Bab 2 Meminta restu

Hendri dan Arumi sudah sampai ditempat tujuannya yaitu rumah Hendri. Nampak mereka berdua turun dari taksi yang di kendarainya yang turun tepat di depan rumah Hendri, yang lokasinya di pinggiran jalan kota. Arumi memandang penuh ke seluruhan rumah Hendri.

 

Dari depan nampak cukup bagus walau pun bukan dari golongan rumah elite, sudah berpagar dan berada dipinggiran jalan kota sangat mudah dijangkau. Bagi Arumi rumah itu sudah sangat bagus dan mewah.

Tidak seperti tempat tinggal Arumi yang ada di gang sempit tak se lebar rumah Hendri tak berpagar, didalam rumah hanya terdapat dua ruangan. Satu ruang tidur, ada dapur dan kamar mandi jadi satu dalam ruangan itu.

 Itu pun bukan rumahnya sendiri melainkan rumah kontrakan yang setiap bulannya harus dibayar yang sudah bertahun-tahun ia tinggali bersama neneknya.

"Jadi rumah kamu di sini!! Wah..., rumah kamu sangat bagus Hendri," ucap Arumi terkagum-kagum dengan tatapan mengitari keseluruhan rumah Hendri.

Arumi baru tau rumah Hendri sekarang ini, dia belum pernah sekali pun diajak ke sini oleh Hendri. Arumi juga belum pernah bertemu ibunya Hendri sama sekali pun di tempat lain.

"Biasa aja lah, yang penting kan bisa buat berteduh dari panas dan hujan," ucap Hendri merendah.

"Aku jadi minder ni, rumahku tak sebanding dengan rumah kamu yang bagus ini," ucap Arumi merasa nggak enak dan nggak se level sama Hendri.

"Nggak usah minder, Aku dan keluargaku orang biasa aja bukan orang kaya. Mobil aja aku nggak punya, tu lihat nggak ada mobil yang parkir di halaman rumahku. Ya karena aku emang nggak punya mobil."

 "Sudahlah kamu nggak usah minder gitu, kita sama saja kok. Yang penting kan kita saling cinta. Dengan cinta bisa merubah yang terserak diantara kita," ucap Hendri.

"Kata-katamu bijak sekali Hen, kamu memang kekasihku yang baik hati, mau menerima aku apa adanya. Aku makin terkesan dan cinta sama kamu. Aku sangat bersyukur Tuhan mengirimkan orang seperti kamu. Aku makin sayang sama kamu."

"Ayo kita masuk ke dalam," ajak Hendri.

"Ayo."

Mereka berdua mulai masuk pintu pagar rumah Hendri. Dengan gontai mereka berdua melangkahkan kakinya. Dan kini sudah sampai didepan pintu rumah Hendri yang tertutup.

"Ayo kita masuk," ucap Hendri tangannya sudah memegang gagang pintu siap membuka pintu.

"Tunggu sebentar," ucap Arumi. Tangannya mencegah Hendri membuka pintu.

"Aku deg-degan ni mau ketemu sama ibu kamu. Kira-kira ibumu suka nggak sama aku," terka Arumi yang di benaknya terselip perasaan nggak enak.

"Sudahlah kamu nggak usah takut, dia pasti menyukaimu karena aku sudah memilihmu menjadi kekasihku dan siap menikah denganmu."

 "Benarkah?"

 "Iya, jangan khawatir."

Hendri meyakinkan Arumi, yang saat ini badannya gemeteran.

Pintu terbuka, mereka berdua pun masuk dengan mengucapkan salam. Kebetulan saat ini ibunya Hendri sedang di rumah duduk santai di ruang tamu bersama anak perempuannya yaitu adiknya Hendri yang bernama Salsa.

 

Ibunya Hendri bernama Mia seorang janda yang sudah di tinggal suaminya lima tahun yang lalu meninggalkan dunia ini.

