KETIKA CINTA PERTAMA KANDAS DI TENGAH JALAN
Sang mentari pagi mulai menyapa. Cuaca pagi yang sangat cerah. Tapi tidak secerah hati Dinda. Dinda yang sudah dua minggu ini yang seharusnya sudah berada di tempat kerjanya, sekarang hanya tinggal di rumah saja. Karena bermasalah dengan kesehatannya.
Dinda ingin menggerakkan tubuhnya dengan menyapu halaman depan rumahnya. Tiba-tiba muncul Adam dengan sepeda motornya, berhenti di depan gerbang.
"Hai Din," sapa Adam sambil turun dari sepeda motor. Membuat Dinda kaget
Dinda menoleh ke arah sumber suara.
"Pak Adam ..." senyum merekah di bibir Dinda menyambut kedatangan Adam. Hati Dinda sangat berbunga-bunga dengan hadirnya Adam di depan matanya.
Mimpi apa semalam kamu Din, sepagi ini didatangi Adam, pria yang memberikan perhatian kepadamu selama ini. Pria yang kamu rindukan. Tapi Dinda pikir selama ini Adam hanya menganggapnya sebagai teman biasa saja.
Jadi Dinda tidak ingin berpikir yang macam-macam. Takut patah hati. Tapi sebenarnya jantung Dinda sudah mau melompat keluar, saking senangnya.
Karena walaupun Dinda sakit dan sudah nggak kerja, masih ada teman yang peduli dan mau datang mengunjungi nya ke rumah.
Dinda menghentikan menyapu halaman rumah nya, dan mempersilakan Adam duduk di kursi teras.
"Pak Adam dari mana?" Tanya Dinda setelah sama-sama duduk di kursi teras.
"Aku dari teluk Din, terus pas balik, aku lihat ada kamu, ya aku sekalian mampir saja." Sahut Adam sambil memperhatikan Dinda.
'Hm, cuma lewat saja ternyata, aku pikir memang datang untuk mengunjungiku,' gumam Dinda dalam hati dengan sedikit kecewa.
"Bagaimana keadaanmu sekarang, Din? Sudah sehatkah belum?" Tanya Adam.
'Nanyain keadaanku? Nggak salah dengar nih aku?" Dinda mencoba mencubit lengannya sendiri, antara percaya dan tidak.
'Perhatian juga dia sama aku." Guman Dinda dalam hati.
"Sebenarnya sudah sehat sih pak, tapi terkadang juga suka kambuh, bagaimana ya ... aku sendiri nggak mengerti dengan penyakit ini," jawab Dinda dengan sedikit murung.
Tapi pandangan mata Adam tidak mau lepas dari Dinda.
Membuat Dinda merasa kikuk.
"Pak, aku ke dalam dul ... u ..." Dinda akan berdiri dari duduknya, tapi Adam memotong kalimat Dinda dan menahannya untuk tidak beranjak dari tempat duduknya, dan dengan refleks tangan Adam memegang tangan Dinda.
'Din, kamu tahu nggak sih, aku tuh kangen sama kamu?' jerit Adam dalam hati.
"Ada apa pak?" Tanya Dinda yang nggak mengerti mengapa tiba-tiba Adam memegang tangannya.
Tapi itu mampu membuat jantung Dinda berdetak dengan lebih cepat dan tersipu.
Dinda melihat ke arah tangannya yang dipegang Adam.
Dengan wajah kaget karena tidak sadar dengan apa yang dilakukannya, Adam juga melihat ke arah tatapan mata Dinda. Kemudian melepaskan tangan Dinda dari genggamannya dengan pelan.
Dinda menundukkan wajahnya yang mungkin sudah memerah seperti kepiting rebus.
Setelah melepas genggaman tangannya, Adam dengan tersenyum menghiasi bibirnya, memandang ke wajah Dinda yang tertunduk dan memerah.
"Pak Adam mau minum apa, kopi atau teh?" Tanya Dinda untuk menghindari tatapan mata Adam.
"Teh saja Din." Sahut Adam terpaksa harus melepas kepergian Dinda untuk masuk ke dalam rumah.
'Din, mengapa sih kamu bikin aku seperti ini? Membuat aku ingin selalu dekat dengan kamu? Aku merasa nyaman di dekatmu, Din!" Teriak Adam dalam hati.
Dinda berlalu dan masuk ke dapur untuk membuatkan teh Adam.
"Kenapa sih pak Adam pegang-pegang tanganku segala? Tahu nggak sih mas, jantungku sudah mau copot saja nih!" Gumam Dinda.
