Dikhianati Sang Suami

Dikhianati Sang Suami

Bab 1 Mengajak menikah

Arumi Deswita seorang gadis muda cantik sederhana dengan paras hijabnya, penuh keceriaan, mempunyai fisik yang kuat dan juga cerdas. Dia baru lulus dari kuliahnya beberapa hari yang lalu. Dia tinggal bersama neneknya sedari kecil tanpa kedua orang tuanya.

 Kata neneknya kedua orang tuanya sudah meninggal sejak dia masih berumur tujuh bulan. Dengan kesederhanaan nenek Arumi yang bernama Suryati membesarkan Arumi sendirian dengan penuh perjuangan yang hanya mengandalkan hasil dari kue legendaris buatannya yang selalu dia kirimkan ke restoran yang mau berlangganan.

Nenek Suryati sangat menyayangi Arumi. Begitu pun Arumi yang juga sangat sayang sama neneknya. Arumi menganggap nenek Suryati sebagai ibu sekaligus ayahnya. Hari-hari Arumi ia lalui penuh kebahagiaan dan keceriaan.

Arumi sekarang sudah lulus kuliah, walau pun belum punya pekerjaan, nenek Suryati menyuruhnya untuk segera menikah. Arumi harus menikah dengan kekasihnya yang sudah dia kenal selama dua tahun ini.

Nenek Arumi sangat khawatir dengan anak muda jaman sekarang yang terjerat kebebasan dalam menjalin hubungan percintaan. Nenek Suryati takut terjadi sesuatu sama Arumi yang sedang menjalin hubungan dengan kekasihnya yang hampir dua tahun ini yang selalu dalam pengawasan nya. 

Nenek Suryati mendesak Arumi untuk meminta cepat-cepat di nikahi kekasihnya yang sudah mapan karena sudah punya pekerjaan. Jadi Arumi nggak usah sibuk cari kerja toh calon suaminya sudah punya pekerjaan.

Arumi menuruti perintah neneknya yang tak bisa ditolerir lagi. Meski Arumi kukuh ingin mencari pekerjaan dulu setelah kuliahnya selesai. Akhirnya dengan berat hati dia pun menyanggupi permintaan neneknya.

Arumi pun segera memberitahu kekasih yang sangat dicintainya dan tentu juga mencintainya. Namanya adalah Hendri Marlin.

Hendri Marlin seorang pemuda tampan yang usianya hanya terpaut dengan Arumi satu tahun. Hendri dulu Kakak kelas Arumi waktu SMA. Mereka sama-sama masih muda saat ini. Hendri sekarang sudah bekerja di perusahaan besar. Dia mempunyai posisi tinggi karena dia orang yang cerdas dan punya banyak ide cemerlang itulah membuatnya melonjak ke posisi lebih tinggi.

***

"Hallo sayang, kita ketemuan di tempat biasa," pesan suara dari Arumi saat di buka Hendri.

"Oke sayang, pasti kamu udah kangen sama aku kan," balas Hendri dengan pesan suara juga.

Hendri sibuk dengan pekerjaannya sekarang jadi jarang ketemu sama Arumi. Bahkan Hendri sering lembur karena banyak pekerjaan. Kebetulan sekarang hari sabtu dan besok hari libur kerja, jadi Hendri bisa bertemu dengan Arumi ditempat biasa.

Arumi sudah ada di restoran kecil tempat biasa yang dia kunjungi bersama Hendri. Dia sekarang tengah menunggu Hendri yang belum menunjukkan batang hidungnya. Arumi pun memesan minum dulu sembari menunggu kedatangannya Hendri.

Tepat minuman sudah disedot habis oleh Arumi karena sangat haus, Hendri datang. Dari jauh Hendri sudah berteriak memanggil nama Arumi, sembari berjalan mendekat ke arah Arumi.

"Sayang, aku datang." kedua tangan Hendri direntangkan berharap disambut pelukan oleh Arumi.

Arumi hanya memggelengkan kepala dengan senyum gemasnya. Ingin rasanya dia memeluk Hendri karena sangat kangen. Tapi itu tidak boleh dilakukan karena belum halal. Arumi selalu teringat dengan pesan nenek untuk tidak melebihi batas berpacaran.

