Cinta Kita Sama, Iman Kita Yang Berbeda

Cinta Kita Sama, Iman Kita Yang Berbeda

Mengenalmu bukan lah sebuah kesalahan

"Jadi berapa mba semuanya?" ,tanyaku pada kasir disebuah apotek.

"Seratus dua puluh lima ribu mvak.!" ucapnya. Lalu kuserahkan dua lembar uang berwarna pink padanya. Tak lupa kuucapkan terimakasih padanya.

Kuambil obat titipan bapak untuk kumasukkan kedalam tasku. Tapi , tiba-tiba seseoran menabrak ku. Obat yang memakai kemasan botol beling pun terjatuh dan pecah.

Prannnkkkm....

"Astagfirullahaladzim....", kataku kaget.

"Maaf mba saya nggak sengaja!", katanya sambil mencoba mengambil nya. Lalu diserahkan padaku.

"Saya ganti rugi ya mba obatnya yang pecah . Sebentar!", katanya berlalu menuju kasir.

Lalu kembali menghampiriku.

"Maaf mba, ternyata obat yang seperti mba beli tadi sudah habis. Tadi yang terakhir ya mba?", tanya nya padaku.

Aku menoleh menatap nya lekat.

Sebenernya harga obat itu memang tak seberapa, tapi sudah beberapa apotik ku datangi hanya disini obat ini tersedia.

Ya Allah...aku harus mencari kemana lagi.

"Emm...mba maaf, saya ganti uang saja ya mba. Sekali lagi saya minta maaf!"kata pria itu sambil memohon padaku.

"Ya sudah lah mas, sudah terjadi mau bagiamana lagi. Cukup ganti saja sesuai harga obatnya. 125ribu. Biar saya coba mencari ke apotik lain." kataku.

Pria itu membuka dompetnya lalu menyerahkan 5 lembar uang seratus an.

"Ambil ya mba. Sebagi permohonan maaf saya!" katanya.

Aku ambil selembar uang itu.

"Tidak terima kasih. Ini saja cukup.Permisi" kataku.

Aku meninggalkan apotik ini. Mencari-cari di ponselku, barangkali ada apotik lagi dekat sini yang menyediakan obat yang sama. Setidaknya dengan komposisi yang sama meski dengan merk yang berbeda.

Aku hampir putus asa. Sudah sejak pulang kerja tadi aku mencari-cari obat buat bapak. Karena stok obat bapak memang habis.

Ibu sudah meneleponku sejak tadi sore. Hari sudah mulai gelap. Untung saja aku sedang libur solat, jadi aku masih banyak kesempatan sekali mencari di apotek atau toko obat lain.

Aku berjalan menjauh dari apotik tadi. Capek? Tentu saja, pekerjaan kantor hari ini sungguh menyita tenaga dan pikiran ku. Sedangkan bapak dirumah sudah menunggu kepulangan ku.

"Mba....", ucap seseorang sambil menepuk pundakku.

Otomatis ku tarik tangan nya lalu kupelintir tangannya. Ga tau dia, kalau aku bisa bela diri.

"Aw...aw....ampun mba!",kata pria itu. Aku menatap wajah orang yang menepuk pundak ku.

"Mmmaaff....saya pikir....", kataku terhenti.

"Saya yang harusnya minta maaf. Sudah mengagetkan mba!"

Aku mengangguk pelan.

"Oh iya mba, obat yang mba cari ada di apotek Waras. Lumayan jauh dari sini. Sebagai permohonan maaf, biar saya antar kesana." dia menawarkan diri.

"Ngga usah, saya bisa kesana sendiri kok. Dimana alamatnya? Tunjukkan saja."

Lalu ia menunjukkan alamat itu dari ponselnya. Lumayan jauh dari sini rupanya. Mungkin naik ojol adalah pilihan yang tepat. Tapi....dijam sibuk begini, susah sekali mencari ojol yang masih standby. Ku otak- Atik ponselku. Dua aplikasi ojol pun tak ada satu pun yang menerima orderan ku.

"Mba, saya antar saja ya. Tolong jangan menolak nya. Anggap sebagai permohonan maaf saya."

"Ga usah mas. Terimakasih. Mas kan sudah mengganti dengan uang tadi."

"Tapi kan masih kurang mba. Masih utang 25rb. Gimana kalo sisanya tadi anggap aja mba ngojek ke saya?"

Aku mengernyitkan dahi. Orang ini kekeh amat sih.

"Baiklah. Sepeda motor mas dimana?"

Pria itu tersenyum.

"Maaf mba, saya bawa mobil....kantor. Sepeda motor saya lagi diservis. Ga papa kan mba?"

Aku berpikir sejenak, ya udah lah ya. Anggap saja ini pertolongan Allah melalu perantara mas itu.

"Oh iya, dari tadi ngobrol tapi belum kenalan. Nama saya Devara mba!" ,katanya.

"Saya Aluna."

Dia mengangguk-anggukan kepalanya.

"Ya sudah, bisa kita berangkat sekarang? Takut keburu macet."

"Iya."

Devara berjalan mendahului ku menuju mobilnya. Parkir nya tak terlalu jauh dari apotik tadi.