Selang tidak lama, Dinda ke teras dengan membawa secangkir teh. Ditaruhnya di atas meja yang ada di antara tempat duduk antara Adam dan Dinda.
"Dinda, kapan kamu masuk kerja lagi?" Tanya Adam setelah Dinda duduk di kursinya.
"Kepingin masuk kerja lagi sih, tapi apa masih boleh? Karena aku sudah lama nggak masuk kerja dan tanpa izin lagi. Jangan-jangan aku sudah dikeluarkan?" Sahut Dinda.
"Nggak dikeluarkan tuh, soalnya masih ada daftar namamu di sana." Jelas Adam.
"Iyakah?" Tanya Dinda untuk memastikan.
"Ya iyalah. Kalau kamu nggak percaya, ayo kita ke kantor sekarang!" Ajak Adam untuk meyakinkan keraguan Dinda.
"Iya deh. Sekarang ya ke kantornya," harap Dinda. Dilihatnya wajah Adam yang penuh keyakinan itu.
"Iya." Sahut Adam sambil mengangguk dan menoleh ke arah Dinda dengan tersenyum.
"Kalau begitu aku masuk ke dalam dulu, mau persiapan dan ganti baju." Kata Dinda dengan semangat.
Lalu Dinda beranjak dari kursinya dan berjalan menuju ke kamarnya untuk mengganti bajunya dengan sweater warna putih berlengan panjang dan dipadu dengan celana jean panjang berwarna biru dongker.
Dipoles wajahnya dengan make up yang tipis-tipis saja dan menyapu bibirnya dengan lip glos. Karena Dinda tidak menyukai make up yang tebal dan menor. Disisir dan diikatnya rambut panjangnya yang bergelombang itu.
Setelah semuanya beres, Dinda keluar dari dalam kamarnya dan menuju ke teras.
Dilihatnya Adam yang masih duduk dengan setia menunggunya.
"Sudah Din? Berangkat sekarang?" Tanya Adam kepada Dinda yang kelihatan sudah siap.
Dinda menganggukkan kepala sebagai jawaban dari pertanyaan Adam.
Mereka berdua berboncengan menuju ke kantor.
Di tengah perjalanan,
'Ya Tuhan, mengapa pak Adam baik banget sama aku? Bahkan tidak hanya baik. Pak Adam juga memberi perhatian kepadaku.
Ah jangan kegeeran Din, pak Adam juga perhatian kok dengan teman-teman wanita nya yang lain, mungkin memang sudah sifat dari pak Adam begitu. Terkadang saat kulihat kebersamaan pak Adam dengan teman wanita lainnya, membuatku bagaimana ya ... seperti iri.
Aduh! Kenapa juga aku harus nggak senang atau iri? Itu nggak boleh Din, hilangkan semua pikiranmu yang seperti itu! Fokus saja pada kesehatan dan kerja! Fokus! Fokus!'
Dinda yang berada di boncengan belakang bergumam sendiri.
Tiba-tiba Dinda dikagetkan dengan Adam yang sedang memboncengnya di depan membuka suara,
"Din, teman-teman semua kangen loh sama kamu."
"Iyakah pak? Siapa saja?"
Sebelum Adam menjawab pertanyaan Dinda,
"Din bolehkan motornya berjalan agak kencang?"
"Ya boleh saja, supaya cepat sampai." jawab Dinda.
"Pegangan dong Din! Aku takut kamu jatuh loh kalau motornya jalannya lebih laju." Pinta Adam.
"Aku dari tadi sudah berpegangan." Jawab Dinda.
"Sudah berpegangan? Berpegangan apa?" Tanya Adam.
Dinda bingung mau menjawab apa, padahal dari tadi Dinda memang juga sudah berpegangan. Yaitu berpegangan dengan bajunya Adam.
"Berpegangan bajunya pak Adam." jawab Dinda lirih di dekat telinga Adam. Membuat Adam tersenyum geli.
"Kok pegangan baju sih Din?"
Adam meminggirkan motornya dan berhenti.
"Kenapa berhenti?" Tanya Dinda bingung.
Adam membetulkan letak tangan Dinda untuk berpegangan.
"Apaan ini pak! Kok begini? Pak Adam mencari kesempatan ya?" Dinda bertanya dengan wajah memerah dan sedikit kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Erni Fitriana
mampir thor
2024-08-03
0
Camut gemoy
hai kak aku mampir nih😊
Salam dari I'm a wife not a maid🙏
2022-02-13
1
Fiah msi probolinggo
hadir kak, maaf baru kasih fav dan nyuik bacanya ya
2022-01-13
0