chapter 5 - H-7

H - 7 pernikahan Aleta dan Tama di sibukkan dengan pre wedding dadakan. padahal sedari awal Aleta sudah tidak mau untuk pre wedding tetapi tiba tiba saja mamah dan bunda memaksa mereka untuk melakukan pre wedding. kata nya sih supaya ada foto yang bisa di pajang untuk di pernikahan nya nanti.

hah... itu sangat merepotkan bagi Aleta jika tidak ada foto pun tak apa seharusnya. tapi, mamah dan bunda kenapa jadi rempong seperti ini. sangat menyebalkan

dan saat ini mereka sedang berada di tengah padang rumput untuk melakukan foto pre wedding. itu juga termasuk ide dari mamah dan bunda. ya, semua nya memang mamah dan bunda yang mengatur mereka hanya menurut saja. bahkan sekarang mamah dan bunda pun ada disana untuk melihat mereka melakukan pemotretan.

"mereka kelihatan serasi ya Bun" mamah tersenyum melihat mereka yang berpose romantis

"iya mah, cocok banget" bunda menanggapi

ada raut kebahagiaan di wajah kedua orang tua itu, melihat anak anak mereka yang sebentar lagi akan menikah. terutama bunda yang sangat kentara sekali raut kebahagiaan di wajah nya, bunda sudah lama menyuruh Tama untuk menikah karena umur nya yang sudah tidak muda lagi. makanya sewaktu Tama meminta izin untuk menikah bunda sangat senang dan langsung menyetujui. bunda bukan tipe orang tua yang mengatur akan seperti apa pasangan untuk Tama nanti, karena bunda percaya akan pilihan Tama.

...\=\=\=\=\=\=\=\=\=...

"om geseran dikit dong jangan terlalu Deket" dengan tetap tersenyum Aleta berkata kepada Tama agar tidak terlalu mendekati nya

"Bukan saya yang terlalu dekat tapi ini perintah fotografer" ya memang bukan Tama yang mau, ia hanya menjalani perintah sang fotografer

"Lebih kepala nya deketin ke dada mas nya ya mbak" sang fotografer menyuruh Aleta untuk mendekatkan sedikit kepala nya ke dada Tama

"Tuh kan bukan saya yang terlalu dekat tapi kamu yang dekat dekat saya" kini Tama membalikkan perkataan Aleta tadi. Aleta menggulirkan matanya jengah

"Ini tuh disuruh si mas nya ya om bukan gue yang mau dekat dekat" protes Aleta

Tama tersenyum mendengar nya ada sedikit rasa bahagia mengusilkan Aleta seperti itu.

"Okee sudah selesai" akhirnya sang fotografer memberi perintah bahwa pemotretan nya selesai. dan Aleta bernafas lega mendengar nya akhirnya waktu yang dia tunggu tunggu selesai juga. dengan segera ia menghampiri mamah dan bunda

"Duh anak mamah, capek ya sayang" mamah memberikan minum kepada Aleta

"Capek banget, aku mau ganti baju mah" mamah memberikan paper bag yang berisi baju ganti Aleta dan Aleta bergegas untuk berganti pakaian begitupun dengan Tama

"Abis ini kita makan siang dulu ya mah" usul bunda

"Iyaa bun, saya juga sudah lapar"

Tak lama Tama selesai berganti baju begitu juga dengan Aleta.

"Ayok mah kita pulang" Aleta mengajak mamah untuk pulang

"Kita makan siang bareng dulu sayang sebelum pulang"

"Gak usah deh mah nanti kita makan dirumah aja" Aleta menolak ajakan makan siang

"Hey,, sayang, Aleta, kamu nolak ajakan bunda nih" bunda sedih karena ajakan makan siang nya di tolak oleh Aleta. Mengetahui bunda yang mengajak Aleta menjadi tak enak hati apalagi melihat bunda terlihat sedih dan dengan berat hati pun dia menerima ajakan bunda untuk makan siang

