***
Tiga bulan lalu,
Siang itu, Dinda berjalan dengan gontai dari kelas menuju ke gerbang sekolah dengan membawa map berwarna merah di tangan kanannya. Pikirannya melayang entah kemana, dia kelihatan resah.
Memikirkan ucapkan papanya. Karena papanya menginginkan Dinda untuk pergi keluar kota segera setelah ijazah sekolahnya keluar. Keinginan papanya sama sekali tidak sesuai dengan harapan Dinda selama ini, tapi Dinda tidak bisa mengelak keinginan papa nya.
Sebenarnya dinda setelah lulus sekolah, dia ingin mencari kerja di kota tempat kelahirannya, sambil melanjutkan studinya di perguruan tinggi, dengan biaya yang dicarinya sendiri. Dia tidak ingin merepotkan kedua orang tuanya.
"Dinda! Tunggu Din!" Rubiati yang baru saja keluar dari kelas, berlari mengejar Dinda yang sudah berada di depan gerbang sekolah.
"Hai, Rub!" Dinda menoleh ke arah sumber suara. Dilihatnya Rubi yang ada di belakang, berlari mengejarnya.
Dinda berhenti menunggu Rubi sampai ke tempatnya berdiri.
"Aduh Din, aku memanggilmu dari tadi. Kamu ada apa sih?"
Rubi penasaran dengan Dinda. Karena tidak biasanya Dinda bersikap seperti itu. Seperti sedang melamun memikirkan sesuatu.
"Oh... nggak apa-apa kok Rub, kamu kenapa memanggilku? Mau pulang bareng?"
Dinda mencoba menutupi keresahan hatinya dari Rubi. Tapi Rubi selalu tahu tentang Dinda, sahabat itu. Karena mereka sudah bersahabat kental sejak di bangku kelas satu SMK. Bahkan mereka selalu duduk bersama.
Lalu mereka berbalik berjalan menuju ke dalam pos satpam, yang kebetulan tidak ada seorangpun di sana. Mereka duduk di dalam pos satpam.
"Setelah lulus kamu mau kemana Din?"
Tanya Rubi kepada Dinda.
"Aku mau kerja Rub, papa aku menginginkan aku pergi keluar kota." Wajah Dinda tiba-tiba nampak murung.
Dan Rubi mengetahui perubahan pada wajah Dinda.
"Jadi itu yang menjadi masalahmu? Jika kamu keberatan kenapa kamu nggak bilang sama papa kamu? Kan, kamu memiliki cita-cita sendiri? Kamu bilang, kamu ingin melanjutkan kuliah sambil kerja di dekat-dekat sini saja, Din?"
Rubi sangat tidak tega melihat Dinda murung. Bagaimanapun juga Dinda dan Ruby sudah bersahabat sejak lama. Dan juga senasib se penanggungan.
"Tapi papa aku tidak ingin mendengarkan penjelasan aku, Rub. Papaku sangat keras. Ya jalan satu-satunya aku harus menuruti kemauan papaku. Aku tidak berani untuk membantah nya."
Keduanya terdiam beberapa saat. Masing-masing pikirannya melayang entah ke mana.
Tidak lama kemudian Dinda membuka suara, "Oh ya Rub, habis ini kamu melanjutkan ke mana?" Tanya Dinda kepada Rubi.
Dengan pasti Rubi menjawab, "Aku akan ke penampungan, Din. Aku ingin pergi ke luar negeri jadi TKI di Singapura."
"Jauhnya Rubi, kita berpisah dong. Meskipun kita berjauhan kita harus saling memberi kabar ya?" Ucap Dinda.
"Oke, itu pasti, Din," jawab Rubi.
Keduanya saling memandang.
Rubi memegang tangan Dinda, "Aku pasti akan merindukanmu, Dinda."
"Aku juga akan merindukanmu, Rubi,"
Kedua sahabat itu saling berpelukan.
"Hei! Kalian berdua lagi ngapain?" Tanya Ndari yang tiba-tiba sudah berada di dekat mereka.
Bersamaan dengan itu Yeni juga datang menghampiri. Lalu empat sekawan itu duduk memenuhi pos satpam yang terletak tepat di sebelah kanan gerbang sekolah itu.
Mereka saling bercerita tentang tujuan masing-masing setelah lulus dari sekolah.
Yeni sama seperti Rubi, dia akan mendaftarkan diri menjadi TKW. Dia ingin bekerja di singapura, yang saat ini sedang membutuhkan banyak karyawan untuk sebuah perusahaan elektronik.
Kalau Ndari, dia ingin dirumah saja, ingin membuka usaha toko kelontong. Katanya dia akan dimodali oleh tunangannya.
"Aku nggak kemana-mana. Aku dirumah saja. Sama tunanganku aku nggak boleh keluar. Sebenarnya sih aku ingin seperti kalian pergi ke luar negeri. Tapi tunangan aku selalu mengatur ku."
