Bab 3 Tak direstui

Arumi dan Hendri saling bertatapan. Netra Arumi penuh tanya pada Hendri dan penuh rasa kekhawatiran. Hendri tau, pasti Arumi sedang memikirkan tentang ucapan Ibunya yang mengguncang hati Arumi. Hendri pun mengajak Arumi beranjak dari hadapan Ibunya mengajaknya berunding supaya tetap mendapat restu dari Ibunya.

"Mau kemana kamu?" tanya Mia saat Hendri dan Arumi baru saja berdiri dari duduknya.

"Aku mau keluar sebentar Bu," jawab Hendri.

"Tunggu sebentar, duduk dulu. Ibu pingin ngobrol sama pacar kamu biar lebih mengenal. Apa lagi dia berharap jadi mantu Ibu tentunya harus tau latar belakangnya," ucap Mia.

Mereka berdua pun kembali duduk sejajar. Arumi nampak semakin takut menghadapi Ibunya Hendri yang akan mengintimidasinya.

 

"Bagaimana ini? Aku takut sekali menghadapi Ibunya Mas Hendri?" Batin Arumi.

"Rumah kamu dimana?" 

"Ehm.....," Arumi ragu menjawab kedua tangannya saling meremas pertanda sangat gugup dan takut.

"Dimana rumah kamu? Kenapa diam saja apa kamu nggak punya rumah," sentak Mia.

Salsa menyenggol Ibunya yang duduk sejajar dengannya, pertanda tak suka dengan Ibunya yang bersikap kasar dengan pacar kakaknya.

Arumi semakin menciut tertunduk diam, belum bisa menjawab.

"Ibu...," teriak Hendri seolah nggak terima Ibunya membentak Arumi hingga membuat Arumi takut.

 

"Aku harus menjawab dengan jujur tentang keadaanku, aku nggak boleh takut menghadapi calon mertuaku. Suka atau tidak suka aku harus berkata jujur," ucap Arumi meyakinkan dalam hatinya.

Arumi pun menghela nafas panjang, Arumi akan menjawab dengan jujur tentang keadaannya saat ini.

"Punya tante, aku punya rumah. Tante boleh kok datang ke sana kalau mau," ucap Arumi dengan berani.

"Rumah kamu bagus nggak, lebih bagus dari rumah kami atau tidak?"

"Jujur saja tante rumahku tak sebagus rumah tante, aku hanya tinggal di kontrakan bersama nenekku."

"Hah!! di kontrakkan? Jadi kamu nggak punya rumah?"

"Belum tante, tapi nanti kalau aku sudah punya pekerjaan aku akan menabung dan membeli rumah yang besar," terang Arumi dengan pedenya.

"Hah!! Kamu juga belum punya pekerjaan?" Mia geleng kepala.

Mia sedikit syok mendengar pernyataan Arumi. Yang berterus terang tentang keadaannya.

"Hendri, kenapa kamu berpacaran dengan gadis seperti Arumi yang tidak punya apa-apa. Pantas saja kamu merahasiakannya sama Ibu selama ini. Ibu nggak suka ya, Ibu nggak setuju kamu akan menikah dengannya."

 

Arumi sangat jauh dari ekspektasi Mia.

 

"Kamu tau kan keinginan Ibu. Ibu ingin punya mantu dari orang yang lebih kaya dari kita. Harusnya kamu tu menikah dengan orang yang lebih kaya dari kita, kenapa kamu malah mau menikah dengan orang yang lebih rendah dari kita." Mia marah dan nggak terima.

Hendri tak berani menyangkal, memang begitulah keadaan Arumi pacarnya. Baru saja tadi Hendri ingin berunding sama Arumi supaya mengelabui Ibunya demi mendapat restu malah Arumi berkata jujur apa adanya. Hendri tak menyangka Arumi sepede itu berterus terang sama Ibunya yang matrealistis.

"Bu, aku sangat mencintai Arumi dan sudah mantab akan menikahinya. Masalah kaya dan hidup sejahtera nanti kalau kami sudah hidup bersama. Aku akan bekerja keras supaya kami hidup bahagia dan membuat Ibu bahagia," tegas Hendri.

