Arumi dan Hendri saling bertatapan. Netra Arumi penuh tanya pada Hendri dan penuh rasa kekhawatiran. Hendri tau, pasti Arumi sedang memikirkan tentang ucapan Ibunya yang mengguncang hati Arumi. Hendri pun mengajak Arumi beranjak dari hadapan Ibunya mengajaknya berunding supaya tetap mendapat restu dari Ibunya.
"Mau kemana kamu?" tanya Mia saat Hendri dan Arumi baru saja berdiri dari duduknya.
"Aku mau keluar sebentar Bu," jawab Hendri.
"Tunggu sebentar, duduk dulu. Ibu pingin ngobrol sama pacar kamu biar lebih mengenal. Apa lagi dia berharap jadi mantu Ibu tentunya harus tau latar belakangnya," ucap Mia.
Mereka berdua pun kembali duduk sejajar. Arumi nampak semakin takut menghadapi Ibunya Hendri yang akan mengintimidasinya.
"Bagaimana ini? Aku takut sekali menghadapi Ibunya Mas Hendri?" Batin Arumi.
"Rumah kamu dimana?"
"Ehm.....," Arumi ragu menjawab kedua tangannya saling meremas pertanda sangat gugup dan takut.
"Dimana rumah kamu? Kenapa diam saja apa kamu nggak punya rumah," sentak Mia.
Salsa menyenggol Ibunya yang duduk sejajar dengannya, pertanda tak suka dengan Ibunya yang bersikap kasar dengan pacar kakaknya.
Arumi semakin menciut tertunduk diam, belum bisa menjawab.
"Ibu...," teriak Hendri seolah nggak terima Ibunya membentak Arumi hingga membuat Arumi takut.
"Aku harus menjawab dengan jujur tentang keadaanku, aku nggak boleh takut menghadapi calon mertuaku. Suka atau tidak suka aku harus berkata jujur," ucap Arumi meyakinkan dalam hatinya.
Arumi pun menghela nafas panjang, Arumi akan menjawab dengan jujur tentang keadaannya saat ini.
"Punya tante, aku punya rumah. Tante boleh kok datang ke sana kalau mau," ucap Arumi dengan berani.
"Rumah kamu bagus nggak, lebih bagus dari rumah kami atau tidak?"
"Jujur saja tante rumahku tak sebagus rumah tante, aku hanya tinggal di kontrakan bersama nenekku."
"Hah!! di kontrakkan? Jadi kamu nggak punya rumah?"
"Belum tante, tapi nanti kalau aku sudah punya pekerjaan aku akan menabung dan membeli rumah yang besar," terang Arumi dengan pedenya.
"Hah!! Kamu juga belum punya pekerjaan?" Mia geleng kepala.
Mia sedikit syok mendengar pernyataan Arumi. Yang berterus terang tentang keadaannya.
"Hendri, kenapa kamu berpacaran dengan gadis seperti Arumi yang tidak punya apa-apa. Pantas saja kamu merahasiakannya sama Ibu selama ini. Ibu nggak suka ya, Ibu nggak setuju kamu akan menikah dengannya."
Arumi sangat jauh dari ekspektasi Mia.
"Kamu tau kan keinginan Ibu. Ibu ingin punya mantu dari orang yang lebih kaya dari kita. Harusnya kamu tu menikah dengan orang yang lebih kaya dari kita, kenapa kamu malah mau menikah dengan orang yang lebih rendah dari kita." Mia marah dan nggak terima.
Hendri tak berani menyangkal, memang begitulah keadaan Arumi pacarnya. Baru saja tadi Hendri ingin berunding sama Arumi supaya mengelabui Ibunya demi mendapat restu malah Arumi berkata jujur apa adanya. Hendri tak menyangka Arumi sepede itu berterus terang sama Ibunya yang matrealistis.
"Bu, aku sangat mencintai Arumi dan sudah mantab akan menikahinya. Masalah kaya dan hidup sejahtera nanti kalau kami sudah hidup bersama. Aku akan bekerja keras supaya kami hidup bahagia dan membuat Ibu bahagia," tegas Hendri.
"Nggak, pokoknya Ibu nggak setuju kamu menikah dengan Arumi yang nggak punya apa-apa. Ibu pinginnya punya mantu yang lebih kaya yang bisa bahagiain ibu juga. Kalau kamu ingin menikah menikahlah dengan orang yang melebihi kita. Kalau kamu nggak bisa, Ibu bisa carikan jodoh buat kamu."
Arumi tidak terima dengan ucapan Mia, dia pun mendekat ke Mia duduk berlutut di hadapannya.