"Bunda maaf Aleta kira mamah yang ajak, bunda jangan sedih ya Aleta mau deh makan siang bareng bunda" dengan nada lembut Aleta berkata kepada bunda terdengar jelas dari nada bicara nya yang merasa tak enak

Tama memperhatikan Aleta dan bunda, bibir nya menyunggingkan sedikit senyuman ada rasa hangat melihat interaksi bunda dan Aleta, apalagi Aleta yang terlihat sangat lucu di mata nya saat berbicara dengan begitu lembut dengan bunda. Fikir nya ia memang tak salah memilih calon istri karena melihat Aleta yang memperlakukan bunda dengan begitu baik

"Beneran sayang kamu mau makan siang bareng bunda?" tersenyum senang bunda bertanya memastikan

"Iyaa bunda" mendengar Aleta berkata begitu bunda langsung mengajak mereka untuk mencari restoran terdekat.

...\=\=\=\=\=\=\=\=...

mereka saat ini tengah menikmati makan siang bersama dengan membicarakan Aleta dan Tama yang akan tinggal dimana setelah menikah nanti.

"setalah kalian nikah nanti kalian akan tinggal dimana? gak mungkin tinggal di apartemen kamu kan tam?" bunda memulai pembicaraan, menanyakan meraka yang akan tinggal dimana setelah menikah

"enggak kok Bun aku udah siapin rumah buat kita nanti" jawab Tama

Aleta yang mendengar nya kaget, dia tidak menyangka bahwa Tama sudah menyiapkan semua nya. tapi dia tidak akan mau tinggal bersama Tama

"aku mau tinggal sama mamah dan papah aja" tiba tiba saja perkataan itu keluar dari mulut Aleta, mamah tidak menyangka bahwa Aleta mengatakan itu

"loh ya gak bisa dong Aleta, kalau kalian sudah menikah ya kamu harus ikut suami kamu gak bisa tinggal sama mamah dan papah lagi" dengan pelan mamah memberitahu Aleta bahwa jika mereka sudah menikah Aleta tidak bisa tinggal bersama mamah dan papah lagi. tapi Aleta tetap kekeh untuk tetap tinggal bersama orang tua nya

"ya pokoknya aku gak mau tinggal bareng om tam.. eh maksud nya kak Tama" hampir saja dia keceplosan memanggil Tama dengan sebutan om di depan bunda dan mamah. kalau sampai keceplosan bisa bisa dia akan kena omel lagi dengan mamah

ya sejak perdebatan nya dengan mamah waktu itu soal panggilan Aleta ke Tama. mamah selalu memarahi Aleta jika mendengar Aleta memanggil Tama dengan sebutan om. makanya jika di depan orang tua nya Aleta memanggil Tama dengan sebutan kakak.

"gak papa mah kalau Aleta mau nya tinggal sama mamah dan papah dulu Tama bisa kok ikut sebentar" jika itu mau nya Aleta maka, Tama tak apa ikut sebentar tinggal bersama orang tua Aleta dan jika Aleta sudah dia akan mengajak Aleta untuk pindah kerumah mereka nanti.

"mamah gak setuju ah, kalau Aleta tetap tinggal sama mamah dan papah nanti. kapan dia akan dewasa nya" tapi mamah juga tetap tidak ingin Aleta masih tinggal bersama orang tua jika sudah menikah. karena kalau Aleta terus tinggal bersama mereka Aleta tidak akan pernah bersikap dewasa

"udah mah gak papa biarin aja Aleta tinggal sama kalian dulu untuk sementara, biar dia beradaptasi dulu status baru nya nanti" bunda yang sedari hanya menyimak pembicaraan mereka ikut menimpali, membiarkan Aleta yang mungkin menurut bunda ingin mencoba beradaptasi dulu sebelum tinggal bersama Tama nanti nya

"tuh mah bunda aja bolehin aku buat tinggal masa mamah dan papah" merasa mendapat pembelaan dari bunda Aleta mencoba membujuk mamah agar mau membiarkan Aleta tetap tinggal bersamanya

