesalnya mendengar ucapan Gavlin.
Dia lalu menjalankan mobilnya meninggalkan Gavlin yang berdiri menatapnya dengan tersenyum.
Gavlin membersihkan tangannya yang kotor karena memperbaiki mobil Maya.
Saat pertama melihat dan bertemu Maya, ada getaran aneh yang dirasakan Gavlin.
Jantungnya berdegup cepat melihat Maya saat berdiri di dekat mobilnya.
Gavlin tengah merasakan sesuatu hal aneh, yang dia sendiri tidak tahu apa itu.
Dia menatap ke arah Maya yang sudah menghilang bersama mobilnya, masuk ke tempat parkir hotel.
Terlihat seorang gadis cantik berpenampilan seksi bagai seorang putri kerajaan berjalan dengan gemulai.
Dia memasuki pelataran ruang pertemuan tempat digelarnya acara peresmian.
Wajah cantiknya tersenyum melangkah di ikuti pandangan seluruh undangan yang berdecak kagum melihat kedatangannya.
Mike yang melihat kedatangan gadis cantik dan seksi itu tersenyum senang, dia menyambut gadis itu.
"Liiinndaaa...akhirnya kamu datang juga..." Ujar Mike tersenyum, Linda, nama sang gadis cantik, sahabat baik Mike itu tersenyum.
Mike dan Linda cipika cipiki, lalu Linda mendekati Bramantio dan Masayu yang berdiri disamping Mike.
"Selamat ya Om, Tante, maaf Linda telat." Ujar Linda pada Bramantio dan Masayu.
"Tidak apa kok, baru pembukaan, belum acara utamanya." Ujar Bramantio tersenyum, Linda pun mengangguk tersenyum.
"Kamu cantik Lin, beruntung Mike kalo kamu mau jadi istrinya." Ujar Masayu berbisik lembut pada Linda yang tersenyum tertawa kecil.
"Mama apaan sih, kami ini sahabat baik Ma, lebih baik dari orang pacaran." Ujar Mike pada mamanya.
"Gak ada salahnya kan kalo kalian disatukan, biar makin kuat persahabatan kalian kalo di ikat dengan pernikahan." Ujar Masayu.
Masayu tersenyum melirik pada Mike yang menahan malu, Mike lalu melirik Linda yang tersenyum kecil.
Sebenarnya hati kecil Mike ingin menjadikan Linda sebagai istrinya, namun dia tidak bisa memaksa.
Karena Linda berkali kali mengatakan padanya, jika dia lebih nyaman bersama Mike dengan status sahabat baik mereka, tidak lebih dari itu.
Terdengar suara pembawa acara sedang menyampaikan materi materi acara peresmian hotel.
"Benar juga ide mama kamu Mike, papahnya Linda, pak Wijaya, sahabat baik papah." Ujar Bramantio.
"Kalo kami jadi besan, hubungan akan semakin erat terjalin, apalagi kamu bisa menjalin kerjasama dalam binis nantinya." Ujar Bramantio.
Mike dan Linda terdiam, Bramantio berfikir dan membuat rencana untuk menjodohkan Mike dan Linda agar mereka menjadi pasangan suami istri.
Bramantio merasa , jika Mike menikahi Linda, maka peluangnya untuk memiliki beberapa persen saham perusahaan asuransi papah Linda bisa terwujud.
Selama ini dia sudah mengincar, dan mencari cara bagaimana agar Wijaya, papah Linda mau menjadi rekan bisnisnya.
"Baiklah para hadirin, kini kita tiba pada puncak acara ini, yakni pembukaan hotel Hera dengan membuka patung sebagai simbol kemegahan hotel ini." Ujar MC.
Bramantio yang mendengar Pembawa Acara membuka acara, menjadi tersadar dari lamunannya.
"Pak Guntur sudah datang ?" Tanya Bramantio berbisik mendekati Asisten Managernya yang berdiri tidak jauh dari tempatnya berdiri.
"Saya belum lihat beliau pak." Ujar Surya, nama Asisten Manager Bramantio itu.
Bramantio membagi pandangannya keseluruh ruangan, mencari cari, tapi dia tidak melihat Guntur ada di situ.
