LeMin - 020

Vedra menghela napas berat begitu keluar dari kamar ibunya yang masih sibuk menghitung hasil angpao dari para tamu. Vedra yang tadinya ingin tetap melanjutkan pernikahan ini dengan tujuan untuk mendapatkan uang angpao harus berakhir dengan tangan hampa lantaran ibunya mengambil semua uang angpao tersebut.

Pria itu memasuki kamarnya dan tersentak kaget melihat Verda yang nampak sedang kesulitan untuk membuka gaun yang dikenakannya.

"Ved, tolong bantu aku, sepertinya ritsleting gaunku tersangkut," pinta Verda.

"Baik," sahut Vedra.

Entah mengapa Vedra merasa begitu tegang, tidak, lebih tepatnya luar biasa tegang. Gaun yang dikenakan oleh Verda benar-benar menunjukkan punggung mulus wanita itu. Ritsleting pada bagian dekat pinggang memang tersangkut. Vedra berjongkok di belakang Verda, mencoba melepas bagian yang tersangkut.

"Jangan disentak ya, nanti gaunku robek," Verda mewanti-wanti.

"Ya, aku tidak akan melakukannya," sahut Vedra. Nanti kau minta ganti rugi lagi!

Verda terkesiap saat tangan pria itu menyentuh pinggangnya, mengakibatkan tubuh Verda oleng.

"Kyaa!" tubuh Verda limbung.

Vedra dengan sigap menangkap tubuh Verda, mereka berdua terhempas di atas tempat tidur yang bergoyang.

"Woaaa!" mereka kembali berseru.

Bruuk....!

Dipan itu ambruk dan mereka berdua terjerembab di atas kasur berbahan kapuk.

"Aduduuh!!" Verda mengaduh kesakitan.

Perlahan Verda bangkit, ia menatap Vedra yang terlihat mematung.

Tok..Tok..!

Ketukan pintu kamar membuat Verda terlonjak kaget.

"Ved, kau baik-baik saja?" teriakan seseorang dari arah luar kamar Vedra.

Tok..Tok..Tok..Tok..!

Ketukan pintu yang terdengar seperti gedoran itu membuat Verda seketika panik. Vedra melihat keanehan yang mulai terjadi pada Verda. Wanita itu terlihat menutup kedua telinganya dan kembali merosot.

Vedra segera membuka pintu kamarnya.

"Tidak apa-apa!" sahut Vedra. "Sudah pergi sana, jangan gedor-gedor begitu!" usir Vedra kepada sepupunya yang berkeliaran di sekitar kamarnya.

"Bah, dasar penganten baru!" cibir mereka.

Vedra menutup pintu kamarnya, ia melihat Verda memeluk lutut di sudut kamar, tubuhnya gemetaran hebat seperti yang terjadi sebelumnya.

"Verda? Apa kau baik-baik saja?" tanya Vedra.

Tubuh Verda masih bergetar hebat, intensitasnya kini jauh lebih besar daripada sesaat sebelum acara resepsi berlangsung.

"Verda?" Vedra menghampiri Verda dan mengambil tangan wanita itu.

"Tidak! Jangan! Jangan sentuh aku!" teriak Verda menyentak tangan Vedra.

Wanita itu kembali memeluk lututnya sambil menutup kedua telinganya, lalu mulai menangis.

"Verda, tenanglah, tenang! Ini aku Vedra! Aku tidak akan menyakitimu, oke?" Vedra membuka tangan Verda.

Posisi Verda yang duduk sambil memeluk lutut sungguh membuat wanita itu seakan kesulitan untuk bernapas.

"Sekarang bernapaslah yang baik," perintah Vedra dengan suara baritonnya.

"Le-lepaskan a-aku," Verda tergagap dalam tangisnya.

"Baik, aku akan melepaskanmu, tapi kau harus tenang dulu, oke, sekarang bernapaslah yang baik dengan perlahan," lanjut Vedra.

Verda menarik napasnya, tubuhnya masih menggigil ketakutan. Vedra merasakan tangan Verda menggenggamnya sangat erat.

"Verda?" tanya Vedra menggoyangkan tangan Verda.

