Sorry, I Love You

Sorry, I Love You

1. Revoir

Eza POV

Sore kian merambat. Menjelang petang. Mentari mulai menuruni tahta, luruh di batas cakrawala. Semburat oranye keemasan menghiasi langit. Temaram yang kian meneduhkan. Angin yang berhembus lembut membelai setiap jiwa. Perpaduan sempurna untuk mengucap syukur atas segala keindahan alam di depan mata.

Aku masih memusatkan segenap konsentrasiku di layar laptop di hadapanku. Menikmati suasana tenang dan kesendirian di senja temaram. Sudah lebih dari tiga jam aku duduk sendiri. Menyesap es kopi latte bergantian dengan sebatang rokok. Menghempaskan asapnya ke atas kepala. Sekejap kepulan asap putih pekat di udara berangsur pudar.

Aku memilih sebuah kafe yang terletas di ujung barat kota Surabaya. Jauh dari hiruk pikuk kota. Kafe ini menyajikan ruang outdoor bebas merokok cukup luas dan asri. Terdapat dua pohon besar di area luar kafe, menaungi meja dan kursi pelanggan. Tanaman dekorasi dari pot kecil sampai pot batu besar tersebar di beberapa titik. Lampu-lampu hias yang dibentangkan dari ujung kanan ke kiri, dari luar sampai ke dalam. Menambah semarak suasana dan tata ruang yang epic.

Sungguh menenangkan, menyejukkan dan tempat bermalas-malasan yang sempurna untuk seorang Eza. Fixed. Masuk ke list favorit.

Revoir.

Begitu nama cafe yang sempat ku baca sebelum masuk tadi. Sebuah kata sarat makna. Diambil dari bahasa Prancis yang memiliki arti 'bertemu kembali'. Apakah cafe ini mampu membuatku bertemu kembali? Disini, hari ini, dan di dimensi ini akankah aku bisa bertemu kembali dengan sosok yang tak pernah lekang dari otak dan akal sehatku?

Sesosok gadis cantik yang berlarian, bergelayut manja, dan menggodaku. Sosok itu yang terus muncul di depan mataku. Namun dalam wujud imajinasi dan anganku saja.

Ah, nghayal.

Apalah arti sebuah nama.

Nyatanya sosok cantik yang terus kukhayalkan muncul di depan mataku inilah yang menggangguku. Masih mungkinkah aku mengharap jodoh mempertemukan kami kembali? Bisakah? Pantaskah?

Sabtu sore ini tidak banyak pengunjung kafe. Di bagian outdoor hanya ada aku, satu meja agak jauh posisinya yang berisi sepasang kekasih, dan satu meja lagi lebih dekat dengan mejaku, dihuni seorang cewek yang sesekali bertelepon ria dengan suara lantang.

Dari dalam kafe, sayup terdengar alunan musik yang berasal dari audio kafe. Musik ballade Menambah aroma syahdu menenangkan yang berkali lipat menghempas keruwetan pikiranku seminggu ini.

I heard that you're settled down

That you found a girl and you're married now

I heard that your dreams came true

Guess she gave you things, I didn't give to you

Old friend, why are you so shy?

Ain't like you to hold back or hide from the light

I hate to turn up out of the blue, uninvited

But I couldn't stay away, I couldn't fight it

I had hoped you'd see my face

And that you'd be reminded that for me, it isn't over

(Adele, Someone like you)

Sabtu ini menjadi weekend pertamaku tinggal di kota ini. Surabaya. Kota penuh kenangan. Pahit dan manis. Dengan sejuta memori masa kecil hingga remaja yang pernah terangkai di kota ini. Senin lalu aku resmi dimutasi dari kantor Jember, ke kantor pusat di Surabaya. Karirku sebagai arsitek junior terlihat membentang dengan cemerlang seiring perpindahanku ke kantor pusat ini.

Dddrrrrrrrtt... Dddrrrrrrrtt...

Aku melirik ponsel yang tergeletak di samping laptop.

Mama calling.

Ah, aku lupa tidak memberi kabar kalau sabtu ini aku tidak pulang ke Jember. Mama pasti menungguku. Mengingat ini adalah kali pertama aku pergi merantau, tidak tinggal serumah dan sekota dengan mama. Sudah pasti mama mengira aku akan rindu rumah secepat ini.

Aku menjawab panggilan mama di dering ketiga.

"Assalamualaikum, Ma.."

"Waalaikumsalam, Za.. Kamu ga pulang hari ini?" suara teduh mama seolah melengkapi alunan syahdu sore yang semakin mendekati malam.

"Enggak Ma.. Maaf Eza belum sempat nelpon mama.."

"Hari minggu besok Eza harus ketemu klien untuk proyek desain pertama Eza, Ma.. Kliennya seorang bisnisman sibuk, jadi bisanya hari minggu aja.." sambungku.

Aku menutup laman design program di laptopku. Menyimpan berkas history pesanan klien pertamaku. Setelah berjam-jam mempelajari karakteristik dan selera klien untuk menentukan design restoran sebagai project pertamaku di kantor pusat.

"Gak papa, Za.. Yang penting jaga kesehatan kamu di sana. Makan yang teratur, tidur tepat waktu, jangan menunda sholat, apalagi sampai terlewat tidak menunaikan sholat. Jangan dibiasakan begadang dan kurang-kurangin itu rokoknya, Za.. Jangan sembrono.. Mentang -mentang sekarang tinggal sendiri.. Ingat sama mama dan keluarga kamu di sini.. "

Petuah demi petuah meluncur dengan lancar dari bibir mama. Bersahutan dengan suara merdu Adele menyanyikan lagu favoritku yang pernah hits beberapa tahun silam. Membuatku seketika merindukan rumah dan suasana hangat dan menyenangkan setiap kali aku berada di rumah.