Ndari bicara dengan wajah yang sedikit murung.
"Kamu sih Ndar, belum lulus sekolah saja sudah bertunangan. Mending sekarang kamu menikah saja sama tunanganmu. Bereskan! Hidupmu ada yang menjamin. Kamu nggak perlu lagi mikir mau pergi ke mana atau mau kerja apa. "
Yeni bersungut-sungut menimpali ucapkan Ndari.
"Iya juga sih, tapi aku masih ingin bebas seperti kalian."
Jawab Ndari dengan wajah manjanya.
"Sudahlah Ndar, jalanin aja, kan sudah ketemu jodohmu."
Timpal Ruby dengan prengesan di bibirnya.
"Bener itu Ndari apa yang dikatakan Yeni sama Ruby, kalian suka sama suka kan? menurutku mending kalian segera ke penghulu saja deh, daripada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan."
Saran Dinda yang tidak ingin terjadi hal buruk terhadap Ndari.
"Iya Ndar, aku sering mendengar ada pepatah tuh yang mengatakan habis terima ijazah langsung pergi ijab syah, hehehe …"
Yeni menoel lengan Dinda, sambil matanya berkedip-kedip ke arah Ndari.
Dinda, Yeni dan Ruby tertawa cekikikan.
"Aku nunggu aja undangan dari Ndari. Siapa tahu Ndari ijaban sebelum aku berangkat ke luar kota hehehe …." Kata Dinda.
"Oh iya Ndar, cita-cita pengen punya anak berapa?" Tanya Ruby yang pertanyaannya tambah ngaco saja.
"Ah Kalian ini ada-ada saja yang kalian tanyakan! Aku belum ngapa-ngapain, pertanyaan kalian itu sudah macem-macem!"
Raut muka Ndari nampak kesal dan bersemu merah.
"Hahaha ... jangan marah dong Ndar, kita cuma bercanda kok." Nyinyir Dinda.
"Kamu beneran Din, mau meninggalkan kita semua? Terus kapan kita akan bertemu? Kapan kita akan berkumpul lagi seperti ini?"
Tanya Ndari dan Yeni hampir bersamaan.
"Ya begitulah, aku harus mengikuti keinginan papa aku. Aku nggak bisa membuatnya kecewa atau marah padaku." Dinda menjawab, lalu terdiam sesaat.
"Hey, rumahku tetap di sana. Kalian sewaktu-waktu bisa kok main ke sana! Pokoknya dimanapun kita berada, kita harus tetap saling memberi kabar ya?" Saran Dinda kepada teman-temannya.
"So itu pasti!" Timpal Ruby.
"Ya sudah yuk, sekarang kita pulang!"
Ajak Dinda pada teman-temannya.
Kemudian mereka berempat beranjak dari pos satpam. Mereka berjalan menuju keluar gerbang sekolah.
Dinda menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat keadaan jalanan, sedang ada kendaraan yang melintas atau tidak. Di saat jalan kelihatan sepi, mereka berempat berjalan memotong jalan raya.
Setelah sampai di seberang jalan, beberapa saat kemudian, berhentilah sebuah bus mini untuk membawa mereka menuju ke terminal.
Lima belas menit kemudian, mereka berempat turun dari bus mini yang mereka tumpangi tadi. Mereka sudah sampai di terminal kota. Setelah sampai di terminal mereka berempat duduk di sebuah bangku panjang yang kosong yang ada di sana. Menunggu lagi mobil angkot dan bis kota dengan arah dan tujuan masing-masing.
Ruby dan Ndari, menunggu mobil angkot yang sama arah dan tujuan, karena mereka bertetangga dekat. Sedangkan Dinda dan Yeni, karena satu arah mereka menunggu bus kota yang sama.
Tapi jarak rumah Dinda lebih jauh dari pada rumah Yeni. Yeni cukup setengah jam naik bis kota sudah sampai rumah. Sedangkan Dinda empat puluh lima menit perjalanan bis kota baru sampai di rumahnya.
Selang tidak lama mereka menunggu, mobil angkot maupun bis kota yang mereka nantikan telah ada.. Empat sekawan itu saling melambaikan tangan, akhirnya mereka berempat berpisah di situ.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Fiah msi probolinggo
semangat kak, ceritamu bagus
2022-01-13
0
Your name
Mungkin keinginan papahnya terlalu memaksa, tapi apa boleh buat, itu juga demi kebaikan Dinda. Orang tua menginginkan yang terbuat untuk anaknya.
Tapi yang sakit itu kalau berpisah di saat sayang- sayangnya Thor. sakit... banget.
2022-01-02
2
Nonny
dulu akrab,tp biasa klo dh pisah dh lupa realita seperti itu
2022-01-01
0