chapter 3 - cincin

setelah dari butik Tama mengantarkan Aleta pulang, tapi sebelum itu dia membelokkan mobil nya ke toko perhiasan. Aleta yang tidak tau sempat bingung sebelum Tama berbicara bahwa mereka akan mencari cincin terlebih dahulu.

"om...." saat Aleta akan bertanya, Tama lebih dulu memotong nya

"mamah kamu belum bilang ya, kita cari cincin dulu sebelum pulang"

"tapi mamah bilang hari ini cuma fitting baju pengantin aja, gak bilang kalo cari cincin juga"

"mungkin mamah kamu lupa bilang ke kamu nya" jeda "yaudah ayok keluar" Tama keluar dari mobil dan berjalan masuk ke toko perhiasan. Aleta hanya mengekori Tama saja. sesampai di toko mereka di sambut hangat oleh pegawai toko

"selamat siang ada yang bisa kami bantu"

"ah iyaa mbak, saya mau cari cincin pernikahan" ucap Tama

"baik, mari ikuti saya" mbak pegawai toko mengajak mereka ke etalase untuk melihat lihat cincin pernikahan. saat melihat cincin cincin yang terpajang mata Aleta berbinar, cincin cincin yang begitu indah dan cantik

Tama melihat Aleta yang terlihat begitu berbinar saat melihat cincin yang terpajang di etalase. dan ia berkata kepada Aleta agar Aleta yang memilih cincin nya

"kamu yang pilih cincin nya"

"loh kok gue om, nanti kalo gak sesuai sama Lo gimana?" kenapa juga dia yang harus memilih, jika nanti tidak sesuai dengan apa yang di inginkan Tama bagaimana

"tidak apa saya akan terima apa pun yang kamu pilih" ucap Tama sedikit menggoda

"cihh" Aleta hanya berdecih mendengar nya, sungguh sangat menyebalkan saat Tama berkata seperti itu.

dan Tama tersenyum melihat perlakuan Aleta yang seperti karena menurut nya Aleta yang seperti itu sangat menggemaskan.

Aleta sibuk memilih cincin yang di pajang di etalase, rasanya sangat ingin membeli semua tapi itu sangat tidak mungkin. karena yang memakai nya hanya dia dan Tama saja. mata terus menyusuri cincin yang sangat indah itu dan mata nya jatuh pada 3 pasang cincin yang menurut nya cocok untuk dia dan juga Tama.

"mbak saya mau lihat cincin yang 3 ini ya" ucap nya kepada Mbak pegawai yang sedari tadi berada di depan mereka.

mbak pegawai itu mengeluarkan cincin yang di minta oleh Aleta. dan Aleta mencoba cincin yang mana menurutnya lebih cocok untuk diri nya.

"gimana menurut om?" Aleta bertanya kepada Tama yang berada di samping nya. tapi belum sempat Tama menjawab dia sudah menyela nya dan berkata bahwa cincin yang dia coba tidak cocok.

"kurang cocok deh kaya nya, coba kalo yang ini" dan Aleta mencoba cincin yang kedua. dan sama seperti tadi dia bertanya kepada Tama. dan sama saja sebelum Tama menjawab dia langsung berkata bahwa cincin yang kedua juga tidak cocok menurut nya

"ah sama aja, ini juga kurang cocok" Aleta mengambil cincin yang ketiga dan mencoba nya, tapi sebelum dia berkata bahwa cincin yang ketiga tidak cocok. Tama telah lebih dulu berkata

"cincin yang ini bagus kok" ucap Tama, Aleta menoleh melihat Tama yang tersenyum kepada nya

"tapi ini terlalu mewah om, kaya nya kurang pas deh"

"em... kalau gitu yang pertama ini, gimana? ini simpel gak terlalu mewah" tawar Tama kepada Aleta

"enggak deh om, terlalu simpel" tapi Aleta menolak karena menurut nya itu terlalu simpel

"yaudah kalau gitu yang kedua ini, menurut saya ini pas gak terlalu simpel dan gak terlalu mewah" tapi menurut Aleta itu juga kurang pas, jadi dua juga akan menolak pilihan yang kedua itu. tapi sebelum itu Tama sudah lebih dulu berbicara kepada Mbak pegawai bahwa ia memilih cincin yang kedua.

"mbak kami pilih cincin yang ini ya"

"baik mas" kata si mbak pegawai

sebelum Aleta memprotes, Tama berkata bahwa cincin itu sudah yang paling cocok karna jika dilihat cincin yang pilihan kedua itu tidak terlalu simpel dan juga tidak terlalu mewah. sejak awal pun dia sudah suka dengan cincin itu. dan tanggapan Aleta hanya mencibir dan memanyunkan bibirnya saja. tapi jika ia lihat lihat memang pilihan kedua itu sudah paling cocok sih, ah sudah lah tak apa toh, cincin itu juga bagus kok

"oh iya mbak, di dalam nya tolong ukir nama Aleta dan Tama ya" Tama meminta kepada Mbak pegawai agar mengukir nama nya dan Aleta.

"om apaan sih alay tau gak" protes Aleta

"ya gak papa, kan bagus" Tama sedikit menggoda Aleta "yaudah mbak, kalau gitu kita tinggal dulu ya? nanti kalo udah jadi mbak bisa hubungin ke nomor ini" memberikan kartu nama nya ke mbak pegawai. dan setelahnya mengajak Aleta untuk pergi meninggalkan toko perhiasan.

