Hendri dan Arumi sudah sampai ditempat tujuannya yaitu rumah Hendri. Nampak mereka berdua turun dari taksi yang di kendarainya yang turun tepat di depan rumah Hendri, yang lokasinya di pinggiran jalan kota. Arumi memandang penuh ke seluruhan rumah Hendri.
Dari depan nampak cukup bagus walau pun bukan dari golongan rumah elite, sudah berpagar dan berada dipinggiran jalan kota sangat mudah dijangkau. Bagi Arumi rumah itu sudah sangat bagus dan mewah.
Tidak seperti tempat tinggal Arumi yang ada di gang sempit tak se lebar rumah Hendri tak berpagar, didalam rumah hanya terdapat dua ruangan. Satu ruang tidur, ada dapur dan kamar mandi jadi satu dalam ruangan itu.
Itu pun bukan rumahnya sendiri melainkan rumah kontrakan yang setiap bulannya harus dibayar yang sudah bertahun-tahun ia tinggali bersama neneknya.
"Jadi rumah kamu di sini!! Wah..., rumah kamu sangat bagus Hendri," ucap Arumi terkagum-kagum dengan tatapan mengitari keseluruhan rumah Hendri.
Arumi baru tau rumah Hendri sekarang ini, dia belum pernah sekali pun diajak ke sini oleh Hendri. Arumi juga belum pernah bertemu ibunya Hendri sama sekali pun di tempat lain.
"Biasa aja lah, yang penting kan bisa buat berteduh dari panas dan hujan," ucap Hendri merendah.
"Aku jadi minder ni, rumahku tak sebanding dengan rumah kamu yang bagus ini," ucap Arumi merasa nggak enak dan nggak se level sama Hendri.
"Nggak usah minder, Aku dan keluargaku orang biasa aja bukan orang kaya. Mobil aja aku nggak punya, tu lihat nggak ada mobil yang parkir di halaman rumahku. Ya karena aku emang nggak punya mobil."
"Sudahlah kamu nggak usah minder gitu, kita sama saja kok. Yang penting kan kita saling cinta. Dengan cinta bisa merubah yang terserak diantara kita," ucap Hendri.
"Kata-katamu bijak sekali Hen, kamu memang kekasihku yang baik hati, mau menerima aku apa adanya. Aku makin terkesan dan cinta sama kamu. Aku sangat bersyukur Tuhan mengirimkan orang seperti kamu. Aku makin sayang sama kamu."
"Ayo kita masuk ke dalam," ajak Hendri.
"Ayo."
Mereka berdua mulai masuk pintu pagar rumah Hendri. Dengan gontai mereka berdua melangkahkan kakinya. Dan kini sudah sampai didepan pintu rumah Hendri yang tertutup.
"Ayo kita masuk," ucap Hendri tangannya sudah memegang gagang pintu siap membuka pintu.
"Tunggu sebentar," ucap Arumi. Tangannya mencegah Hendri membuka pintu.
"Aku deg-degan ni mau ketemu sama ibu kamu. Kira-kira ibumu suka nggak sama aku," terka Arumi yang di benaknya terselip perasaan nggak enak.
"Sudahlah kamu nggak usah takut, dia pasti menyukaimu karena aku sudah memilihmu menjadi kekasihku dan siap menikah denganmu."
"Benarkah?"
"Iya, jangan khawatir."
Hendri meyakinkan Arumi, yang saat ini badannya gemeteran.
Pintu terbuka, mereka berdua pun masuk dengan mengucapkan salam. Kebetulan saat ini ibunya Hendri sedang di rumah duduk santai di ruang tamu bersama anak perempuannya yaitu adiknya Hendri yang bernama Salsa.
Ibunya Hendri bernama Mia seorang janda yang sudah di tinggal suaminya lima tahun yang lalu meninggalkan dunia ini.
"Waalaikum salam," jawab Salsa dan Ibunya Hendri, netranya mengarah ke arah Hendri dan Arumi yang mendekat ke arahnya.
Ibu Hendri menatap tajam ke arah Arumi, seorang gadis yang baru dilihatnya dan saat ini datang ke rumahnya bersama putranya. Arumi takut dengan tatapan Ibunya Hendri, yang baru ia temui saat ini membuat Arumi menciutkan badannya sembari tertunduk.
"Itu Ibunya Hendri? Kenapa mematapku seperti itu? Apa karena dia nggak suka padaku?" Hati Arumi bertanya-tanya.