"yaudah yaudah mamah nyerah kamu boleh tinggal sama mamah dan papah untuk sementara" akhirnya mamah membiarkan Aleta tinggal bersama mamah dan papah dulu. Aleta tersenyum senang mendengar nya karena merasa menang

tama melihat jam di tangan nya lalu mengatakan bahwa ia akan ke kantor sekarang untuk meeting

"mah, Bun aku pergi duluan ya harus ke kantor lagi soalnya ada meeting sama karyawan"

"loh tam? masih sibuk di kantor aja" mamah heran saat Tama masih saja sibuk di kantor di h-7 pernikahan

"tau tuh mah padahal saya udah kasih tau loh" sudah berkali kali bunda kasih tau, kalau Tama tidak boleh terlalu sibuk di kantor dan harus cepat cepat mengambil cuti

Tama tertawa kecil melihat bunda nya yang memprotes "justru karena Tama mau ambil cuti makanya sekarang ini Tama selesai kerjaan kantor dulu" melihat jam sekali lagi "udah ah Tama pergi dulu" setalah pamit Tama langsung meninggalkan mereka

...\=\=\=\=\=\=\=\=...

saat Tama akan membuka pintu mobil dia mendengar seseorang memanggil nya. dan sangat jelas tau siapa yang memanggil nya karena dia sudah sangat hafal dengan suara ini yang tak lain adalah Aleta. maka dia langsung membalikkan tubuh nya menghadap si pemanggil

"kenapa? saya sudah terlambat" tanya nya saat Aleta sudah berada dekat dengan dirinya

"formal banget sih om giliran sama gue ngomongnya, santai aja lah" sedikit mengerucutkan bibirnya Aleta berkata seperti itu. dan Tama yang melihat merasa gemas sendiri

"kamu sendiri memanggil saya om"

"ya karena om lebih tua dari gue"

"tuh kamu saja tidak sopan dengan saya" goda Tama dan Aleta merengut sebal karena nya

"aisss... terserah gue lah" Tama tertawa melihat nya

"yasudah terserah kamu. lalu kenapa kamu memanggil saya" Tama teringat dengan Aleta yang memanggilnya tadi

"oh iyaa gara gara lo nih gue jadi lupa" Aleta menyalahkan Tama yang membuat nya lupa akan tujuan nya memanggil Tama

"kenapa saya?" Tama heran kenapa jadi dia yang di salahkan

"ah pokoknya gara gara om deh" mencoba mengingat apa yang akan dia katakan kepada Tama tadi "oh iyaa Lo gak papa kan om kalau gue mau tinggal sama mamah papah dulu''

Tama tiba tiba saja mengelus rambut nya dengan berkata bahwa ia tak keberatan sama sekali "tak apa saya tak merasa keberatan sama sekali jika kamu masih ingin tinggal dulu dengan orang tua kamu"

Aleta yang mendapat perlakuan seperti itu tanpa sadar pipi memerah, namun dia dengan cepat menyangkal akan Tama tidak melihat pipi nya yang menurut nya begitu memalukan. padahal Tama pun sudah melihat nya tapi Tama diam saja ia tidak ingin Aleta menjadi malu nanti nya

"oke kalau gitu, dah sana ntar Lo telat katanya ada meeting kan sama karyawan" mencoba menutupi pipi yang memerah dia mengusir Tama untuk segar pergi

"ah benar saya sudah telah untuk meeting kalau begitu saya pergi dulu" pamit Tama dan dengan segera memasuki mobil nya, membuka kaca mobil untuk berpamitan kepada Aleta sekali lagi baru setelah nya dia benar benar pergi dari situ

setalah Tama pergi Aleta tersenyum malu malu tapi dia langsung mengubah raut wajah nya sambil mendumel "apaan sih Lo ta gak jelas banget senyum senyum sendiri" lalu setelah nya dia pun pergi meninggalkan restoran menyusul mamah nya yang sudah menunggu nya

________

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!