5. Dua Dunia

🌼 Maharani

Sore hari selepas ashar, aku pamit pada mama mertuaku untuk pergi berbelanja kebutuhan bulanan di supermarket besar. Lokasinya agak jauh dari rumah.

Namun aku berbohong. Sebenarnya aku ingin pergi ke mall. Ingin berbelanja beberapa potong baju, alat make up, dan apa saja yang mendukung perubahanku sebagai wanita. Sebagai istri lebih tepatnya.

Tadi sebelum berangkat aku baru ingat kalau sabtu ini adalah hari ulang tahun mama. Aku pun secepatnya mengirim pesan teks pada mas Eza. Mengingatkannya, sekaligus meminta ijin untuk pergi ke mall membeli beberapa kebutuhan. Seperti biasa, mas Eza mengijinkan tanpa banyak protes dan tanya.

Aku yakin sabtu ini mas Eza pasti pulang. Sesibuk apapun, dia tidak akan mengacuhkan hari istimewa mamanya. Itu artinya, aku punya kesempatan tiga hari untuk mempelajari 'perubahan' yang kuinginkan sebelum mas Eza pulang. Semangat, Rani!

Aku masuk ke gerai pakaian wanita, mulai memilah milih baju seperti apa yang sekiranya sesuai dengan tutorial di mesin pencari yang tadi kubaca, juga pas dengan postur tubuhku. Syukurlah aku masih menyimpan sejumlah uang hasil kerjaku sebelum menikah. Jadi tidak perlu mengusik uang bulanan yang diberikan mas Eza untuk hal-hal yang bersifat pribadi dan bukan kebutuhan pokok ini.

Aku memilih satu dress pendek selutut warna hitam, blouse sifon lengan pendek warna softpink, dan soft yellow, celana jeans ketat warna biru terang, dan setelan piyama tidur lengan dan celana pendek. Cukup. Sekarang giliran beli make up.

Membeli make up lebih mudah bagiku, karena aku sudah tau merk apa yang kuinginkan. Tinggal datang ke counter merk yang kumau, lalu seorang SPG dengan sigap akan membantuku.

Setelah selesai, aku berniat langsung pulang. Datang ke mall saja sangat jarang kulakukan. Bahkan aku lupa kapan terakhir kali datang ke mall. Apalagi jalan di mall sendirian. Tidak pernah sekalipun.

Sebelum menikah, dulu aku ke pasar modern ini hanya sekali dua kali. Dalam setahun. Jangan kaget. Memang benar sangat jarang. Itupun kalau diajak keluarga om dan tante yang datang dari luar kota.

Keluargaku bukan tergolong keluarga miskin. Tapi entahlah, hampir tidak pernah keluarga kami pergi jalan-jalan. Hanya menjelang lebaran saja, untuk membeli baju baru. Tradisi yang entah siapa yang memulai, tapi Maharani kecil dulu sangat berterima kasih. Kalau tidak lebaran, tidak mungkin pergi ke mall.

Ayahku anggota satuan Polisi Pamong Praja yang baru ditugaskan kembali di Jember. Sebelumnya ditempatkan di Surabaya selama enam bulan. Sedangkan mamaku ibu rumah tangga yang juga menyambi menerima pesanan ayam bakar madu. Di desaku, ayam bakar madu buatan mama sangat terkenal. Banyak dipesan untuk acara hajatan.

Didikan ayah yang keras dan tegas, juga mama yang lembut, tapi tabiatnya memang tidak suka kompromi untuk hal-hal yang tidak biasa dilakukan, membuat anak-anaknya, aku dan mbak Rumi, terbentuk alamiah dengan sikap menurut dan sederhana. Tidak suka neko-neko. Tidak terbiasa bergaul dan main-main kelayapan. Bahkan selama SD sampai lulus SMA, aku hanya punya satu teman akrab. Dian, namanya.

Aku berjalan dengan langkah lebar setelah turun dari eskalator terakhir di lantai paling bawah. Namun, saat kakiku sudah berjarak dua meter dari pintu keluar, sebuah teriakan mengejutkanku.

"Nyonya Ezaa...!!"

Sontak aku menoleh ke belakang. Kudapati seorang perempuan berjalan setengah berlari menghampiriku. Dialah Dian. Sahabatku. Panjang umur sekali perempuan itu.

"Dian.."

"Aduh.. aduuh.. Nyonya Eza sendirian aja ke mall? Langka banget." ujar Dian begitu jarak kami sudah dekat.

Aku hanya tersipu.

"Aku tuh liatin kamu dari tadi, kayak yang gak percaya gitu seorang Rani jalan sendirian di mall.."

"Jangan gitu ih.. jadi malu aku." memang tidak ada yang bisa kututupi dari Dian. Dia cukup mengenalku dan keluarga. Dia pasti sangat mengerti aku tidak akan ke mall kalau tidak ada urusan mendesak.

"Kita makan bareng yukk.. Sambil cerita-cerita." ajak Dian. Aku menggeleng lemah, seraya berpikir bagaimana kalau mama menungguku di rumah.

"Ayok laah Ran.. cuma makan doang, ga sampe sejam. Kita kan udah lama ga ngobrol-ngobrol.." Bujuk Dian. Aku mengiyakan ajakan Dian pada akhirnya.