Dia membukakan pintu depan untuk ku.

Aku pun duduk disampingnya yang siap dibelakang kemudi. Mobil pun melaju perlahan membelah jalan yang kini mulai dipadati pengguna kendaraan lain.

"Mba...Aluna bekerja dimana?"

"Dikantor S***. Panggil saja saya Luna."

"Owh....!"

"Kalo mas sendiri?" tanyaku balik.

"Kalo saya ...emm...sales marketing di showroom Deket apotik tadi."

Aku mengangguk pelan.

"Mba....emm... maksudnya Aluna, bisa kita tukar nomor ponsel. Mungkin setelah ini kita bertemu lagi?"

Aku tersenyum. Tak apa lah , setidaknya menambah pertemanan lagi.

Ku sebut nomor ponselku. Tak berapa lama ponsel ku pun berdering.

"Di save ya Lun."

Sok akrab banget mas ini. Jujur, wajahnya bikin betah dipandang. Cukup tampan. kutaksir usianya beberapa tahun lebih tua dariku.

Astagfirullahaladzim....mata....tolong dijaga dong, ga bisa banget liat yang bening begini.

Ku tepuk pipiku dengan kedua tangan ku.

"Kenapa lun?" tnya Devara .

"Nggak....!", kataku tergagap.

Untuk menghindari kegrogianku, kupalingkan wajahku melihat keluar jendela.

Dari ekor mataku, kulihat devara pun sedang memperhatikan ku.

'Perempuan yang manis.' batin Devara.

"Emm...mas, ngomong-ngomong tadi ke apotik mau beli apa. Kenapa malah jadi ngurusin aku?"

"Oh...itu tadi...ngasih resep obat Eyang saya. Tapi biasanya, besok baru diambil. Karena obat itu memang indent. "

Aku hanya ber'oh' saja. Tak terasa mobil pun sampai di apotek Waras . Aku turu. terlebih dahulu.

Benar kata devara, obat itu tersedia disini. Stelah membayar nya, aku menghampiri Devara lagi .

"Obatnya ada mas. Terimakasih sudah memberitahu saya dan mengantar kan saya pula." Aku tersenyum tulus karena merasa sangat terbantu.

"Tidak usah sungkan. Mulai sekarang kita berteman kan?"

Aku menanggapi nya dengan senyuman.

"Ya sudah kalau begitu saya permisi dulu mas. Sekali lagi terimakasih sudah membantu saya."

Aku menjabat tangannya. Tapi dia menarik tanganku.

"Biar saya antar sekalian ya Lun?!"

"Nggak usah mas. Saya bisa sendiri kok...."

"Plis....saya antar ya?" katanya memohon.

Akhirnya ku mengiyakan saja. Disepanjang perjalanan, kami mengobrol banyak. Meskipun ini pertama kali kami bertemu, tapi entah kenapa kami nyambung. Kami satu frekuensi ternyata.

Mobil pun memasuki halaman rumahku.

"Saya nggak ikut turun ya Lun, cukup memastikan kamu sudah sampai kerumah dengan selamat."

"Iya. Makasih buat semuanya ya mas."

"Iya sama-sama. Nanti saya hubungi kamu lagi. Barangkali ,lain waktu kita bisa bertemu."

Aku mengangguk pelan. Mobil pun melaju kembali. Dan aku pun masuk kedalam rumah.

"Assalamualaikum ....",salamku.

"walaikumsalam , baru pulang nak."kata ibuku.

"Iya Bu, obat bapak baru Luna dapet diapotik waras Bu. Lumayan jauh kesananya. "

Ibu manggut-manggut tanda mengerti.

"Ya sudah mandi dulu sana, ibu siapin obat buat bapak dulu."

Aku pun berlalu dari ruang tamu menuju kamarku. Segera ku sambar handuk dibelakang pintu lalu beranjak ke kamar mandi.

Guyuran air dingin menyegarkan tubuhku yang penat ini.

***

Makan malam bersama kedua orang tuaku pun usai. Aku beranjak menuju kamarku . Merebahkan diri sesaat sebelum datang masa kantukku.

Kuraih benda pipih di atas nakas. Tampak ada notifikasi pesan hijau.

Kusunggingkan senyum. Chat dari Devara.

[Hai, Lun]

Pesan itu dikirm sekitar satu jam yang lalu saat aku makan malam.

[Y mas, ada apa ]

Begitu ku kirim, centang biru seketika. Lagi onlen rupanya.

[Gpp. Blm tdr kan?Ganggu g?]

[Belom. Abis mkn terus ngobrol sama ibu bapak]

[Ohhh...besok pagi blh q jmpt k rmh?]

Hah? Mas deva mau jemput? Yang bener aja. Halooo diriku yang pernah patah hati, jangan keGRan dulu. Kamu baru kenal tadi sore. Masa mau main hayo wae. Mahalan dikit Napa!

Luna...Luna...kenapa sih ga coba move on aja? Semua sudah masa lalu. Ga ada istilah kapok kalo urusan sama hati.

Hatiku berperang sendiri. Aduh...gimana ya?