...\=\=\=\=\=\=\=\=...

di dalam mobil mereka hanya diam saja, tidak ada yang ingin memulai duluan untuk berbicara. bahkan Aleta terbilang yang sangat tidak bisa diam. disaat ia berdua di mobil dengan Tama seperti ini menjadi pendiam dan tidak banyak berbicara. bukan karena takut dengan Tama yang terlihat dingin itu tapi karna ia malas saja untuk berbicara dengan Tama

"mau mampir makan malam gak?" tiba tiba suara hening terpecahkan oleh pertanyaan Tama yang mengajak untuk makan malam. dan mau tidak mau Aleta harus menjawab pertanyaan itu

"gak usah om, langsung pulang aja. gue pengen cepet cepet mandi terus tidur" tolak Aleta, ia memang tak ingin makan berdua saja dengan Tama. toh ia juga bisa makan dirumah nanti

"beneran? kamu tidak lapar? kita cari makan dulu deh, saya gak mau nanti di bilang tidak bertanggung jawab, karena ngajak anak orang keluar tapi tidak memberi makan" Tama memaksa Aleta agar mau mencari makan dahulu. ia takut saja jika Aleta kelaparan dan ia akan tercap sebagai orang yang tak bertanggung jawab karena membiarkan anak orang kelaparan.

"gak usah om, gue bisa makan dirumah nanti" sekali Aleta menolak dan tetap tidak ingin makan dengan Tama

"yaudah kalau begitu" dan Tama pun pasrah saja dengan tolakkan aleta

pukul 19:00 malam mereka sampai di rumah Aleta. Tama mengantar Aleta sampai kedepan pintu nya.

"udah om sampe sini aja, om boleh pulang sekarang" Aleta sedikit mengusir, dan bersamaan dengan itu pintu terbuka memunculkan mamah Aleta yang membawa se plastik sampah untuk di buang.

"eyy, gak sopan banget masa Tama nya di usir sih" marah mamah yang mendengar Aleta mengusir Tama.

"mah" sapa Tama, dan melihat mamah Aleta yang membawa sampah dia berinisiatif mengambil sampah itu dari tangan mamah Aleta "sini biar Tama aja yang buang sampah nya mah, sekalian nanti Tama juga mau pulang" mamah Aleta memberikan sampah nya kepada Tama.

"loh kok pulang, kalian udah makan malam? kalau belum makan dulu yuk" ajak mamah kepada Tama, namun Tama melihat Aleta yang tidak suka saat mamah nya menawarkan Tama untuk makan malam bersama. jadi, dia berniat untuk menolak

"gak usah mah, nanti Tama makan dirumah aja" tolak Tama halus

"mending makan disini aja sekalian, kalau pulang keburu kelaparan nanti" mamah memaksa Tama untuk mau makan malam bersama. dan Tama merasa tidak enak hati jika harus menolak lagi. jadi, mau tidak mau ia harus ikut makan malam bersama keluarga Aleta. walaupun setelah nya Aleta mencebikkan nada tidak suka

"yaudah Tama buang sampah ini dulu ya mah"

"iyaa, mamah tunggu di dalam ya"

...\=\=\=\=\=\=\=\=\=...

setelah membuang sampah Tama kembali kerumah Aleta dan masuk ke dalam rumah. dia langsung menuju ke ruang makan, disana sudah ada mamah dan papah Aleta. bahkan Aleta pun sudah duduk disana.

"eh nak Tama" papah menyapa saat melihat Tama memasuki ruang makan

"malam pak Akbar" sapa Tama canggung

"eh kok masih canggung aja sih" papah Akbar yang mendengar nya pun sedikit menggoda Tama.

"ah iyaa pah" ucap Tama "papah juga panggil Tama aja ya, jangan pakai nak biar tambah akrab" Tama juga mencoba obrolan yang sedikit akrab.

"ah benar juga, sebentar lagi kamu kan jadi menantu papah ya" papah tertawa dan Tama pun juga ikut tertawa.

"udah udah makan dulu, nanti di lanjut lagi ngobrol nya" mamah yang sedari tadi diam mendengarkan mereka mengobrol sambil tersenyum pun. akhirnya mengintruspi obrolan mereka.

"eh iyaa Tama, ayok di makan dulu. nanti kita lanjut lagi ngobrol nya" suruh papah dengan sedikit tersenyum

"iya pah"

saat Tama akan menyendokkan nasi ke piring nya tiba tiba mamah berbicara, menyuruh Aleta mengambilkan nasi untuk Tama.

"Aleta, Tama nya di layanin dong masa kamu diem aja sih" tidak bergerak sama sekali, Aleta masih tetap diam tidak mendengarkan apa kata mamah nya. dan memandang Tama dengan sinis. apakah harus? bahkan Tama sendiri pun masih bisa mengambil makanan nya sendiri. dan Tama yang menyadari itu hanya memandang Aleta dengan perasaan tak enak hati

"gak usah mah, biar Tama ambil sendiri aja"

"hei gak boleh gitu dong, Aleta harus belajar dari sekarang untuk ngelayanin kamu supaya nanti dia bisa setelah menikah" jeda "lagipula Aleta juga harus belajar menjadi istri baik"

"ck" dari pada banyak berdebat akhirnya dia menurut untuk melayani Tama.

dengan malas Aleta mengambil piring Tama dan menyendokkan nasi lalu mengambilkan lauk untuk Tama, baru setelah nya memberikan piring itu kepada Tama. lalu setelah itu mereka makan dengan tenang.

"maaf Aleta ngerepotin kamu, tapi mamah kamu benar agar kamu bisa menjadi istri yang baik untuk saya nanti" Tama hanya mengucapkan itu dalam hati nya saja, ada sedikit senyum yang ia sunggingkan di bibir nya saat menatap Aleta.

_________

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!