Never mind, I'll find someone like you

I wish nothing but the best for you, too

"Don't forget me, " I beg

I remember you said

"Sometimes it lasts in love, but sometimes it hurts instead"

"Sometimes it lasts in love, but sometimes it hurts instead"

Aku kembali menyimpan ponsel di atas meja. Setelah mama menutup sambungan teleponnya beberapa detik lalu. Aku memijat keningku yang mulai pusing. Terlalu lama berdiam di depan laptop, selalu menjadi kelemahanku. Pandangan kabur dan kepala pening.

Kuputuskan membuka laman sosial media instagram. Laman yang menjadi favoritku akhir-akhir ini. Dari aplikasi jejaring media sosial ini aku bertemu secara maya dengannya. Wanita yang menggetarkan hatiku. Pun sampai saat ini setiap kali aku melihat foto dan videonya di akun pribadi miliknya. Dada ini masih berdesir hebat.

Biani Andrea.

Seorang influencer lokal. Selebgram. Akun centang biru. Entah apa lagi sebutan untuk wanita ini. Hanya dengan melihat fotonya bisa sedikit mengobati kerinduan yang tak tau pangkal ujungnya. Tapi sudah bersarang, bertunas, dan bercokol di hatiku.

Dia Febi Andriyani. Memakai nama panggung Biani Andrea. Dipanggil Bian. Hm..Cocok juga.

Dua hari lalu kami bertemu. Tidak sengaja bertemu lebih tepatnya. Di sebuah insiden penggusuran lahan milik PT. XYZ yang dimanfaatkan menjadi daerah pemukiman oleh penduduk sekitar. Insiden yang berbuntut keributan antara pihak warga dan satpol PP.

Seorang perempuan muda (dan cantik) beradu mulut dengan salah satu aparat satpol PP. Entah apa yang dibicarakannya, aku tidak bisa mendengar jelas karena suasana sekitar yang semakin tidak kondusif. Tapi ketika petugas itu melayangkan tangan hendak memukul perempuan muda itu, membuatku tergerak untuk melindunginya.

Belakangan aku tau, perempuan itu sedang membela seorang anak lelaki yang ingin masuk ke dalam rumahnya, yang sedang dalam proses penggusuran. Tapi petugas melarang anak itu masuk, dan membuat geram perempuan muda itu hingga berujung pada adu mulut yang semakin memanas.

Aku pun ikut geram. Pasalnya aku tau jika anak lelaki itu ingin masuk ke rumah karena ingin menyelamatkan buku-buku pelajarannya. Tapi petugas melarang. Mereka tetap membongkar paksa bangunan semi permanen itu dan mengacak-acak isinya.

Aku kembali menyulut satu batang rokok. Itu artinya sudah lima batang rokok yang kuhisap habis selama aku duduk di kafe ini. Pertemuan unik dengan Biani Andrea terus terngiang-ngiang di kepalaku. Tak bisa lekang. Pun aku juga tak ingin melupakannya.

"Bi.. Aku di area outdoornya.. Cepetan ke sini." Cewek berisik yang duduk di sebelah mejaku kembali menelepon seseorang.

Suaranya yang nyaring itu tidak mungkin tidak terdengar oleh telingaku. Segala macam perghibahan dari teleponnya yang sebelum sebelumnya pun terpaksa kutelan mentah-mentah. Nah ini kayak-kayaknya bakal ada teman yang nyamperin dia kemari. Dua -mungkin lebih- cewek berisik di meja paling dekat denganku, perfect.

Bakal membuyarkan suasana senja yang menentramkanku. Waktunya cabut.

"Iya, Bi.. Aku udah garing nungguin kamu dari tadi disini. Lama banget sih..." cewek itu terdengar mendecih sebal.

Aku mulai merapikan laptop, mengemasnya. Handphone, rokok dan korek, serta merapikan bekas makanan ringanku. Menggerus batang rokok yang masih tersisa setengah. Menyeruput sisa kopi latte yang...

"BIAAN... disini." cewek itu melambaikan tangannya dengan senyum lebar dari telinga ke telinga.

Deg.

Kepalaku refleks memutar ke arah lambaian tangan itu. Kutemukan sosok yang begitu cantik dengan rambut panjang terurai. Dengan dress sifon warna hijau lembut yang bergerak -gerak mengikuti terpaan angin. Seolah waktu berjalan lambat. Melihat raga cantik itu berjalan mendekat dengan gerakan slow motion.

Never mind, I'll find someone like you

I wish nothing but the best for you, too

"Don't forget me, " I begged

I remember you said

"Sometimes it lasts in love, but sometimes it hurts instead"

No, She is not someone like you. She is you. Bian.

Biani Andrea.

Febi Andriyani.

Revoir ; pertemuan kembali.

.......

...****************...

🌼 please like, comment, and vote yaa

Terpopuler

Comments

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

mampir Thor

2021-12-16

1

Nilam Nuraeni

Nilam Nuraeni

Semangat, aku mampir kak🤗💪

2021-11-29

1

Lilis Farida

Lilis Farida

wuaaah yg baru...yg baruuuu...sukses selalu thoooor

2021-11-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!