Verda mengembuskan napasnya secara perlahan, berulang-ulang hingga kondisinya berangsur-angsur lebih tenang.

"Verda? Apa kau baik-baik saja sekarang?" tanya Vedra sambil menatap Verda.

Dari sorot matanya terlihat pria itu sedang mencemaskan Verda. Verda yang sudah lebih tenang segera melepaskan tangan Vedra.

"Hm, ya, aku baik-baik saja," ujarnya.

"Tapi aku rasa kau tidak baik-baik saja," kata Vedra dengan nada penuh selidik.

"Aku baik-baik saja, Ved, aku hanya merasa lelah. Aku rasa mandi air hangat akan membuatku lebih rileks," sahut Verda.

"Baiklah, aku akan menyiapkan air hangat untukmu," kata Vedra.

Vedra terhenti di ambang pintu, ia membuka pintu kamarnya lebar-lebar. Entah mengapa ia merasa bahwa Verda terkena serangan panik saat mendengar gedoran pintu.

Verda termenung, lagi-lagi ia merasa tidak bisa mengendalikan rasa takutnya ketika mendengar suara pintu yang digedor dari luar. Entah bagaimana caranya untuk menghilangkan rasa traumanya pada gedoran pintu yang membuatnya seketika menjadi lemah.

Verda segera memakai jubah mandinya karena gaunnya sudah bisa dilepas.

"Verda, aku sudah menyiapkan air hangat di kamar mandi, kau bisa mandi lebih dulu," kata Vedra.

"Terima kasih," sahut Verda.

Verda segera melangkah keluar kamar menuju ke kamar mandi yang ada di dekat dapur. Verda merasa was-was, matanya berkeliling menyusuri bangunan rumah yang terbuat dari kayu ulin. Dapur itu besar dengan perabot yang sederhana.

Verda memasuki kamar mandi dengan pencahayaan dari lampu pijar mungil, membuat suasana kamar mandi itu terkesan horor. Verda mencelupkan tangannya pada dua ember berisi air hangat. Verda mengulas senyumnya, ia sungguh tidak menyangka bahwa Vedra sungguh menyiapkan air hangat untuknya.

...*****...

Vedra menunggu di depan pintu kamar mandi. Saat ini ia merasa harus mengawasi Verda yang entah mengapa sungguh bersikap aneh. Secara mendadak wanita itu mengalami serangan panik. Bukan satu kali, tapi dua kali di hadapan Vedra. Memang sebelumnya Vedra menjulukinya ratu drama. Hanya saja, melihat wanita itu mengalami serangan panik jujur membuat Vedra jadi mencemaskannya.

Bagaimana jika wanita itu mengalami serangan panik lalu tewas seketika?

Sungguh tidak lucu sekali kan, masih di suasana pernikahan, mendadak harus ada acara pemakaman?

Vedra mengusap layar gawai cerdasnya, ia baru sempat mengecek pesan yang masuk dan membaca satu per satu. Kebanyakan pesan yang masuk berisi percakapan grup yang membahas pekerjaan.

Vedra menghela napas berat, sebentar lagi ia akan mengundurkan diri dari perusahaan yang sudah mempekerjakannya selama hampir tiga tahun. Pekerjaan yang sungguh menyita waktu, pikiran, dan tenaganya.

Kemudian ia juga membuka pesan terakhir dari Silvia. Jauh di dalam lubuk hatinya, Vedra jelas masih belum bisa menerima kenyataan bahwa ia dan Silvia tidak berakhir di pelaminan. 

Jika saja rencana yang telah disusunnya berjalan dengan semestinya, Vedra baru akan membawa Silvia ke kampungnya dua hari setelah mereka menikah. Namun karena bukan Silvia yang menjadi pengantinnya, dan Verda tidak bisa mengambil cuti, maka acara ngunduh mantu harus dilaksanakan hari ini. 

Rencananya besok pagi Vedra dan Verda harus kembali ke kota. 

"Kyaa!" 

Vedra terkejut mendengar seruan dari dalam kamar mandi.

"Verda?! Ada apa?!" seru Vedra.