"Waalaikum salam," jawab Salsa dan Ibunya Hendri, netranya mengarah ke arah Hendri dan Arumi  yang mendekat ke arahnya.

Ibu Hendri menatap tajam ke arah Arumi, seorang gadis yang baru dilihatnya dan saat ini datang ke rumahnya bersama putranya. Arumi takut dengan tatapan Ibunya Hendri, yang baru ia temui saat ini membuat Arumi menciutkan badannya sembari tertunduk.

 "Itu Ibunya Hendri? Kenapa mematapku seperti itu? Apa karena dia nggak suka padaku?" Hati Arumi bertanya-tanya.

 

"Hendri ini siapa?" Tanya Mia Ibunya Hendri.

"Ini Arumi Bu."

Arumi dibawa Hendri mendekat ke Ibunya. Arumi pun memperkenalkan diri sembari bersalaman mencium punggung tangan Mia.

"Siapa dia?" Tanya Mia lagi.

"Pasti pacarnya Kakak kan. Wah dia cantik sekali berhijab lagi. Wah Kakak hebat nyari pacar yang cantik berhijab pula, pasti orangnya baik," sela Salsa memuji Arumi yang begitu nampak cantik dengan dandanan hijabnya.

"Benar dia pacarmu Ndri?" Mia memastikan dengan tatapan penasaran bercampur rasa tak suka yang  ia tunjukkan.

"Betul Bu, dia pacarku," jawab Hendri sembari mengajak duduk Arumi sejajar dengannya berhadapan dengan Ibu dan adiknya.

"Kok kamu nggak pernah bilang sama ibu kalau sudah punya pacar."

"Aku sengaja merahasiakannya sama Ibu, takut Ibu melarang."

Hendri tidak pernah menceritakan tentang Arumi pada Ibunya. Hendri takut Ibunya tidak menyukai Arumi karena dari keluarga biasa saja. Ibunya selalu menekan Hendri supaya bisa menikah dengan orang lebih kaya darinya. Supaya hidupnya lebih sejahtera. Itu yang selalu di idam-idamkan Mia yang memang sedikit matrealistis.

"Aku sangat mencintai Arumi Bu dan aku sudah yakin dengan pilihanku. Aku membawanya ke sini untuk minta restu Ibu. Aku ingin segera menikah dengan Arumi." Hendri to the point sama Ibunya.

"Menikah!! Kamu ingin menikah dengannya. Apa dia dari keluarga kaya hingga kamu memutuskan menikah dengannya. Dari penampilannya, dia tidak terlihat seperti orang kaya. Kamu tau kan yang Ibu harapkan selama ini, mempunyai mantu dari keluarga kaya supaya hidupmu sejahtera dan bahagia."

 Mia ceplas-ceplos ucapannya, tanpa merasa sungkan pada Arumi yang tak sesuai dengan yang diucapkannya. Arumi pun tercengang mendengar ucapan Mia.  Badannya kembali gemetar dan semakin takut untuk menatap Ibunya Hendri.

 "Pantas saja tatapan Ibunya Hendri seperti itu padaku. Ternyata dia sudah bisa menilai seseorang  dari panampilannya," batin Arumi.

 

Sedangkan Hendri merasa nggak enak sama Arumi. Hendri tangannya reflek memegang tangan Arumi untuk menenangkannya. Hendri tau apa yang tengah dirasakan Arumi saat ini.

"Kaya atau nggaknya calon istriku itu nggak penting bagiku Bu. Yang penting kami berdua saling mencintai dan kami memutuskan untuk segera menikah. Aku berharap Ibu merestui kami."

 "Nggak bisa gitu, kamu itu anak Ibu kamu nggak boleh memutuskan sendiri tanpa restu Ibu," tegas Mia.

"Bu, jangan egois gitu restui saja lah, mereka kan sudah saling mencintai," ucap Salsa.

"Enak saja main restui. Ibu mau tau dulu latar belakang calon istri kamu apakah dia anak orang kaya atau bukan," ucap Mia masih dengan matrenya.