"Nggak, pokoknya Ibu nggak setuju kamu menikah dengan Arumi yang nggak punya apa-apa. Ibu pinginnya punya mantu yang lebih kaya yang bisa bahagiain ibu juga. Kalau kamu ingin menikah menikahlah dengan orang yang melebihi kita. Kalau kamu nggak bisa, Ibu bisa carikan jodoh buat kamu."

Arumi tidak terima dengan ucapan Mia, dia pun mendekat ke Mia duduk berlutut di hadapannya.

"Jangan Bu, jangan carikan jodoh buat Mas Hendri. Aku sangat mencintainya Bu, aku ingin sekali menikah dengannya," pinta Arumi memberanikan diri sembari berlutut dihadapan Mia yang masih duduk di sofa.

"Apa yang bisa kamu banggakan untukku, kamu nggak punya apa-apa berharap jadi mantuku. Berani sekali kamu ya. Dasar orang miskin nggak tau diri. Cari saja laki-laki lain, jangan menikah dengan anakku," ucap Mia menghina.

Arumi tak gentar dengan hinaan Ibunya Hendri. Dia tetap minta direstui begitu juga dengan Hendri mendesak Ibunya untuk merestuinya karena mereka akan tetap menikah walau tanpa direstui.

Ibunya Hendri tidak terima dengan sikap Hendri. Dia pun berbalik mengancam kalau mereka berdua tetap menikah Mia tidak akan segan menganggap mereka sebagai anak dan mantunya.

"Ibu jangan begitu, mereka sudah saling mencintai restuilah Bu," ucap Salsa ikut campur karena merasa iba dengan Arumi dan kakaknya.

"Nggak, Ibu tetap nggak akan merestui mereka."

Mia tetap kekeh tidak merestui hubungan mereka. Mia sangat marah dan meninggalkan ruang tamu. 

Kini tinggal Hendri, Arumi dan Salsa di ruang tamu. Hendri meminta maaf pada Arumi atas sikap kasar Ibunya. Salsa juga minta maaf sama Arumi atas perlakuan ibunya yang kurang baik pada seorang tamu. 

Hendri pun mengantarkan Arumi pulang dengan perasaan kecewa meliputinya. Mereka berdua kecewa karena niat baiknya untuk menikah tidak direstui Ibunya Hendri. Mereka sudah sangat ingin menikah tapi malah tidak mendapat restu dari salah satu pihak. Akankah mereka tetap akan menikah walau tanpa direstui Ibunya Hendri?

Hendri membawa Arumi keluar dari rumahnya dan akan mengantarnya pulang. Mereka berdua  kini sudah keluar dari pintu pagar rumah Hendri. Raut wajah Arumi nampak gelisah memikirkan ucapan Mia Ibunya Hendri.

"Gimana ini Mas Hendri, kita belum mendapat restu dari Ibumu. Apa kita akan tetap menikah?" Tanya Arumi dengan wajah melas.

"Kita akan tetap menikah Arumi, kita kan saling mencintai. Aku akan coba bicara lagi sama Ibuku semoga dia memberi restunya untuk kita." Hendri meyakinkan Arumi kekasihnya yang merasa terbebani dengan ucapan ibunya.

"Amiiin..., semoga Ibu mu merestui hubungan kita ya Mas," ucap Arumi kembali bersemangat sangat berharap Ibunya Hendri merestuinya.

Hendri mengantar Arumi dengan naik taksi. Hanya beberapa menit saja sudah sampek di lokasi dekat rumah Arumi. Yang berada cukup jauh dari jalan raya. Karena rumah Arumi ada di gang yang sulit dijangkau mobil. 

Arumi sudah turun dari taksi diikuti Hendri juga ikut turun. Arumi meminta Hendri untuk ikut mampir ke rumahnya. Hendri harus mengatakan pada neneknya kalau dia bersedia menikahinya.

"Assalamualaikum...," ucap Arumi dan hendri saat masuk rumahnya yang pintunya sudah terbuka. 