"Vedra! Tolong!" seru Verda.

"Iya, buka dulu pintunya," sahut Vedra.

"Ved! Aku butuh handuk! Aku butuh handuk!" seru Verda terdengar panik.

"Ya, akan kuambilkan handuk!" sahut Vedra.

Vedra bergegas kembali ke kamar dan mengambil handuk dari dalam kopernya lalu bergegas kembali ke depan pintu kamar mandi.

"Ini aku bawa handuk!" seru Vedra.

Verda membuka pintu, tangan wanita itu menggapai-gapai dari celah pintu, mengambil handuk yang disodorkan Vedra.

Verda mengambil handuk yang diberikan Vedra lalu melilitkan di tubuhnya, setelah itu ia langsung berlari keluar dari kamar mandi, tubuhnya membentur keras tubuh Vedra.

"Aduduh!" seru mereka bersamaan.

"Ada apa, Verda? Kau sungguh membuatku kaget!"

"Itu, ada kecoa di handuk yang kugantung!" tunjuk Verda.

"Ya ampun, hanya kecoa saja," gerutu Vedra.

"Kecoanya besar sekali! Dan terbang-terbang begitu!" keluh Verda.

Vedra memasuki kamar mandi, Verda mengikuti di belakang.

"Di mana kecoanya? Tidak ada kecoa. Kau mungkin salah lihat," kata Vedra.

"Tidak, aku tidak mungkin salah lihat, itu kecoanya di handukku!" Tunjuk Verda.

Vedra mengambil handuk yang tergantung di sudut kamar mandi, menyentak handuk kimono berwarna putih itu dengan cepat.

"Tuh, tidak a..," ucapan Vedra terhenti saat melihat seekor kecoa yang hinggap di bahu Verda.

Kecoa itu mulai turun menyusuri handuk yang dikenakan Verda.

"Kyaa!!" jerit Verda begitu histeris, melempar cepat handuk yang ia kenakan ke lantai.

Vedra dengan cepat langsung menarik Verda ke dalam pelukannya sekaligus menutup pintu kamar mandi. Ia tentu tidak boleh membiarkan wanita itu kabur tanpa busana dan menghebohkan semua orang.

"Sst! Tenang, Verda," desis Vedra.

"Kyaa! Kecoa!!" seru Verda begitu panik, ia melompat dalam pelukan Vedra.

Vedra terkesiap karena kedua kaki Verda melingkar di pinggangnya. Posisi mereka akhirnya membuat junior Vedra ikut menegang.

Oh, tidak! Vedra mengumpat dalam hati.

...*****...

Terpopuler

Comments

Lee

Lee

Mampir lgi ya kak...

2022-03-13

0

kapaloleng

kapaloleng

pertama baca bingung antara verda sama verda...sekarang sich udah fokus dan menikmati alurnya. semangat ka👍