[Lun, tidur ???]

[G kq mas.]

[Maaf kalo q g sopan. Y udh klo aq g boleh jmpt km gpp. ]

[Maaf mas, jgn slh phm. Aq cuma g mau ngrepotin km aj]

[Kan aq yg mau jmpt kamu, dimana ngrepotin ny?]

[Ok deh]

[Sip. Jam brp q jmpt?]

[7.30 mas]

[oke. y udh met istrht. smpe ktmu bsk]

Kubalas dengan emoticon jempol dan senyum.

Mas deva...

Ya Allah, apa ini yang disebut jatuh cinta pandangan pertama?

Aku sendiri sudah lupa bagaimana rasanya jatuh cinta. Cintaku pupus sejak...'dia' memutuskan untuk menikah dengan mba Hanum. Kakakku sendiri.

Akhirnya kantukku mendera, mataku tak lagi dapat kutahan sampai akhirnya ku tertidur pulas.

Terpopuler

Comments

andi hastutty

andi hastutty

waduh

2024-01-28

0

Gabriella Rhina

Gabriella Rhina

pernah disituasi ini juga beda keyakinan

2022-01-31

0

lihat semua
Episodes
1 Mengenalmu bukan lah sebuah kesalahan
2 Tak kenal maka kenalan
3 Komitmen
4 Terlambat kah?
5 Saat aku tahu kenyataan nya
6 Perjuangan baru dimulai
7 Saat hati mulai memilih
8 Bertemu calon bapak mertua....
9 Kedatangan mas Deva
10 Luka yang bertubi-tubi
11 Menghapus jejak
12 Menghapus jejak
13 Mengambil keputusan tersulit
14 Menyusun rencana untuk masa depan Nyewa rumah
15 Yakin dengan keputusanku
16 Menikah lah saat sudah siap
17 Status baru jiwa baru
18 Tak ada gunanya menyesal
19 Kuatkan iman Islam ku ya Rabb
20 Membuka hati
21 Malang tak dapat ditolak
22 Saat DIA sudah berkehendak
23 Habluminallah Habluminanas
24 Pemakaman mereka, tanpa aku
25 Dia, menawarkan diri untuk jadi saudaraku
26 Aku tak sendiri
27 Kejutan pahit
28 Surat cinta dari mas ilham
29 Negosiasi dari Maryam
30 Lembaran baru
31 D'cozy kafe
32 Hari pertama bekerja penuh drama
33 Perkelahian Deva vs Martin di D'cozy
34 Mimpi
35 Menentukan pilihan
36 Sebuah tamparan untuk deva
37 Curhat
38 Mutasi Martin ke Semarang
39 Aku harus kuat
40 Di Prank
41 Bisakah jadi janda terhormat Aluna????
42 Kebahagian Maryam
43 Kemarahan Martin
44 Bertemu mami
45 Jadian
46 Ikrar Talak Deva
47 Kecelakaan Deva
48 Salah sangka
49 Menerima pinangan Martin
50 Perpisahan
51 Sore pertama
52 Romantisme pengantin baru
53 Suamiku ngidam
54 Kabar deva
55 cemburu lagi
56 Kepergian Deva
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Mengenalmu bukan lah sebuah kesalahan
2
Tak kenal maka kenalan
3
Komitmen
4
Terlambat kah?
5
Saat aku tahu kenyataan nya
6
Perjuangan baru dimulai
7
Saat hati mulai memilih
8
Bertemu calon bapak mertua....
9
Kedatangan mas Deva
10
Luka yang bertubi-tubi
11
Menghapus jejak
12
Menghapus jejak
13
Mengambil keputusan tersulit
14
Menyusun rencana untuk masa depan Nyewa rumah
15
Yakin dengan keputusanku
16
Menikah lah saat sudah siap
17
Status baru jiwa baru
18
Tak ada gunanya menyesal
19
Kuatkan iman Islam ku ya Rabb
20
Membuka hati
21
Malang tak dapat ditolak
22
Saat DIA sudah berkehendak
23
Habluminallah Habluminanas
24
Pemakaman mereka, tanpa aku
25
Dia, menawarkan diri untuk jadi saudaraku
26
Aku tak sendiri
27
Kejutan pahit
28
Surat cinta dari mas ilham
29
Negosiasi dari Maryam
30
Lembaran baru
31
D'cozy kafe
32
Hari pertama bekerja penuh drama
33
Perkelahian Deva vs Martin di D'cozy
34
Mimpi
35
Menentukan pilihan
36
Sebuah tamparan untuk deva
37
Curhat
38
Mutasi Martin ke Semarang
39
Aku harus kuat
40
Di Prank
41
Bisakah jadi janda terhormat Aluna????
42
Kebahagian Maryam
43
Kemarahan Martin
44
Bertemu mami
45
Jadian
46
Ikrar Talak Deva
47
Kecelakaan Deva
48
Salah sangka
49
Menerima pinangan Martin
50
Perpisahan
51
Sore pertama
52
Romantisme pengantin baru
53
Suamiku ngidam
54
Kabar deva
55
cemburu lagi
56
Kepergian Deva

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!