Arumi menghela nafas berat sembari menatap Hendri yang juga nampak keberatan dengan ucapan Ibunya.

 

"Bagaimana ini? Kalau sampek Ibunya Mas Hendri tau, kalau aku dari keluarga miskin, yang hanya tinggal dengan nenekku. Apa dia akan merestui?" Batin Arumi merasa khawatir.

 

Arumi sangat mudah mendapatkan hati Hendri yang begitu sangat mencintainya, tapi sepertinya tak mudah mendapatkan hati ibunya. Akankah arumi masih bisa menikah dengan Hendri walau tanpa restu orang tua Hendri.

Tekan tombol likenya dan jadikan favorit....

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

susah lah ibu Hendri pandang bulu

2024-08-17

0

Bundanya Pandu Pharamadina

Bundanya Pandu Pharamadina

sadis amat ucapan ibunya
😢😢😢😢

2022-11-02

0

Selvi Tyas

Selvi Tyas

💪💪💪💪💪

2022-02-27

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Mengajak menikah
2 Bab 2 Meminta restu
3 Bab 3 Tak direstui
4 Bab 4 Tetap akan menikah
5 Bab 5 Menikah siri
6 Bab 6 Berbulan madu
7 Bab 7 Hamil
8 Bab 8 Ke rumah mertua
9 Bab 9 Tinggal di rumah mertua
10 Bab 10 Omelan mertua
11 Bab 11 Nggak pulang-pulang
12 Bab 12 Di hukum
13 Bab 13 Seperti seorang pembantu
14 Bab 14 Berkunjung ke rumah Nenek
15 Bab 15 Pesan Nenek
16 Bab 16 Mencoba tegar
17 Bab 17 Ceo baru
18 Bab 18 Bertemu lagi
19 Bab 19 Syarat yang berat
20 Bab 20 Begitu berat rasanya
21 Bab 21 Bu Direktur
22 Bab 22 Mendapat hukuman
23 Bab 23 Menunggu kedatangan Hendri
24 Bab 24 Pulang larut
25 Tak bisa menjelaskan
26 Bab 26 Janji
27 Bab 27 Kekecewaan Mia
28 Bab 28 Mendapat Gaji
29 Bab 29 Ungkapan cinta
30 Bab 30 Keinginan Melinda
31 Bab 31 Ungkapan
32 Bab 32 Vitting
33 Bab 33 Kecewa
34 Bab 34 Beruntung
35 Bab 35 Melamar
36 Bab 36 Jujur
37 Bab 37 Harus Bersedia
38 Bab 38 Memberi Jawaban
39 Bab 39 Persiapan
40 Bab 40 Mau Melahirkan
41 Bab 41 Selamat
42 Bab 42 Sah Juga
43 Bab 43 Benar-benar
44 Bab 44 Harus bercerai
45 Bab 45 Rasa Sakit
46 Bab 46 pulang
47 Bab 47 Nanti Akan Tahu
48 Bab 48 Mencari
49 Bab 49 Bingung
50 Bab 50 Nasi Sudah Menjadi Bubur
51 Bab 51 Sungguh Geram
52 Bab 52 Menutupi
53 Bab 53 Bertemu
54 Bab 54 Mengurungkan
55 Bab 55 Tidak Boleh Tau
56 Bab 56 Membantu
57 Bab 57 Bertemu Lagi
58 Bab 58 Rezeki
59 Bab 59 Tau juga
60 Bab 60 Pernyataan Gilang
61 Bab 61 Babak Belur
62 Bab 62 Cinta
63 Bab 62 Cinta
64 Bab 63 Tidak Jadi
65 Bab 64 Memberitahu
66 Bab 65 Menyesal
67 Bab 66 Berdebat
68 Bab 67 Pamer
