Vedra menghela napas berat begitu keluar dari kamar ibunya yang masih sibuk menghitung hasil angpao dari para tamu. Vedra yang tadinya ingin tetap melanjutkan pernikahan ini dengan tujuan untuk mendapatkan uang angpao harus berakhir dengan tangan hampa lantaran ibunya mengambil semua uang angpao tersebut.
Pria itu memasuki kamarnya dan tersentak kaget melihat Verda yang nampak sedang kesulitan untuk membuka gaun yang dikenakannya.
"Ved, tolong bantu aku, sepertinya ritsleting gaunku tersangkut," pinta Verda.
"Baik," sahut Vedra.
Entah mengapa Vedra merasa begitu tegang, tidak, lebih tepatnya luar biasa tegang. Gaun yang dikenakan oleh Verda benar-benar menunjukkan punggung mulus wanita itu. Ritsleting pada bagian dekat pinggang memang tersangkut. Vedra berjongkok di belakang Verda, mencoba melepas bagian yang tersangkut.
"Jangan disentak ya, nanti gaunku robek," Verda mewanti-wanti.
"Ya, aku tidak akan melakukannya," sahut Vedra. Nanti kau minta ganti rugi lagi!
Verda terkesiap saat tangan pria itu menyentuh pinggangnya, mengakibatkan tubuh Verda oleng.
"Kyaa!" tubuh Verda limbung.
Vedra dengan sigap menangkap tubuh Verda, mereka berdua terhempas di atas tempat tidur yang bergoyang.
"Woaaa!" mereka kembali berseru.
Bruuk....!
Dipan itu ambruk dan mereka berdua terjerembab di atas kasur berbahan kapuk.
"Aduduuh!!" Verda mengaduh kesakitan.
Perlahan Verda bangkit, ia menatap Vedra yang terlihat mematung.
Tok..Tok..!
Ketukan pintu kamar membuat Verda terlonjak kaget.
"Ved, kau baik-baik saja?" teriakan seseorang dari arah luar kamar Vedra.
Tok..Tok..Tok..Tok..!
Ketukan pintu yang terdengar seperti gedoran itu membuat Verda seketika panik. Vedra melihat keanehan yang mulai terjadi pada Verda. Wanita itu terlihat menutup kedua telinganya dan kembali merosot.
Vedra segera membuka pintu kamarnya.
"Tidak apa-apa!" sahut Vedra. "Sudah pergi sana, jangan gedor-gedor begitu!" usir Vedra kepada sepupunya yang berkeliaran di sekitar kamarnya.
"Bah, dasar penganten baru!" cibir mereka.
Vedra menutup pintu kamarnya, ia melihat Verda memeluk lutut di sudut kamar, tubuhnya gemetaran hebat seperti yang terjadi sebelumnya.
"Verda? Apa kau baik-baik saja?" tanya Vedra.
Tubuh Verda masih bergetar hebat, intensitasnya kini jauh lebih besar daripada sesaat sebelum acara resepsi berlangsung.
"Verda?" Vedra menghampiri Verda dan mengambil tangan wanita itu.
"Tidak! Jangan! Jangan sentuh aku!" teriak Verda menyentak tangan Vedra.
Wanita itu kembali memeluk lututnya sambil menutup kedua telinganya, lalu mulai menangis.
"Verda, tenanglah, tenang! Ini aku Vedra! Aku tidak akan menyakitimu, oke?" Vedra membuka tangan Verda.
Posisi Verda yang duduk sambil memeluk lutut sungguh membuat wanita itu seakan kesulitan untuk bernapas.
"Sekarang bernapaslah yang baik," perintah Vedra dengan suara baritonnya.
"Le-lepaskan a-aku," Verda tergagap dalam tangisnya.
"Baik, aku akan melepaskanmu, tapi kau harus tenang dulu, oke, sekarang bernapaslah yang baik dengan perlahan," lanjut Vedra.
Verda menarik napasnya, tubuhnya masih menggigil ketakutan. Vedra merasakan tangan Verda menggenggamnya sangat erat.
"Verda?" tanya Vedra menggoyangkan tangan Verda.
Verda mengembuskan napasnya secara perlahan, berulang-ulang hingga kondisinya berangsur-angsur lebih tenang.
"Verda? Apa kau baik-baik saja sekarang?" tanya Vedra sambil menatap Verda.
Dari sorot matanya terlihat pria itu sedang mencemaskan Verda. Verda yang sudah lebih tenang segera melepaskan tangan Vedra.
"Hm, ya, aku baik-baik saja," ujarnya.
"Tapi aku rasa kau tidak baik-baik saja," kata Vedra dengan nada penuh selidik.
"Aku baik-baik saja, Ved, aku hanya merasa lelah. Aku rasa mandi air hangat akan membuatku lebih rileks," sahut Verda.
"Baiklah, aku akan menyiapkan air hangat untukmu," kata Vedra.
Vedra terhenti di ambang pintu, ia membuka pintu kamarnya lebar-lebar. Entah mengapa ia merasa bahwa Verda terkena serangan panik saat mendengar gedoran pintu.
Verda termenung, lagi-lagi ia merasa tidak bisa mengendalikan rasa takutnya ketika mendengar suara pintu yang digedor dari luar. Entah bagaimana caranya untuk menghilangkan rasa traumanya pada gedoran pintu yang membuatnya seketika menjadi lemah.
Verda segera memakai jubah mandinya karena gaunnya sudah bisa dilepas.