"Aku tau kamu tidak akan memelukku, tapi aku berharap kita bisa berpelukan seperti pasangan yang lain," ucap Hendri yang sudah duduk berhadapan dengan Arumi.

"Kamu ingin kita bisa berpelukan? Bahkan lebih dari itu. Apa kamu mau?

"Ya mau dong," ucap Hendri girang.

"Ya udah kita nikah saja."

"Menikah!" Seru Hendri.

Hendri reflek berdiri dari duduknya seolah terkejut dengan ucapan Arumi, membuat senyum Arumi menciut. Mengira Hendri tidak setuju dengan ajakannya.

"Iya kita menikah saja," tegas Arumi lagi.

"Tentu saja sayang itu ide yang bagus, kita harus menikah," cetus Hendri.

Jawaban dari Hendri membuat hati Arumi lega bah tersiram dinginnya air hujan dikemarau yang panjang, terpancar dari senyum lebarnya hingga lesung di pipinya nampak menghiasi wajahnya menambah manis senyumnya.

 Itulah yang membuat Hendri menambatkan hatinya pada Arumi yang cantik dan manis, dan tentunya Arumi gadis yang baik smart, kuat, dan pantang menyerah.

"Kamu setuju dengan ucapanku?" Tanya Arumi memastikan.

"Iya, aku setuju banget. Benar kita harus menikah sayang, aku tidak sabar ingin memilikimu seutuhnya. Itu impianku," Hendri meyakinkan Arumi.

"Benarkah! Aku juga sangat mengidamkan itu."

Arumi merasa senang mendengar jawaban dari Hendri. Dia pun sontak berdiri dari duduknya meloncat-loncat kegirangan penuh kebahagiaan. Hendri pun sama ikut merasakan kebahagiaan kekasihnya yang saat ini ada dihadapannya. Ingin rasanya Hendri meluapkan kebahagiaannya dengan memeluk Arumi.

Terbayang dibenak Hendri dia memeluk tubuh Arumi dengan erat berlanjut kedua tangan saling bergandengan berjalan memutar. Bayangannya seperti difilm-film romantis.

"Aku seneng banget Hendri. Terima kasih kamu setuju kita akan menikah."

Ucapan Arumi membuyarkan lamunan Hendri. Hendri tersadar, kalau dia menikah bakalan bebas ngapain aja bersama Arumi tanpa menanggung dosa.

"Terima kasih sayang," ucap Arumi sembari berjalan mendekat ke arah Hendri dan semakin mendekat. 

Saking senengnya tiba-tiba tanpa sadar Arumi membenamkan tubuhnya ke pelukan Hendri. Sontak Hendri kedua netranya melebar, tak percaya dengan sikap Arumi. Tiba-tiba saja reflek memeluknya.

 "Apa uang di lakukan Arumi, apa dia menghalu seperti aku, kenapa dia sampai terbawa suasana halunya?" Tanya Hendri dalam hati.

Jantung Hendri pun jadi berdegup kencang baru kali ini mendapat pelukan dari seorang cewek. Apa lagi dari orang yang sangat di cintainya.

"Jedag, jedug."

Masih dalam ketidak sadaranya kedua tangan Arumi melingkar erat dipinggang Hendri. Hendri pun hendak membalasnya dengan melingkarkan kedua tangannya sama seperti yang dilakukan Arumi. Baru saja Hendri memulai pergerakannya.

Suara degup jantungnya yang sangat kencang, mampu menyadarkan Arumi. Arumi yang tadi matanya terpejam, sontak terbuka lebar dan menyadari dia berada dalam pelukan Hendri. Dia pun segera melepaskan tubuhnya.

"Astaghfirullahal adziim...," ucap Arumi.

"Maafkan aku Ndri, aku hilaf. Aku tidak sadar tengah memelukmu, aku terbawa suasana haluku. Aku sungguh munafik telah menjilat ludahku sendiri. Aku nggak sadar saking senengnya sampek memeluk kamu."

Benar juga tebakannya Hendri, Arumi sama berhalusinasi seperti dia. Hendri hanya tersenyum melihat kepanikan Arumi. 

"Pasti kamu seneng kan!" Terka Arumi.