Nenek Suryati yang memang saat ini stand by di rumah dengan cepat menjawab salam mereka berdua.

"Waalaikum salam. Eh..., cucu manisku sudah datang." sambut Nenek suryati. 

Tangan Arumi meraih tangan Nenek Suryati dan mencium punggung tangannya. Di susul tangan Hendri juga meraih tangan nenek dan menciumnya juga.

"Ibu juga calon cucu Nenek ikut datang ke sini, pasti bawa kabar gembira. Ayo duduk-duduk" ucap Suryati dengan perasaan senang.

Tak ada kursi di rumah Arumi, hanya ada meja kecil pendek diatas lantai yang dialasi karpet. Itu untuk menyambut tamu yang datang. Arumi dan Hendri duduk di lantai beralaskan karpet.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

mantap Arumi

2024-08-17

0

Bundanya Pandu Pharamadina

Bundanya Pandu Pharamadina

ibunya tidak kah sadar kalau dia juga punya anak perempuan, gmn klo itu terjadi pd anaknya.
🤔🤔🤔🤔

2022-11-02

2

Upik Yupi

Upik Yupi

Mending mundur aja arumi,kan ibunya hendri ngk ngasih restu...

2022-02-25

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Mengajak menikah
2 Bab 2 Meminta restu
3 Bab 3 Tak direstui
4 Bab 4 Tetap akan menikah
5 Bab 5 Menikah siri
6 Bab 6 Berbulan madu
7 Bab 7 Hamil
8 Bab 8 Ke rumah mertua
9 Bab 9 Tinggal di rumah mertua
10 Bab 10 Omelan mertua
11 Bab 11 Nggak pulang-pulang
12 Bab 12 Di hukum
13 Bab 13 Seperti seorang pembantu
14 Bab 14 Berkunjung ke rumah Nenek
15 Bab 15 Pesan Nenek
16 Bab 16 Mencoba tegar
17 Bab 17 Ceo baru
18 Bab 18 Bertemu lagi
19 Bab 19 Syarat yang berat
20 Bab 20 Begitu berat rasanya
21 Bab 21 Bu Direktur
22 Bab 22 Mendapat hukuman
23 Bab 23 Menunggu kedatangan Hendri
24 Bab 24 Pulang larut
25 Tak bisa menjelaskan
26 Bab 26 Janji
27 Bab 27 Kekecewaan Mia
28 Bab 28 Mendapat Gaji
29 Bab 29 Ungkapan cinta
30 Bab 30 Keinginan Melinda
31 Bab 31 Ungkapan
32 Bab 32 Vitting
33 Bab 33 Kecewa
34 Bab 34 Beruntung
35 Bab 35 Melamar
36 Bab 36 Jujur
37 Bab 37 Harus Bersedia
38 Bab 38 Memberi Jawaban
39 Bab 39 Persiapan
40 Bab 40 Mau Melahirkan
41 Bab 41 Selamat
42 Bab 42 Sah Juga
43 Bab 43 Benar-benar
44 Bab 44 Harus bercerai
45 Bab 45 Rasa Sakit
46 Bab 46 pulang
47 Bab 47 Nanti Akan Tahu
48 Bab 48 Mencari
49 Bab 49 Bingung
50 Bab 50 Nasi Sudah Menjadi Bubur
51 Bab 51 Sungguh Geram
52 Bab 52 Menutupi
53 Bab 53 Bertemu
54 Bab 54 Mengurungkan
55 Bab 55 Tidak Boleh Tau
56 Bab 56 Membantu
57 Bab 57 Bertemu Lagi
58 Bab 58 Rezeki
59 Bab 59 Tau juga
60 Bab 60 Pernyataan Gilang
61 Bab 61 Babak Belur
62 Bab 62 Cinta
63 Bab 62 Cinta