"Verda, aku sudah menyiapkan air hangat di kamar mandi, kau bisa mandi lebih dulu," kata Vedra.
"Terima kasih," sahut Verda.
Verda segera melangkah keluar kamar menuju ke kamar mandi yang ada di dekat dapur. Verda merasa was-was, matanya berkeliling menyusuri bangunan rumah yang terbuat dari kayu ulin. Dapur itu besar dengan perabot yang sederhana.
Verda memasuki kamar mandi dengan pencahayaan dari lampu pijar mungil, membuat suasana kamar mandi itu terkesan horor. Verda mencelupkan tangannya pada dua ember berisi air hangat. Verda mengulas senyumnya, ia sungguh tidak menyangka bahwa Vedra sungguh menyiapkan air hangat untuknya.
...*****...
Vedra menunggu di depan pintu kamar mandi. Saat ini ia merasa harus mengawasi Verda yang entah mengapa sungguh bersikap aneh. Secara mendadak wanita itu mengalami serangan panik. Bukan satu kali, tapi dua kali di hadapan Vedra. Memang sebelumnya Vedra menjulukinya ratu drama. Hanya saja, melihat wanita itu mengalami serangan panik jujur membuat Vedra jadi mencemaskannya.
Bagaimana jika wanita itu mengalami serangan panik lalu tewas seketika?
Sungguh tidak lucu sekali kan, masih di suasana pernikahan, mendadak harus ada acara pemakaman?
Vedra mengusap layar gawai cerdasnya, ia baru sempat mengecek pesan yang masuk dan membaca satu per satu. Kebanyakan pesan yang masuk berisi percakapan grup yang membahas pekerjaan.
Vedra menghela napas berat, sebentar lagi ia akan mengundurkan diri dari perusahaan yang sudah mempekerjakannya selama hampir tiga tahun. Pekerjaan yang sungguh menyita waktu, pikiran, dan tenaganya.
Kemudian ia juga membuka pesan terakhir dari Silvia. Jauh di dalam lubuk hatinya, Vedra jelas masih belum bisa menerima kenyataan bahwa ia dan Silvia tidak berakhir di pelaminan.
Jika saja rencana yang telah disusunnya berjalan dengan semestinya, Vedra baru akan membawa Silvia ke kampungnya dua hari setelah mereka menikah. Namun karena bukan Silvia yang menjadi pengantinnya, dan Verda tidak bisa mengambil cuti, maka acara ngunduh mantu harus dilaksanakan hari ini.
Rencananya besok pagi Vedra dan Verda harus kembali ke kota.
"Kyaa!"
Vedra terkejut mendengar seruan dari dalam kamar mandi.
"Verda?! Ada apa?!" seru Vedra.
"Vedra! Tolong!" seru Verda.
"Iya, buka dulu pintunya," sahut Vedra.
"Ved! Aku butuh handuk! Aku butuh handuk!" seru Verda terdengar panik.
"Ya, akan kuambilkan handuk!" sahut Vedra.
Vedra bergegas kembali ke kamar dan mengambil handuk dari dalam kopernya lalu bergegas kembali ke depan pintu kamar mandi.
"Ini aku bawa handuk!" seru Vedra.
Verda membuka pintu, tangan wanita itu menggapai-gapai dari celah pintu, mengambil handuk yang disodorkan Vedra.
Verda mengambil handuk yang diberikan Vedra lalu melilitkan di tubuhnya, setelah itu ia langsung berlari keluar dari kamar mandi, tubuhnya membentur keras tubuh Vedra.
"Aduduh!" seru mereka bersamaan.
"Ada apa, Verda? Kau sungguh membuatku kaget!"
"Itu, ada kecoa di handuk yang kugantung!" tunjuk Verda.
"Ya ampun, hanya kecoa saja," gerutu Vedra.
"Kecoanya besar sekali! Dan terbang-terbang begitu!" keluh Verda.
Vedra memasuki kamar mandi, Verda mengikuti di belakang.
"Di mana kecoanya? Tidak ada kecoa. Kau mungkin salah lihat," kata Vedra.
"Tidak, aku tidak mungkin salah lihat, itu kecoanya di handukku!" Tunjuk Verda.
Vedra mengambil handuk yang tergantung di sudut kamar mandi, menyentak handuk kimono berwarna putih itu dengan cepat.
"Tuh, tidak a..," ucapan Vedra terhenti saat melihat seekor kecoa yang hinggap di bahu Verda.
Kecoa itu mulai turun menyusuri handuk yang dikenakan Verda.
"Kyaa!!" jerit Verda begitu histeris, melempar cepat handuk yang ia kenakan ke lantai.
Vedra dengan cepat langsung menarik Verda ke dalam pelukannya sekaligus menutup pintu kamar mandi. Ia tentu tidak boleh membiarkan wanita itu kabur tanpa busana dan menghebohkan semua orang.
"Sst! Tenang, Verda," desis Vedra.
"Kyaa! Kecoa!!" seru Verda begitu panik, ia melompat dalam pelukan Vedra.
Vedra terkesiap karena kedua kaki Verda melingkar di pinggangnya. Posisi mereka akhirnya membuat junior Vedra ikut menegang.
Oh, tidak! Vedra mengumpat dalam hati.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Lee
Mampir lgi ya kak...
2022-03-13
0
kapaloleng
pertama baca bingung antara verda sama verda...sekarang sich udah fokus dan menikmati alurnya. semangat ka👍
2021-12-12
1
Hannah Nisa
tahan bgt si vedr, sabar wkwkw
2021-12-12
1