"Hendri ini siapa?" Tanya Mia Ibunya Hendri.
"Ini Arumi Bu."
Arumi dibawa Hendri mendekat ke Ibunya. Arumi pun memperkenalkan diri sembari bersalaman mencium punggung tangan Mia.
"Siapa dia?" Tanya Mia lagi.
"Pasti pacarnya Kakak kan. Wah dia cantik sekali berhijab lagi. Wah Kakak hebat nyari pacar yang cantik berhijab pula, pasti orangnya baik," sela Salsa memuji Arumi yang begitu nampak cantik dengan dandanan hijabnya.
"Benar dia pacarmu Ndri?" Mia memastikan dengan tatapan penasaran bercampur rasa tak suka yang ia tunjukkan.
"Betul Bu, dia pacarku," jawab Hendri sembari mengajak duduk Arumi sejajar dengannya berhadapan dengan Ibu dan adiknya.
"Kok kamu nggak pernah bilang sama ibu kalau sudah punya pacar."
"Aku sengaja merahasiakannya sama Ibu, takut Ibu melarang."
Hendri tidak pernah menceritakan tentang Arumi pada Ibunya. Hendri takut Ibunya tidak menyukai Arumi karena dari keluarga biasa saja. Ibunya selalu menekan Hendri supaya bisa menikah dengan orang lebih kaya darinya. Supaya hidupnya lebih sejahtera. Itu yang selalu di idam-idamkan Mia yang memang sedikit matrealistis.
"Aku sangat mencintai Arumi Bu dan aku sudah yakin dengan pilihanku. Aku membawanya ke sini untuk minta restu Ibu. Aku ingin segera menikah dengan Arumi." Hendri to the point sama Ibunya.
"Menikah!! Kamu ingin menikah dengannya. Apa dia dari keluarga kaya hingga kamu memutuskan menikah dengannya. Dari penampilannya, dia tidak terlihat seperti orang kaya. Kamu tau kan yang Ibu harapkan selama ini, mempunyai mantu dari keluarga kaya supaya hidupmu sejahtera dan bahagia."
Mia ceplas-ceplos ucapannya, tanpa merasa sungkan pada Arumi yang tak sesuai dengan yang diucapkannya. Arumi pun tercengang mendengar ucapan Mia. Badannya kembali gemetar dan semakin takut untuk menatap Ibunya Hendri.
"Pantas saja tatapan Ibunya Hendri seperti itu padaku. Ternyata dia sudah bisa menilai seseorang dari panampilannya," batin Arumi.
Sedangkan Hendri merasa nggak enak sama Arumi. Hendri tangannya reflek memegang tangan Arumi untuk menenangkannya. Hendri tau apa yang tengah dirasakan Arumi saat ini.
"Kaya atau nggaknya calon istriku itu nggak penting bagiku Bu. Yang penting kami berdua saling mencintai dan kami memutuskan untuk segera menikah. Aku berharap Ibu merestui kami."
"Nggak bisa gitu, kamu itu anak Ibu kamu nggak boleh memutuskan sendiri tanpa restu Ibu," tegas Mia.
"Bu, jangan egois gitu restui saja lah, mereka kan sudah saling mencintai," ucap Salsa.
"Enak saja main restui. Ibu mau tau dulu latar belakang calon istri kamu apakah dia anak orang kaya atau bukan," ucap Mia masih dengan matrenya.
Arumi menghela nafas berat sembari menatap Hendri yang juga nampak keberatan dengan ucapan Ibunya.
"Bagaimana ini? Kalau sampek Ibunya Mas Hendri tau, kalau aku dari keluarga miskin, yang hanya tinggal dengan nenekku. Apa dia akan merestui?" Batin Arumi merasa khawatir.
Arumi sangat mudah mendapatkan hati Hendri yang begitu sangat mencintainya, tapi sepertinya tak mudah mendapatkan hati ibunya. Akankah arumi masih bisa menikah dengan Hendri walau tanpa restu orang tua Hendri.
Tekan tombol likenya dan jadikan favorit....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
susah lah ibu Hendri pandang bulu
2024-08-17
0
Bundanya Pandu Pharamadina
sadis amat ucapan ibunya
😢😢😢😢
2022-11-02
0
Selvi Tyas
💪💪💪💪💪
2022-02-27
1