"Ya aku seneng, kamu sudah membuat jantungku makin berdegup kencang. Aku tidak sabar ingin memilikimu seutuhnya. Ayo kita cepat menikah saja," ajak Hendri.

"Ayo. Siapa takut, Nenekku sudah memberi izin lo, supaya aku cepat menikah denganmu, dia juga sangat menyukaimu. Menurut dia kamu lelaki yang baik yang mencintaiku yang nanti akan menjadi imamku selama hidupku."

"Nenek kamu sudah merestui kita?" 

"Iya dia sudah merestui hubungan kita."

"Syukurlah kalau begitu, aku lega dan seneng banget."

"Sekarang ayo kita pergi ke rumahku, kita harus minta izin sama Ibuku juga," ajak Hendri lagi

Mereka berdua pun bergegas meninggalkan restoran. Berjalan gontai tanpa bergandengan tangan. Mereka sangat menjaga etikat berpacaran atas perintah nenek Suryati. Hendri akan mengajak Arumi ke rumahnya bertemu dengan orang tuanya untuk meminta restu padanya.

 Mereka berdua sudah bulat akan menikah muda dan menjadi pasangan yang bahagia. Kita lihat saja nanti apakah mereka menjadi yang bahagia dan langgeng.

Simak terus kelanjutannya....

jadikan favorit, kasih like dan votenya.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

semoga ada restu buat mereka

2024-08-17

0

tatah tutuh

tatah tutuh

baca dulu deh 👋

2022-11-02

1

dini melati

dini melati

hadir thor...