2021-12-12

1

Hannah Nisa

Hannah Nisa

tahan bgt si vedr, sabar wkwkw

2021-12-12

1

lihat semua
Episodes
1 LeMin - 001
2 Lemin - 002
3 LeMin - 003
4 LeMin - 004
5 LeMin - 005
6 LeMin - 006
7 LeMin - 007
8 LeMin - 008
9 LeMin - 009
10 LeMin - 010
11 LeMin - 011
12 LeMin - 012
13 LeMin - 013
14 LeMin - 014
15 LeMin - 015
16 LeMin - 016
17 LeMin - 017
18 LeMin - 018
19 LeMin - 019
20 LeMin - 020
21 Pengumuman
22 LeMin - 021
23 LeMin - 022
24 LeMin - 023
25 LeMin - 024
26 LeMin - 025
27 LeMin - 026
28 LeMin - 027
29 LeMin - 028
30 LeMin - 029
31 LeMin - 030
32 LeMin - 031
33 LeMin - 032
34 LeMin - 033
35 LeMin - 034
36 LeMin - 035
37 LeMin - 036
38 LeMin - 037
39 LeMin - 038
40 LeMin - 039
41 LeMin - 040
42 LeMin - 041
43 LeMin - 042
44 LeMin - 043
45 LeMin - 044
46 LeMin - 045
47 LeMin - 046
48 LeMin - 047
49 LeMin - 048
50 LeMin - 049
51 LeMin - 050
52 LeMin - 051
53 LeMin - 052
54 LeMin - 053
55 LeMin - 054
56 LeMin - 055
57 LeMin - 056
58 LeMin - 057
59 LeMin - 058
60 LeMin - 059
61 LeMin - 060
62 LeMin - 061
63 Lemin - 062
64 LeMin - 063
65 LeMin - 064
66 LeMin - 065
67 LeMin - 066
68 LeMin - 067
69 LeMin - 068
70 LeMin - 069
71 LeMin - 070
72 LeMin - 071
73 LeMin - 072
74 LeMin - 073
75 LeMin - 074
76 LeMin - 075
77 LeMin - 076
78 LeMin - 077
79 LeMin - 078
80 LeMin - 079
81 LeMin - 080
82 LeMin - 081
83 LeMin - 082
84 LeMin - 083
85 LeMin - 084
86 LeMin - 085
87 LeMin - 086
88 LeMin - 087
89 LeMin - 088
90 LeMin - 089
91 LeMin - 090
92 LeMin - 091
93 LeMin - 092
94 LeMin - 093
95 LeMin - 094
96 LeMin - 095
97 LeMin - 096
98 LeMin - 097
99 LeMin - 098
100 LeMin - 099
101 LeMin - 100
102 Pengumuman persiapan season dua
103 Pengumuman
Episodes

Updated 103 Episodes

1
LeMin - 001
2
Lemin - 002
3
LeMin - 003
4
LeMin - 004
5
LeMin - 005
6
LeMin - 006
7
LeMin - 007
8
LeMin - 008
9
LeMin - 009
10
LeMin - 010
11
LeMin - 011
12
LeMin - 012
13
LeMin - 013
14
LeMin - 014
15
LeMin - 015
16
LeMin - 016
17
LeMin - 017
18
LeMin - 018
19
LeMin - 019
20
LeMin - 020
21
Pengumuman
22
LeMin - 021
23
LeMin - 022
24
LeMin - 023
25
LeMin - 024
26
LeMin - 025
27
LeMin - 026
28
LeMin - 027
29
LeMin - 028
30
LeMin - 029
31
LeMin - 030
32
LeMin - 031
33
LeMin - 032
34
LeMin - 033
35
LeMin - 034
36
LeMin - 035
37
LeMin - 036
38
LeMin - 037
39
LeMin - 038
40
LeMin - 039
41
LeMin - 040
42
LeMin - 041
43
LeMin - 042
44
LeMin - 043
45
LeMin - 044
46
LeMin - 045
47
LeMin - 046
48
LeMin - 047
49
LeMin - 048
50
LeMin - 049
51
LeMin - 050
52
LeMin - 051
53
LeMin - 052
54
LeMin - 053
55
LeMin - 054
56
LeMin - 055
57
LeMin - 056
58
LeMin - 057
59
LeMin - 058
60
LeMin - 059
61
LeMin - 060
62
LeMin - 061
63
Lemin - 062
64
LeMin - 063
65
LeMin - 064
66
LeMin - 065
67
LeMin - 066
68
LeMin - 067
69
LeMin - 068
70
LeMin - 069
71
LeMin - 070
72
LeMin - 071
73
LeMin - 072
74
LeMin - 073
75
LeMin - 074
76
LeMin - 075
77
LeMin - 076
78
LeMin - 077
79
LeMin - 078
80
LeMin - 079
81
LeMin - 080
82
LeMin - 081
83
LeMin - 082
84
LeMin - 083
85
LeMin - 084
86
LeMin - 085
87
LeMin - 086
88
LeMin - 087
89
LeMin - 088
90
LeMin - 089
91
LeMin - 090
92
LeMin - 091
93
LeMin - 092
94
LeMin - 093
95
LeMin - 094
96
LeMin - 095
97
LeMin - 096
98
LeMin - 097
99
LeMin - 098
100
LeMin - 099
101
LeMin - 100
102
Pengumuman persiapan season dua
103
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!