3. Waktu Untuk Mencinta

Maharani POV

Namaku Maharani. Maharani Dewanti. Sejak lahir sampai saat ini usiaku 25 tahun, aku tinggal di sebuah desa di Jember. Aku gadis biasa dan mengenyam pendidikan sampai tamatan SMA saja. Bukan tidak ada keinginan untuk lanjut berkuliah, tapi dalam sejarah keluargaku turun temurun tidak ada anak perempuan yang bersekolah tinggi. Hanya anak laki-laki saja yang melanjutkan pendidikan tinggi dan bekerja merantau ke kota-kota besar.

Setelah tamat SMA, aku bekerja di kantor pegadaian swata tak jauh dari rumah. Kehidupanku serba biasa. Sederhana. Jauh dari keseruan anak muda seusiaku. Di kantor, teman-teman kerjaku seumuran ayah dan ibuku. Tidak sefrekuensi, bahasa gaulnya. Sepulang kerja aku diam di rumah. Begitu terus sampai esok hari aku kembali bekerja. Membosankan? Ya lumayan..

Tahun lalu, aku sangat senang. Rumahku kedatangan tamu istimewa. Budhe Rosida dan putra tunggalnya, mas Eza. Mereka datang secara khusus untuk melamarku. Mengejutkan. Tapi juga berhasil membuat aku tersipu sepanjang hari dan tidak mungkin aku menolak pinangan mas Eza.

Sebelumnya aku dan mas Eza pernah bertemu beberapa kali di acara keluarga besar. Keluargaku dan keluarga mas Eza, memang masih ada kaitan kerabat jauh. Meskipun kalau dirunut, tidak ada ikatan sedarah.

Meskipun begitu, dulu aku belum pernah sekalipun mengobrol secara pribadi dengan mas Eza. Saat bertemu pun, hanya menyapa sekedarnya. Kami tidak pernah saling mengenal sedikit pun.

Singkatnya, dua bulan sejak pinangan itu kami resmi menikah. Tanpa pacaran. Tanpa pedekate-an.

Tidak masalah. Aku tetap senang. Apa lagi yang ditunggu gadis desa sepertiku, kalau tidak menunggu dipinang lelaki baik dan mapan?

Ya, mas Eza sudah cukup mapan. Mas Eza lulusan sarjana arsitektur dan bekerja sebagai arsitek. Sesuai cita-citanya sejak remaja. Dia ganteng, sholeh, dan dari keluarga baik-baik. Mas Eza lahir dan tumbuh besar di kota Surabaya. Namun setelah papanya meninggal dunia saat usianya 15 tahun, ia dan mama Rosida pindah tinggal di Jember. Daerah kelahiran mama Rosida.

Sejak sebelum menikah, ia bekerja di sebuah perusahaan arsitektur di Jember. Namun, sebulan yang lalu ia dipindah tugaskan ke kantor pusat di Surabaya. Kamipun menjalani hubungan Long Distance Marriage.

Tidak masalah.

Aku tahu mas Eza lelaki baik dan sholeh. Sholatnya tak pernah terlewat. Dan mas Eza tipikal lelaki yang bertanggung jawab dan sayang keluarga.

Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Hari ini terhitung genap delapan bulan kami menikah. Dan satu bulan menjalani LDM. Usai menikmati sarapan pagi bersama mama mertuaku, beliau mengajakku berbincang di teras rumah.

Sekedar informasi, sejak menikah, Aku dan mas Eza memang masih tinggal menumpang di rumah mertuaku. Bukan tidak mampu, tabungan kami bisa dibilang cukup untuk membeli rumah sederhana di kota. Apalagi untuk sekedar mengontrak. Kami hanya mempertimbangkan mama akan kesepian seorang diri jika kami pergi. Dan aku tidak keberatan tinggal bersama mama Rosida.

"Rani.." kata mama sambil menyirami tanaman-tanaman anggreknya di teras. "Sudah satu bulan sejak Eza pindah ke Surabaya. Dia sudah pulang berapa kali ya?"

"Sekali, Ma. Minggu lalu mas Eza pulang."

"Tapi hanya semalam ya?"

"Iya, Ma.."

Aku benar-benar tidak mengerti arah pembicaraan mama. Mana mungkin mama lupa kalau baru minggu lalu mas Eza pulang? Apa... mama.. sudah mulai.... pikun?

Ah, tidak mungkin.

Mas Eza pulang hari minggu pagi, dan kembali lagi ke Surabaya hari senin pagi-pagi sekali. Bahkan sebelum adzan shubuh berkumandang.

Mama terdengar membuang nafas kasar. "Padahal dulu janjinya akan pulang seminggu sekali. Setiap sabtu-minggu..."

"Mungkin mas Eza sibuk Ma.. Atau kecapekan kalau harus pulang tiap minggu.." ucapku berusaha menenangkan.

"Komunikasi kalian masih lancar kan, Ran?"

"Masih Ma.." aku tersenyum.