Kami berjalan beriringan ke sebuah restoran ayam tepung cepat saji yang berada di lantai dua. Aku berpikir tidak perlu mengabari mama, aku hanya perlu sudah sampai rumah sebelum maghrib. Kupikir, curhat tentang ke'hambar'an rumah tanggaku pada Dian, bisa memberiku setitik pencerahan.

Setelah pesanan ayam dan nasi kami datang, Dian langsung peka melihat kantong belanjaanku. Dia bertanya sambil mengerlingkan matanya menggodaku. Baguslah, aku tidak perlu susah-susah mencari kalimat pembuka untuk mengawali sesi curhatku.

Aku pun mulai menceritakan obrolanku dengan mama pagi tadi. Juga rencanaku yang ingin memperbaiki diri agar bisa menarik perhatian mas Eza, suamiku. Dian mendengarkan semua curahan hatiku dengan penuh perhatian. Sembari melahap nasi dan ayam goreng pesanannya, dia tidak menyela pembicaraanku sedikitpun.

"Ya.. gitu lah Yan.." ujarku memungkasi curhat panjangku. "Awalnya aku biasa aja, dan memahami perasaan mas Eza. Tapi dengar perkataan mama mertuaku tadi pagi, aku jadi kepikiran buat merubah penampilanku.."

Dian terlihat berpikir. Terlihat memikirkan wejangan apa yang hendak diucapkan padaku. Seperti biasa, dia selalu berpikir sebelum berkata dan memberi petuah.

Dian ini pernah kuliah Psikologi di Universitas Negeri Jember. Bahkan sampai S2. Dia sekarang mengajar jadi dosen di salah satu kampus swasta di kota ini. Penampilan dan cara berpikirnya jelas beda jauh denganku. Meskipun kami teman sejak kecil dan sepantaran.

"Kamu sudah ngambil keputusan yang benar, Ran.." Dian menyelesaikan makanannya dengan cepat, lalu menyeruput es cola sampai habis setengah gelas.

"Jangan ragu untuk berubah Rani. Merubah penampilan, khususnya di depan suami, tidak akan membuat jati diri kamu berubah."

Aku menghela nafas lega. "Iya, Dian.. Makasih yaa ku jadi makin Pede sekarang.."

"Iya dong.. Kamu tuh harus pede." imbuh Dian. "Kamu harus mengikuti perkembangan jaman, Ran."

"Maaf Ran.. meskipun kamu sekarang jadi ibu rumah tangga yang tinggal dua puluh empat jam di rumah, tapi jangan buta sama dunia luar. Karena suamimu ada di luar. Kamu harus bisa mengimbangi wawasannya."

Aku menatap Dian dengan kening mengkerut.

"Rajin lihat sosial media." Dian seolah mengerti kebingunganku. "Baca berita dan isu yang lagi trending. Kalau ada, baca baca informasi atau tren apa yang lagi happening yang sesuai dengan bidang suami kamu."

"Supaya jadi bahan obrolan dengan suamimu. Juga, suamimu akan paham kalau dia ternyata bisa berdiskusi, atau sekedar curhat perihal pekerjaannya denganmu."

"Iya, kamu benar Yan.. Selama ini mas Eza gak pernah membicarakan pekerjaannya denganku. Aku sering melihatnya menggambar di kertas yang lebar, tapi aku tidak pernah mengganggunya dan menanyakan hal-hal yang aku sendiri tidak paham.." Aku menenggelamkan wajahku, malu sekali membicarakan kenyataan bahwa aku jauh dari kriteria istri cerdas dan hebat.

"Tidak apa apa Rani, sekali dua kali mengajak suamimu mengobrol saat dia sedang bekerja, bertanya hal yang kamu tidak tau sebelumnya tentang pekerjaannya. Aku jamin, mas Eza tidak akan terganggu.. Dia justru akan senang, karena kamu mencoba mengenalnya lebih dalam lagi."

Aku menelan salivaku susah payah. Selama ini, mas Eza hanya bicara 'nanti ada meeting, sore bertemu klien, besok harus lembur'. Tapi tidak sekalipun aku bertanya, gimana meeting tadi siang? Lancar? Gimana ketemu kliennya? Orangnya setuju pakai jasa desain kamu, Mas? Atau gimana lemburnya mas? Kerjaan beres?

Aku seketika merasa bahwa aku dan mas Eza suami istri yang tinggal di dua dunia yang berbeda. Duniaku yang sempit, sementara dunia mas Eza yang luas dan penuh warna. Mas Eza tidak pernah membagi warna-warni di dunianya karena aku tidak memberinya kesempatan untuk membawaku menyelami kehidupan mas Eza. Aku terlalu sibuk melayaninya, tapi lupa untuk bersikap seakan aku siap untuk pindah dunia bersamanya.

Semoga belum terlambat, Mas.. Aku ingin tinggal di dunia tempat kamu berada dan hidup.

"Rani, Gimana kalau kamu kerja aja?"

...****************...

🌼 Happy reading 🌼

Like, komen, vote, dan kasih gift yaa.. reader baik kesayangan othooor 😘

Terpopuler

Comments

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

pantau terus suamimu Rani... karena suamimu sdh mulai mendua...sedih banget 😢

2021-12-17

1

Lilis Farida

Lilis Farida

makin keren aja nih authornya....semangaaaat

2021-12-11

1

bubu riri

bubu riri

berasa baca 1 cerita dari tiga sisi masing-masing tokohnyA.. kerenn thoorr

2021-11-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!