"Jangan Bu, jangan carikan jodoh buat Mas Hendri. Aku sangat mencintainya Bu, aku ingin sekali menikah dengannya," pinta Arumi memberanikan diri sembari berlutut dihadapan Mia yang masih duduk di sofa.
"Apa yang bisa kamu banggakan untukku, kamu nggak punya apa-apa berharap jadi mantuku. Berani sekali kamu ya. Dasar orang miskin nggak tau diri. Cari saja laki-laki lain, jangan menikah dengan anakku," ucap Mia menghina.
Arumi tak gentar dengan hinaan Ibunya Hendri. Dia tetap minta direstui begitu juga dengan Hendri mendesak Ibunya untuk merestuinya karena mereka akan tetap menikah walau tanpa direstui.
Ibunya Hendri tidak terima dengan sikap Hendri. Dia pun berbalik mengancam kalau mereka berdua tetap menikah Mia tidak akan segan menganggap mereka sebagai anak dan mantunya.
"Ibu jangan begitu, mereka sudah saling mencintai restuilah Bu," ucap Salsa ikut campur karena merasa iba dengan Arumi dan kakaknya.
"Nggak, Ibu tetap nggak akan merestui mereka."
Mia tetap kekeh tidak merestui hubungan mereka. Mia sangat marah dan meninggalkan ruang tamu.
Kini tinggal Hendri, Arumi dan Salsa di ruang tamu. Hendri meminta maaf pada Arumi atas sikap kasar Ibunya. Salsa juga minta maaf sama Arumi atas perlakuan ibunya yang kurang baik pada seorang tamu.
Hendri pun mengantarkan Arumi pulang dengan perasaan kecewa meliputinya. Mereka berdua kecewa karena niat baiknya untuk menikah tidak direstui Ibunya Hendri. Mereka sudah sangat ingin menikah tapi malah tidak mendapat restu dari salah satu pihak. Akankah mereka tetap akan menikah walau tanpa direstui Ibunya Hendri?
Hendri membawa Arumi keluar dari rumahnya dan akan mengantarnya pulang. Mereka berdua kini sudah keluar dari pintu pagar rumah Hendri. Raut wajah Arumi nampak gelisah memikirkan ucapan Mia Ibunya Hendri.
"Gimana ini Mas Hendri, kita belum mendapat restu dari Ibumu. Apa kita akan tetap menikah?" Tanya Arumi dengan wajah melas.
"Kita akan tetap menikah Arumi, kita kan saling mencintai. Aku akan coba bicara lagi sama Ibuku semoga dia memberi restunya untuk kita." Hendri meyakinkan Arumi kekasihnya yang merasa terbebani dengan ucapan ibunya.
"Amiiin..., semoga Ibu mu merestui hubungan kita ya Mas," ucap Arumi kembali bersemangat sangat berharap Ibunya Hendri merestuinya.
Hendri mengantar Arumi dengan naik taksi. Hanya beberapa menit saja sudah sampek di lokasi dekat rumah Arumi. Yang berada cukup jauh dari jalan raya. Karena rumah Arumi ada di gang yang sulit dijangkau mobil.
Arumi sudah turun dari taksi diikuti Hendri juga ikut turun. Arumi meminta Hendri untuk ikut mampir ke rumahnya. Hendri harus mengatakan pada neneknya kalau dia bersedia menikahinya.
"Assalamualaikum...," ucap Arumi dan hendri saat masuk rumahnya yang pintunya sudah terbuka.
Nenek Suryati yang memang saat ini stand by di rumah dengan cepat menjawab salam mereka berdua.
"Waalaikum salam. Eh..., cucu manisku sudah datang." sambut Nenek suryati.
Tangan Arumi meraih tangan Nenek Suryati dan mencium punggung tangannya. Di susul tangan Hendri juga meraih tangan nenek dan menciumnya juga.
"Ibu juga calon cucu Nenek ikut datang ke sini, pasti bawa kabar gembira. Ayo duduk-duduk" ucap Suryati dengan perasaan senang.
Tak ada kursi di rumah Arumi, hanya ada meja kecil pendek diatas lantai yang dialasi karpet. Itu untuk menyambut tamu yang datang. Arumi dan Hendri duduk di lantai beralaskan karpet.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
mantap Arumi
2024-08-17
0
Bundanya Pandu Pharamadina
ibunya tidak kah sadar kalau dia juga punya anak perempuan, gmn klo itu terjadi pd anaknya.
🤔🤔🤔🤔
2022-11-02
2
Upik Yupi
Mending mundur aja arumi,kan ibunya hendri ngk ngasih restu...
2022-02-25
1