69 Bab 68 Pingsan
70 Bab 69 Diam-diam
71 Bab 70 Kue Cinta Yang Popoler
72 Bab 71 Rumah Impian
73 Bab 72 Solusi
74 Bab 73 Teringat
75 Bab 74 Mimpi Jadi Nyata
76 Bab 75 Jedag, Jedug.
77 Bab 76 Melamar
78 Bab 77 Takut
79 Bab 78 Tercenang
80 Bab 79 Terbongkar
81 Bab 80 Terusir
82 Bab 81 Hukuman
83 Bab 82 Malam Yang Indah
84 Bab 83 Ngidam Aneh
85 Bab 84 Tersadar
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Bab 1 Mengajak menikah
2
Bab 2 Meminta restu
3
Bab 3 Tak direstui
4
Bab 4 Tetap akan menikah
5
Bab 5 Menikah siri
6
Bab 6 Berbulan madu
7
Bab 7 Hamil
8
Bab 8 Ke rumah mertua
9
Bab 9 Tinggal di rumah mertua
10
Bab 10 Omelan mertua
11
Bab 11 Nggak pulang-pulang
12
Bab 12 Di hukum
13
Bab 13 Seperti seorang pembantu
14
Bab 14 Berkunjung ke rumah Nenek
15
Bab 15 Pesan Nenek
16
Bab 16 Mencoba tegar
17
Bab 17 Ceo baru
18
Bab 18 Bertemu lagi
19
Bab 19 Syarat yang berat
20
Bab 20 Begitu berat rasanya
21
Bab 21 Bu Direktur
22
Bab 22 Mendapat hukuman
23
Bab 23 Menunggu kedatangan Hendri
24
Bab 24 Pulang larut
25
Tak bisa menjelaskan
26
Bab 26 Janji
27
Bab 27 Kekecewaan Mia
28
Bab 28 Mendapat Gaji
29
Bab 29 Ungkapan cinta
30
Bab 30 Keinginan Melinda
31
Bab 31 Ungkapan
32
Bab 32 Vitting
33
Bab 33 Kecewa
34
Bab 34 Beruntung
35
Bab 35 Melamar
36
Bab 36 Jujur
37
Bab 37 Harus Bersedia
38
Bab 38 Memberi Jawaban
39
Bab 39 Persiapan
40
Bab 40 Mau Melahirkan
41
Bab 41 Selamat
42
Bab 42 Sah Juga
43
Bab 43 Benar-benar
44
Bab 44 Harus bercerai
45
Bab 45 Rasa Sakit
46
Bab 46 pulang
47
Bab 47 Nanti Akan Tahu
48
Bab 48 Mencari
49
Bab 49 Bingung
50
Bab 50 Nasi Sudah Menjadi Bubur
51
Bab 51 Sungguh Geram
52
Bab 52 Menutupi
53
Bab 53 Bertemu
54
Bab 54 Mengurungkan
55
Bab 55 Tidak Boleh Tau
56
Bab 56 Membantu
57
Bab 57 Bertemu Lagi
58
Bab 58 Rezeki
59
Bab 59 Tau juga
60
Bab 60 Pernyataan Gilang
61
Bab 61 Babak Belur
62
Bab 62 Cinta
63
Bab 62 Cinta
64
Bab 63 Tidak Jadi
65
Bab 64 Memberitahu
66
Bab 65 Menyesal
67
Bab 66 Berdebat
68
Bab 67 Pamer
69
Bab 68 Pingsan
70
Bab 69 Diam-diam
71
Bab 70 Kue Cinta Yang Popoler
72
Bab 71 Rumah Impian
73
Bab 72 Solusi
74
Bab 73 Teringat
75
Bab 74 Mimpi Jadi Nyata
76
Bab 75 Jedag, Jedug.
77
Bab 76 Melamar
78
Bab 77 Takut
79
Bab 78 Tercenang
80
Bab 79 Terbongkar
81
Bab 80 Terusir
82
Bab 81 Hukuman
83
Bab 82 Malam Yang Indah
84
Bab 83 Ngidam Aneh
85
Bab 84 Tersadar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!