Dikhianati Sang Suami
Arumi Deswita seorang gadis muda cantik sederhana dengan paras hijabnya, penuh keceriaan, mempunyai fisik yang kuat dan juga cerdas. Dia baru lulus dari kuliahnya beberapa hari yang lalu. Dia tinggal bersama neneknya sedari kecil tanpa kedua orang tuanya.
Kata neneknya kedua orang tuanya sudah meninggal sejak dia masih berumur tujuh bulan. Dengan kesederhanaan nenek Arumi yang bernama Suryati membesarkan Arumi sendirian dengan penuh perjuangan yang hanya mengandalkan hasil dari kue legendaris buatannya yang selalu dia kirimkan ke restoran yang mau berlangganan.
Nenek Suryati sangat menyayangi Arumi. Begitu pun Arumi yang juga sangat sayang sama neneknya. Arumi menganggap nenek Suryati sebagai ibu sekaligus ayahnya. Hari-hari Arumi ia lalui penuh kebahagiaan dan keceriaan.
Arumi sekarang sudah lulus kuliah, walau pun belum punya pekerjaan, nenek Suryati menyuruhnya untuk segera menikah. Arumi harus menikah dengan kekasihnya yang sudah dia kenal selama dua tahun ini.
Nenek Arumi sangat khawatir dengan anak muda jaman sekarang yang terjerat kebebasan dalam menjalin hubungan percintaan. Nenek Suryati takut terjadi sesuatu sama Arumi yang sedang menjalin hubungan dengan kekasihnya yang hampir dua tahun ini yang selalu dalam pengawasan nya.
Nenek Suryati mendesak Arumi untuk meminta cepat-cepat di nikahi kekasihnya yang sudah mapan karena sudah punya pekerjaan. Jadi Arumi nggak usah sibuk cari kerja toh calon suaminya sudah punya pekerjaan.
Arumi menuruti perintah neneknya yang tak bisa ditolerir lagi. Meski Arumi kukuh ingin mencari pekerjaan dulu setelah kuliahnya selesai. Akhirnya dengan berat hati dia pun menyanggupi permintaan neneknya.
Arumi pun segera memberitahu kekasih yang sangat dicintainya dan tentu juga mencintainya. Namanya adalah Hendri Marlin.
Hendri Marlin seorang pemuda tampan yang usianya hanya terpaut dengan Arumi satu tahun. Hendri dulu Kakak kelas Arumi waktu SMA. Mereka sama-sama masih muda saat ini. Hendri sekarang sudah bekerja di perusahaan besar. Dia mempunyai posisi tinggi karena dia orang yang cerdas dan punya banyak ide cemerlang itulah membuatnya melonjak ke posisi lebih tinggi.
***
"Hallo sayang, kita ketemuan di tempat biasa," pesan suara dari Arumi saat di buka Hendri.
"Oke sayang, pasti kamu udah kangen sama aku kan," balas Hendri dengan pesan suara juga.
Hendri sibuk dengan pekerjaannya sekarang jadi jarang ketemu sama Arumi. Bahkan Hendri sering lembur karena banyak pekerjaan. Kebetulan sekarang hari sabtu dan besok hari libur kerja, jadi Hendri bisa bertemu dengan Arumi ditempat biasa.
Arumi sudah ada di restoran kecil tempat biasa yang dia kunjungi bersama Hendri. Dia sekarang tengah menunggu Hendri yang belum menunjukkan batang hidungnya. Arumi pun memesan minum dulu sembari menunggu kedatangannya Hendri.
Tepat minuman sudah disedot habis oleh Arumi karena sangat haus, Hendri datang. Dari jauh Hendri sudah berteriak memanggil nama Arumi, sembari berjalan mendekat ke arah Arumi.
"Sayang, aku datang." kedua tangan Hendri direntangkan berharap disambut pelukan oleh Arumi.
Arumi hanya memggelengkan kepala dengan senyum gemasnya. Ingin rasanya dia memeluk Hendri karena sangat kangen. Tapi itu tidak boleh dilakukan karena belum halal. Arumi selalu teringat dengan pesan nenek untuk tidak melebihi batas berpacaran.
"Aku tau kamu tidak akan memelukku, tapi aku berharap kita bisa berpelukan seperti pasangan yang lain," ucap Hendri yang sudah duduk berhadapan dengan Arumi.
"Kamu ingin kita bisa berpelukan? Bahkan lebih dari itu. Apa kamu mau?
"Ya mau dong," ucap Hendri girang.
"Ya udah kita nikah saja."
"Menikah!" Seru Hendri.
Hendri reflek berdiri dari duduknya seolah terkejut dengan ucapan Arumi, membuat senyum Arumi menciut. Mengira Hendri tidak setuju dengan ajakannya.
"Iya kita menikah saja," tegas Arumi lagi.
"Tentu saja sayang itu ide yang bagus, kita harus menikah," cetus Hendri.