Gavlin terlihat masuk ke dalam ruangan itu, dia ingin melihat bagaimana proses acara peresmian hotel yang digelar dengan mewah dan biaya mahal itu.
Wajah Gavlin terlihat memandang seisi ruangan, tampak wajah wajah bahagia di ruangan itu.
Bramantio menghela nafasnya, dia lantas bergegas naik ke panggung karena pembawa acara sudah memanggil terus namanya.
Bramantio berdiri diatas panggung, pembawa acara meninggalkan Bramantio sendiri.
Bramantio lalu berdiri didepan mikropon, bersiap siap untuk menyampaikan kata kata untuk meresmikan hotel miliknya tersebut.
"Sebenarnya, saya masih menunggu rekan saya pak Guntur, bersama beliau saya bisa membangun hotel ini." Ujar Bramantio.
"Jadi terasa ada yang kurang, jika beliau tidak berdiri di sini bersama saya." Ujar Bramantio tersenyum.
Masayu, istrinya menoleh ke sekitar ruangan, dia tak melihat Guntur diruangan itu, Mike juga mencari cari, tidak menemukan Guntur juga.
"Kemungkinan beliau sedikit terlambat hadir, baiklah, saya akan mulai saja." Ujar Bramantio tersenyum.
Maya yang sudah ada diruangan itu mengambil kamera yang dibawanya, dia mulai meliput acara tersebut.
Maya seorang Reporter sebuah majalah bisnis, yang ditugaskan oleh Direksinya untuk khusus meliput kegiatan peresmian hotel Bramantio.
Dia datang memenuhi undangan khusus Bramantio yang berteman baik dengan pemilik majalah tempat Maya bekerja.
Maya melirik pada Gavlin yang berdiri tidak jauh dari tempatnya, Gavlin menatap ke depan, melihat tegas pada Bramantio, dia tidak peduli Maya melihatnya.
Maya lalu melanjutkan kegiatannya, untuk membuat dokumentasi acara.
" Kepada semua pihak yang terlibat dalam pembangunan gedung Hotel Hera ini, saya dan pak Guntur menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya." Ujarnya.
"Mudah-mudahan, kerja keras semua ini akan membuahkan hasil yang lebih baik." Ujar Bramantio lagi.
"Dan hotel ini bisa membuat nyaman buat orang yang datang dan menginap di sini." Tepuk tangan meriah terdengar dari para undangan.
Mike, Linda dan Masayu yang berdiri berdekatan tersenyum bangga bertepuk bangga menatap Bramantio yang berdiri gagah diatas panggung.
Bramantio lalu berjalan turun dari panggung kearah patung yang berdiri gagah dan tinggi ditengah ruangan itu.
Setelah dia tiba di depan patung yang tertutup kain keseluruhannya itu, dia pun mengangkat tangannya.
"Dengan ini, saya buka hotel ini buat umum !" Ujarnya dengan suara lantang dan tegas.
Bersamaan dengan dia mengangkat tangannya keatas, saat itu juga kain yang menutupi patung itu terangkat dan terbuka.
Tampak jelas dan indah serta mewah patung yang tinggi besar berdiri gagah setelah kain tidak lagi menutupinya. Patung yang berwujud dewa Hera.
Tepuk tangan meriah terdengar, decak kagum terlihat dari wajah wajah para undangan yang hadir.
Maya segera mengabadikan moment tersebut, tidak mau ketinggalan sedikitpun.
Tiba tiba, ada sesuatu yang jatuh dari atas atap ruang pertemuan peresmian hotel itu.
Sesuatu itu sosok tubuh Pria yang terjatuh dan menimpa patung wanita berwujud sosok Dewa Yunani bernama Hera, Dewa pelindung kekayaan.
Bramantio sengaja memilih patung Dewa Hera sebagai simbol kekayaan hartanya yang harus di lindungi.
Sosok Pria yang terjatuh dari atas atap itu menimpa tangan patung Dewa Hera hingga patah.
Lalu tergeletak di lantai ruang pertemuan dengan luka luka disekujur tubuhnya.
Darah mengalir di lantai, orang orang yang ada di ruangan itu teriak histeris.