64 Bab 63 Tidak Jadi
65 Bab 64 Memberitahu
66 Bab 65 Menyesal
67 Bab 66 Berdebat
68 Bab 67 Pamer
69 Bab 68 Pingsan
70 Bab 69 Diam-diam
71 Bab 70 Kue Cinta Yang Popoler
72 Bab 71 Rumah Impian
73 Bab 72 Solusi
74 Bab 73 Teringat
75 Bab 74 Mimpi Jadi Nyata
76 Bab 75 Jedag, Jedug.
77 Bab 76 Melamar
78 Bab 77 Takut
79 Bab 78 Tercenang
80 Bab 79 Terbongkar
81 Bab 80 Terusir
82 Bab 81 Hukuman
83 Bab 82 Malam Yang Indah
84 Bab 83 Ngidam Aneh
85 Bab 84 Tersadar
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Bab 1 Mengajak menikah
2
Bab 2 Meminta restu
3
Bab 3 Tak direstui
4
Bab 4 Tetap akan menikah
5
Bab 5 Menikah siri
6
Bab 6 Berbulan madu
7
Bab 7 Hamil
8
Bab 8 Ke rumah mertua
9
Bab 9 Tinggal di rumah mertua
10
Bab 10 Omelan mertua
11
Bab 11 Nggak pulang-pulang
12
Bab 12 Di hukum
13
Bab 13 Seperti seorang pembantu
14
Bab 14 Berkunjung ke rumah Nenek
15
Bab 15 Pesan Nenek
16
Bab 16 Mencoba tegar
17
Bab 17 Ceo baru
18
Bab 18 Bertemu lagi
19
Bab 19 Syarat yang berat
20
Bab 20 Begitu berat rasanya
21
Bab 21 Bu Direktur
22
Bab 22 Mendapat hukuman
23
Bab 23 Menunggu kedatangan Hendri
24
Bab 24 Pulang larut
25
Tak bisa menjelaskan
26
Bab 26 Janji
27
Bab 27 Kekecewaan Mia
28
Bab 28 Mendapat Gaji
29
Bab 29 Ungkapan cinta
30
Bab 30 Keinginan Melinda
31
Bab 31 Ungkapan
32
Bab 32 Vitting
33
Bab 33 Kecewa
34
Bab 34 Beruntung
35
Bab 35 Melamar
36
Bab 36 Jujur
37
Bab 37 Harus Bersedia
38
Bab 38 Memberi Jawaban
39
Bab 39 Persiapan
40
Bab 40 Mau Melahirkan
41
Bab 41 Selamat
42
Bab 42 Sah Juga
43
Bab 43 Benar-benar
44
Bab 44 Harus bercerai
45
Bab 45 Rasa Sakit
46
Bab 46 pulang
47
Bab 47 Nanti Akan Tahu
48
Bab 48 Mencari
49
Bab 49 Bingung
50
Bab 50 Nasi Sudah Menjadi Bubur
51
Bab 51 Sungguh Geram
52
Bab 52 Menutupi
53
Bab 53 Bertemu
54
Bab 54 Mengurungkan
55
Bab 55 Tidak Boleh Tau
56
Bab 56 Membantu
57
Bab 57 Bertemu Lagi
58
Bab 58 Rezeki
59
Bab 59 Tau juga
60
Bab 60 Pernyataan Gilang
61
Bab 61 Babak Belur
62
Bab 62 Cinta
63
Bab 62 Cinta
64
Bab 63 Tidak Jadi
65
Bab 64 Memberitahu
66
Bab 65 Menyesal
67
Bab 66 Berdebat
68
Bab 67 Pamer
69
Bab 68 Pingsan
70
Bab 69 Diam-diam
71
Bab 70 Kue Cinta Yang Popoler
72
Bab 71 Rumah Impian
73
Bab 72 Solusi
74
Bab 73 Teringat
75
Bab 74 Mimpi Jadi Nyata
76
Bab 75 Jedag, Jedug.
77
Bab 76 Melamar
78
Bab 77 Takut
79
Bab 78 Tercenang
80
Bab 79 Terbongkar
81
Bab 80 Terusir
82
Bab 81 Hukuman
83
Bab 82 Malam Yang Indah
84
Bab 83 Ngidam Aneh
85
Bab 84 Tersadar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!