Komunikasi kami memang lancar. Tapi samakah dengan definisi komunikasi lancar pasangan suami istri pada umumnya?

Mas Eza meneleponku setiap pagi hari. Setelah aku sarapan, dan sebelum mas Eza berangkat ke kantor. Kami saling menanyakan kabar dan juga mas Eza selalu menanyakan mama. Selanjutnya mas Eza akan bercerita tentang pekerjaan yang harus ia selesaikan hari ini. Akan bertemu klien dimana saja. Atau akan ada meeting apa saja. Setelah ia sampai di kantor, tidak akan ada telepon atau chat whatsapp yang kuterima lagi. Sebelum mas Eza pulang dari kantor sore harinya. Begitu setiap hari.

Apa sudah masuk kategori komunikasi lancar?

Entahlah. Kukira setiap rumah tangga punya standartnya masing-masing. Dan komunikasiku saat ini dengan mas Eza bisa kusebut lancar. Kami baik-baik saja.

Sebelum mas Eza pindah tugas ke Surabaya, kami malah jarang bertelepon. Hampir tidak pernah. Tapi tidak masalah. Kami tinggal serumah. Jadi semua urusan bisa dikomunikasikan secara langsung, tanpa alat bantu kan..

Mama menghentikan aktifitas menyirami tanaman hiasnya. Kemudian duduk di kursi rotan di teras rumah. Tepat di depanku. "Hubunganmu dengan Eza apa baik-baik saja?",

"Baik-baik saja Ma.. Mas Eza suami yang baik dan perhatian." jawabku seraya tersipu.

"Tapi mama merasa hubungan kalian kuraang.. apa yaa namanya?" mama terlihat berpikir. Membuatku salah tingkah dan tak tau harus berkata apa.

"Kurang mesra, kurang kemistri, kurang akrab begitu.."

"ibarat masakan, sudah enak, tapi kurang sedap bumbunya.." tambah mama.

Aku menelan saliva susah payah. Namun sudut bibirku masih kuusahakan mengulas senyum. Ingin menunjukkan pada mama kalau semua baik-baik saja. Aku tidak menyangka, mama mertuaku yang selama ini tampak cuek saja dan tidak mau ikut campur rumah tanggaku. Ternyata bisa bicara demikian.

Aku dan mas Eza kurang chemistry? Kurang mesra? Ironisnya, aku pun merasa begitu. Sejak awal menikah aku selalu merasa ada jarak antara kami. Mas Eza baik dan lembut. Pengertian. Tidak pernah berkata kasar padaku. Apalagi memukulku. Sama sekali tidak pernah.

Tapi.. bagaimana aku mengatakannya? Seperti ada batas yang ditarik mas Eza. Yang tidak kumengerti bagaimana cara untuk menyeberangi batas itu. Batas yang tidak bisa kulewati untuk lebih dekat dengan suamiku.

"Maaf.. bukannya mama mau ikut campur. Tapi sepertinya kalau mama liat-liat, tamu bulanan Rani masih lancar datangnya.."

Aku tersenyum sembari menundukkan kepala. Ah, mama pasti sudah mengidamkan suara tangis bayi di rumah ini. Menginginkan kehadiran cucu untuk menyemarakkan suasana di rumah. Tapi sayangnya, Allah belum berkehendak mempercayakan kami amanah besar itu.

"Iya Ma.. Rani minta maaf...."

Mama meraih jemariku dan mengusapnya lembut. "Kalau kamu hamil dan kalian punya anak, mungkin sikap Eza bisa lebih baik.."

"Tapi... mas Eza baik sama Rani, Ma.."

"Kurang Ran.. Bukan baik seperti itu yang mama maksud. Dalam hubungan suami istri, baik saja tidak cukup Rani.. Harus ada cinta. Harus ada kasih sayang di dalamnya."

Ucapan mama membuatku tertegun. Tidak menyangka mama akan mengatakan ini. Lebih tepatnya, tidak menyangka mama menyadari kondisi rumah tanggaku yang belum dihiasi indahnya kobaran api cinta.

Aku memang gadis desa yang polos dan kurang pergaulan. Tapi aku punya hati. Perasaanku masih peka. Aku merasa betul, mas Eza belum bisa mencintaiku sepenuh hati.

Namun, sikap baik dan perhatian mas Eza membuatku yakin bahwa mas Eza hanya butuh waktu untuk belajar mencintaiku.

Aku hanya perlu bersikap baik, melayani segala kebutuhan mas Eza setulus hati, menjaga nama baik suami ketika berjauhan. Setidaknya itulah ajaran ibuku sejak dulu. Lamban laun, aku yakin hati mas Eza akan luluh.

Semoga.. waktu benar-benar mengantarkan hati mas Eza untuk pulang kepadaku.

Ke rumah kami.

...****************...

🌼 Happy reading 🌼

Jangan lupa vote, like, dan komen yaa.. biar makin semangat utk update 😚

Terpopuler

Comments

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

membacanya jd sedih...krn Cinta Rani diduakan 😢

2021-12-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!