Begitu melihat ada sosok pria yang sudah menjadi mayat terjatuh dari atas atap ruangan tersebut, mereka panik berlarian.
Bramantio tersentak kaget, begitu juga Masayu, Mike, Linda, Maya yang melihat kejadian itu cepat pindah posisi mendekat ke tempat kejadian.
Dengan maksud, agar dia bisa leluasa mengabadikan semua yang terjadi.
Bramantio syock saat melihat sosok pria yang sudah menjadi mayat itu adalah Guntur, rekan bisnisnya yang sudah ditunggunya datang.
"Guntuurr ?!" Ujar Bramantio syock, wajahnya begitu kaget, dia tak menyangka Guntur mati.
Masayu dan Mike segera mendekati Bramantio yang berdiri kaku menatap mayat Guntur yang terkapar di lantai.
Linda hanya berdiri terdiam, dia tercekat, tak tahu harus bagaimana, dia tak menyangka akan menyaksikan hal yang mengerikan di acara tersebut.
Gavlin yang melihat kejadian itu semua segera berlari kearah Bramantio yang masih berdiri gemetar tubuhnya.
"Lebih baik bapak tinggalkan ruangan ini, biar saya yang urus semuanya." Ujar Gavlin pada Bramantio yang meliriknya lalu mengangguk.
Mike dan Masayu membawa Bramantio yang terlihat lemas itu pergi dari ruangan.
Para undangan yang takut karena melihat mayat Guntur segera berlari keluar dari ruang pertemuan, membubarkan diri masing masing.
Suatu peristiwa yang tak pernah di rencanakan Bramantio dan tidak akan pernah diharapkannya.
Peresmian hotel yang dibanggakannya harus di rusak dengan penemuan mayat Guntur.
Guntur adalah orang yang selama ini menjadi rekan bisnisnya, dan tahu dengan semua sepak terjang Bramantio dalam menjalani bisnis.
Gavlin mengamankan lokasi, para petugas keamanan yang ada di sekitar ruangan membantunya.
Dari luar masuk beberapa petugas keamanan lagi mendekati mayat Guntur.
Mereka datang karena tahu dari para undangan yang lari keluar dari dalam hotel dengan teriak ada mayat.
Salah seorang Petugas Keamanan segera melaporkan pada kepolisian tentang kejadian itu.
Maya yang mengabadikan semua, berdiri terdiam menatap mayat Guntur yang terbujur kaku penuh luka luka yang begitu banyak.
Luka sayatan yang dilakukan dengan cara sadis, membuat Guntur mati bersimbah darah.
Gavlin yang melihat sudah banyak Petugas Keamanan diruangan itu untuk mengamankan mayat Guntur segera berlari keluar hotel.
Maya masih tetap berada diruangan tersebut, dia mengambil photo atas atap, tempat dimana tubuh Guntur terjatuh.
Mobil datang mendekati Bramantio yang duduk di anak tangga halaman hotel ditemani istri dan anaknya.
Gavlin bergegas keluar dari dalam mobil, membuka pintu belakang mobil.
Lalu dia mendekati Bramantio yang masih terlihat lemas, membawa masuk Bramantio ke dalam mobil di ikuti Masayu, istrinya.
Setelah Bramantio beserta Masayu didalam mobil, segera Gavlin masuk ke mobil.
Dia duduk didepan stir, lalu menjalankan mobil dan meninggalkan hotel tersebut.
Dari kaca spion depan Gavlin melirik pada Bramantio yang duduk di jok belakang, diam tercenung, tubuhnya gemetar lemas.
Bramantio tak pernah menduga hari ini adalah hari yang benar benar bersejarah dalam hidupnya, ditandai dengan kematian mengerikan Guntur.
Gavlin mempercepat laju mobilnya, Mike berdiri dihalaman hotel menatap ke arah mobil yang sudah menjauh dan menghilang.
Miketerdiam, raut wajahnya menunjukkan jika dia sedang berfikir saat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 318 Episodes
Comments
Lina Sandi
pembalasan di mulai
2022-06-10
0
Yuuna
menarik💯💯
2022-04-25
1
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
makin menarik
2021-12-13
1