2022-11-02

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Mengajak menikah
2 Bab 2 Meminta restu
3 Bab 3 Tak direstui
4 Bab 4 Tetap akan menikah
5 Bab 5 Menikah siri
6 Bab 6 Berbulan madu
7 Bab 7 Hamil
8 Bab 8 Ke rumah mertua
9 Bab 9 Tinggal di rumah mertua
10 Bab 10 Omelan mertua
11 Bab 11 Nggak pulang-pulang
12 Bab 12 Di hukum
13 Bab 13 Seperti seorang pembantu
14 Bab 14 Berkunjung ke rumah Nenek
15 Bab 15 Pesan Nenek
16 Bab 16 Mencoba tegar
17 Bab 17 Ceo baru
18 Bab 18 Bertemu lagi
19 Bab 19 Syarat yang berat
20 Bab 20 Begitu berat rasanya
21 Bab 21 Bu Direktur
22 Bab 22 Mendapat hukuman
23 Bab 23 Menunggu kedatangan Hendri
24 Bab 24 Pulang larut
25 Tak bisa menjelaskan
26 Bab 26 Janji
27 Bab 27 Kekecewaan Mia
28 Bab 28 Mendapat Gaji
29 Bab 29 Ungkapan cinta
30 Bab 30 Keinginan Melinda
31 Bab 31 Ungkapan
32 Bab 32 Vitting
33 Bab 33 Kecewa
34 Bab 34 Beruntung
35 Bab 35 Melamar
36 Bab 36 Jujur
37 Bab 37 Harus Bersedia
38 Bab 38 Memberi Jawaban
39 Bab 39 Persiapan
40 Bab 40 Mau Melahirkan
41 Bab 41 Selamat
42 Bab 42 Sah Juga
43 Bab 43 Benar-benar
44 Bab 44 Harus bercerai
45 Bab 45 Rasa Sakit
46 Bab 46 pulang
47 Bab 47 Nanti Akan Tahu
48 Bab 48 Mencari
49 Bab 49 Bingung
50 Bab 50 Nasi Sudah Menjadi Bubur
51 Bab 51 Sungguh Geram
52 Bab 52 Menutupi
53 Bab 53 Bertemu
54 Bab 54 Mengurungkan
55 Bab 55 Tidak Boleh Tau
56 Bab 56 Membantu
57 Bab 57 Bertemu Lagi
58 Bab 58 Rezeki
59 Bab 59 Tau juga
60 Bab 60 Pernyataan Gilang
61 Bab 61 Babak Belur
62 Bab 62 Cinta
63 Bab 62 Cinta
64 Bab 63 Tidak Jadi
65 Bab 64 Memberitahu
66 Bab 65 Menyesal
67 Bab 66 Berdebat
68 Bab 67 Pamer
69 Bab 68 Pingsan
70 Bab 69 Diam-diam
71 Bab 70 Kue Cinta Yang Popoler
72 Bab 71 Rumah Impian
73 Bab 72 Solusi
74 Bab 73 Teringat
75 Bab 74 Mimpi Jadi Nyata
76 Bab 75 Jedag, Jedug.
77 Bab 76 Melamar
78 Bab 77 Takut
79 Bab 78 Tercenang
80 Bab 79 Terbongkar
81 Bab 80 Terusir
82 Bab 81 Hukuman
83 Bab 82 Malam Yang Indah
84 Bab 83 Ngidam Aneh
85 Bab 84 Tersadar
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Bab 1 Mengajak menikah
2
Bab 2 Meminta restu
3
Bab 3 Tak direstui
4
Bab 4 Tetap akan menikah
5
Bab 5 Menikah siri
6
Bab 6 Berbulan madu
7
Bab 7 Hamil
8
Bab 8 Ke rumah mertua
9
Bab 9 Tinggal di rumah mertua
10
Bab 10 Omelan mertua
11
Bab 11 Nggak pulang-pulang
12
Bab 12 Di hukum
13
Bab 13 Seperti seorang pembantu
14
Bab 14 Berkunjung ke rumah Nenek
15
Bab 15 Pesan Nenek
16
Bab 16 Mencoba tegar
17
Bab 17 Ceo baru
18
Bab 18 Bertemu lagi
19
Bab 19 Syarat yang berat
20
Bab 20 Begitu berat rasanya
21
Bab 21 Bu Direktur
22
Bab 22 Mendapat hukuman
23
Bab 23 Menunggu kedatangan Hendri
24
Bab 24 Pulang larut
25
Tak bisa menjelaskan
26
Bab 26 Janji
27
Bab 27 Kekecewaan Mia
28
Bab 28 Mendapat Gaji
29
Bab 29 Ungkapan cinta
30
Bab 30 Keinginan Melinda
31
Bab 31 Ungkapan
32
Bab 32 Vitting
33
Bab 33 Kecewa
34
Bab 34 Beruntung
35
Bab 35 Melamar
36
Bab 36 Jujur
37
Bab 37 Harus Bersedia
38
Bab 38 Memberi Jawaban
39
Bab 39 Persiapan
40
Bab 40 Mau Melahirkan
41
Bab 41 Selamat
42
Bab 42 Sah Juga
43
Bab 43 Benar-benar
44
Bab 44 Harus bercerai
45
Bab 45 Rasa Sakit
46
Bab 46 pulang
47
Bab 47 Nanti Akan Tahu
48
Bab 48 Mencari
49
Bab 49 Bingung
50
Bab 50 Nasi Sudah Menjadi Bubur
51
Bab 51 Sungguh Geram
52
Bab 52 Menutupi
53
Bab 53 Bertemu
54
Bab 54 Mengurungkan
55
Bab 55 Tidak Boleh Tau
56
Bab 56 Membantu
57
Bab 57 Bertemu Lagi
58
Bab 58 Rezeki
59
Bab 59 Tau juga
60
Bab 60 Pernyataan Gilang
61
Bab 61 Babak Belur
62
Bab 62 Cinta
63
Bab 62 Cinta
64
Bab 63 Tidak Jadi
65
Bab 64 Memberitahu
66
Bab 65 Menyesal
67
Bab 66 Berdebat
68
Bab 67 Pamer
69
Bab 68 Pingsan
70
Bab 69 Diam-diam
71
Bab 70 Kue Cinta Yang Popoler
72
Bab 71 Rumah Impian
73
Bab 72 Solusi
74
Bab 73 Teringat
75
Bab 74 Mimpi Jadi Nyata
76
Bab 75 Jedag, Jedug.
77
Bab 76 Melamar
78
Bab 77 Takut
79
Bab 78 Tercenang
80
Bab 79 Terbongkar
81
Bab 80 Terusir
82
Bab 81 Hukuman
83
Bab 82 Malam Yang Indah
84
Bab 83 Ngidam Aneh
85
Bab 84 Tersadar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!