Jawaban dari Hendri membuat hati Arumi lega bah tersiram dinginnya air hujan dikemarau yang panjang, terpancar dari senyum lebarnya hingga lesung di pipinya nampak menghiasi wajahnya menambah manis senyumnya.
Itulah yang membuat Hendri menambatkan hatinya pada Arumi yang cantik dan manis, dan tentunya Arumi gadis yang baik smart, kuat, dan pantang menyerah.
"Kamu setuju dengan ucapanku?" Tanya Arumi memastikan.
"Iya, aku setuju banget. Benar kita harus menikah sayang, aku tidak sabar ingin memilikimu seutuhnya. Itu impianku," Hendri meyakinkan Arumi.
"Benarkah! Aku juga sangat mengidamkan itu."
Arumi merasa senang mendengar jawaban dari Hendri. Dia pun sontak berdiri dari duduknya meloncat-loncat kegirangan penuh kebahagiaan. Hendri pun sama ikut merasakan kebahagiaan kekasihnya yang saat ini ada dihadapannya. Ingin rasanya Hendri meluapkan kebahagiaannya dengan memeluk Arumi.
Terbayang dibenak Hendri dia memeluk tubuh Arumi dengan erat berlanjut kedua tangan saling bergandengan berjalan memutar. Bayangannya seperti difilm-film romantis.
"Aku seneng banget Hendri. Terima kasih kamu setuju kita akan menikah."
Ucapan Arumi membuyarkan lamunan Hendri. Hendri tersadar, kalau dia menikah bakalan bebas ngapain aja bersama Arumi tanpa menanggung dosa.
"Terima kasih sayang," ucap Arumi sembari berjalan mendekat ke arah Hendri dan semakin mendekat.
Saking senengnya tiba-tiba tanpa sadar Arumi membenamkan tubuhnya ke pelukan Hendri. Sontak Hendri kedua netranya melebar, tak percaya dengan sikap Arumi. Tiba-tiba saja reflek memeluknya.
"Apa uang di lakukan Arumi, apa dia menghalu seperti aku, kenapa dia sampai terbawa suasana halunya?" Tanya Hendri dalam hati.
Jantung Hendri pun jadi berdegup kencang baru kali ini mendapat pelukan dari seorang cewek. Apa lagi dari orang yang sangat di cintainya.
"Jedag, jedug."
Masih dalam ketidak sadaranya kedua tangan Arumi melingkar erat dipinggang Hendri. Hendri pun hendak membalasnya dengan melingkarkan kedua tangannya sama seperti yang dilakukan Arumi. Baru saja Hendri memulai pergerakannya.
Suara degup jantungnya yang sangat kencang, mampu menyadarkan Arumi. Arumi yang tadi matanya terpejam, sontak terbuka lebar dan menyadari dia berada dalam pelukan Hendri. Dia pun segera melepaskan tubuhnya.
"Astaghfirullahal adziim...," ucap Arumi.
"Maafkan aku Ndri, aku hilaf. Aku tidak sadar tengah memelukmu, aku terbawa suasana haluku. Aku sungguh munafik telah menjilat ludahku sendiri. Aku nggak sadar saking senengnya sampek memeluk kamu."
Benar juga tebakannya Hendri, Arumi sama berhalusinasi seperti dia. Hendri hanya tersenyum melihat kepanikan Arumi.
"Pasti kamu seneng kan!" Terka Arumi.
"Ya aku seneng, kamu sudah membuat jantungku makin berdegup kencang. Aku tidak sabar ingin memilikimu seutuhnya. Ayo kita cepat menikah saja," ajak Hendri.
"Ayo. Siapa takut, Nenekku sudah memberi izin lo, supaya aku cepat menikah denganmu, dia juga sangat menyukaimu. Menurut dia kamu lelaki yang baik yang mencintaiku yang nanti akan menjadi imamku selama hidupku."
"Nenek kamu sudah merestui kita?"
"Iya dia sudah merestui hubungan kita."
"Syukurlah kalau begitu, aku lega dan seneng banget."
"Sekarang ayo kita pergi ke rumahku, kita harus minta izin sama Ibuku juga," ajak Hendri lagi
Mereka berdua pun bergegas meninggalkan restoran. Berjalan gontai tanpa bergandengan tangan. Mereka sangat menjaga etikat berpacaran atas perintah nenek Suryati. Hendri akan mengajak Arumi ke rumahnya bertemu dengan orang tuanya untuk meminta restu padanya.
Mereka berdua sudah bulat akan menikah muda dan menjadi pasangan yang bahagia. Kita lihat saja nanti apakah mereka menjadi yang bahagia dan langgeng.
Simak terus kelanjutannya....
jadikan favorit, kasih like dan votenya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
semoga ada restu buat mereka
2024-08-17
0
tatah tutuh
baca dulu deh 👋
2022-11-02
1
dini melati
hadir thor...
2022-11-02
1