Tampaklah seorang gadis, dengan postur tubuh tinggi, berkulit kuning langsat, berusia 18 tahun, dengan mendorong sebuah tas koper, berjalan keluar dari bandara.
Dia berdiri di sebelah kiri pintu keluar. Ditaruh tas kopernya di sebelah kiri. Dibukanya sling bag yang menggantung di bahunya, lalu diambilnya handphone di dalam tas itu.
"Oh, ternyata ada telepon masuk dari mbak Yani beberapa kali nih," gumam Dinda dalam hati.
Disaat Dinda akan menelpon balik ke mbak Yani, tiba-tiba handphone Dinda berbunyi.
Yani menelponnya kembali, "Halo,"
"Halo mbak Yani," jawab Dinda
"Din, dimana kamu sekarang?" Tanya suara dari seberang.
"Aku sudah di bandara ini mbak," jawab Dinda.
"Di sebelah mana kamu sekarang, Din? Aku sama mas Nuel sudah di bandara menjemput kamu, Din. Kutunggu di dekat pintu keluar ya?"
"Oh iya kah? Iya mbak, aku akan ke sana!"
Dinda menutup pembicaraan melalui handphone, lalu memasukkan handphone ke dalam sling bagnya. Kemudian dia mendorong keluar tas kopernya menuju ke pintu keluar bandara.
Mbak Yani dan mas Nuel sudah terlihat oleh Dinda. Dinda berjalan mendekati mereka,
"Selamat datang Dinda, selamat datang di kota kami tinggal. Semoga betah ya nanti di sini," sambutan mas Nuel penuh dengan kehangatan.
"Aamiin. InsyaAllah," jawab Dinda dengan tersenyum tipis di bibirnya.
Mereka bertiga masuk ke dalam mobil taxi yang sudah di sewa untuk mengantarkan ke rumah kontrakan.
Mas Nuel adalah suami dari mbak Yani. Dan Mbak Yani kakak sepupu Dinda.
*****
Satu bulan kemudian,
Dinda diterima bekerja di salah satu perusahaan di kota itu. Sebuah perusahaan yang bergerak dibidang penanaman.
Dinda turun dari mobil dengan membawa tas ransel, berjalan menuju ke sebuah mess karyawan, lalu ditunjukkan oleh karyawan senior di perusahaan tersebut, di mana letak kamar Dinda.
Dinda begitu syok, melihat kamar yang akan ditempati nya. Kamar yang sangat tidak cocok untuk seorang perempuan.
Dalam hati Dinda bertanya, "Mengapa perusahaan tidak menghargai kaum wanita? Mengapa perusahaan menempatkan karyawan wanita satu ruangan tempat tidur dengan para karyawan pria?
Meskipun sama-sama sebagai karyawan di perusahaan itu seharusnya tempat tidur dipisahkan antara wanita dan kaum pria.
Menurutku sangat tidak etis dan tidak memiliki sopan santun!"
Dinda memperhatikan di sekelilingnya, dilihatnya para karyawan wanita yang ada di situ enjoy-enjoy saja dengan tempat tidur yang seruangan dengan kaum pria.
Sebenarnya Dinda sangat ngeri melihat itu, dan khawatir dengan keadaan dirinya sendiri. Dinda hanya bisa berdoa memohon kepada Allah untuk diberi perlindungan dan keselamatan.
Di sore hari seorang pria datang kepada mereka, pria itu bertanya,
"Bagaimana, apa kalian puas dan nyaman dengan tempat ini?"
Tanya pria itu kepada para karyawan wanita yang kebetulan sedang duduk berkumpul di depan mess.
"Ini suatu pertanyaan atau basa-basi atau memang memancing emosi kami?" batin Dinda.
"Sudah jelas tempat nya gak sesuai, masih ditanyakan?" emosi Dinda tapi cuma di dalam hati saja.
Dinda ingin memberi suaranya, tapi dia mawas diri juga, karena dia karyawan baru apalagi belum satu hari. Sementara Dinda melihat karyawan wanita lainnya santai-santai saja tuh.
"Yaaa... terpaksa dibuat nyaman, pak. Karena tempatnya hanya ini yang ada." Jawab wanita berambut keriting yang berdiri tiga meter dari Dinda. Seolah-olah menerima keadaan yang tidak adil itu.
Pria itu tidak enak hati lalu dia meninggalkan tempat itu.
Setelah waktu maghrib, para karyawan pergi ke kantin untuk makan malam.
Selang beberapa saat dari itu, Mas Nuel datang menghampiri Dinda yang sedang ngobrol dengan Isnani dan karyawan perempuan lainnya, di depan mess.
Mas Nuel memanggil Dinda untuk di ajak pergi ke kantor malam itu. Sampai di kantor, Dinda diperkenalkan dengan beberapa karyawan yang ada di sana.
"Perkenalkan namanya Dinda. Karyawan baru di sini." Kata mas Nuel memperkenalkan Dinda kepada teman-temannya yang ada di kantor itu.
"Wah ada masuk karyawan baru lagi ya, mantap nih!"
Ujar salah satu orang di kantor itu.
Mereka satu persatu menjabat tangan dengan Dinda dan memperkenalkan nama mereka masing-masing. Ada yang bernama Yono, Prasetya, Adam dan masih ada beberapa yang lainnya.
Ternyata pria yang datang ke mess tadi bernama Adam dia salah satu karyawan senior.
Di sore hari berikutnya, Adam datang lagi ke mess itu dan menanyakan hal yang sama dengan kemarin. lalu ada beberapa karyawan wanita mengeluhkan keadaan tempat tinggal mereka.
"Kamar perempuan harus dipisah dengan kamar laki-laki, pak!"
"Iya kalian yang sabar dulu ya untuk saat ini, semua suara kalian akan kami usulkan ke perusahaan, soalnya perusahaan masih baru berdiri, jadi masih darurat. Dan mess untuk wanita memang belum dibangun. Rencana akan dibangun secepatnya."
Adam menjelaskan supaya keadaan yang darurat ini bisa dimengerti dan dipahami oleh semua karyawan.
Lalu Adam keluar meninggalkan tempat itu.
"Pak Adam sering datang kesini sekarang, cari muka saja," kata salah satu karyawan pria.
"Ya mending begitu, mau memperhatikan dan datang mengecek keadaan karyawannya. Daripada senior-senior yang lain tidak pernah mengunjungi ke sini, tidak pernah melihat keadaan di sini!"
Balas Margareth atas ucapan pria yang bernama Yosep itu.
"Kita masuk ke sini kan di bawa pak Nuel. Ya seharusnya pk Nuel dong yang memperhatikan kita," kata Yosef.
"Tapi buktinya mana? Pak Nuel juga jarang nongol melihat ke sini. Masih mending pak Adam sering datang melihat keadaan di sini.
"Tadi pak Nuel juga datang ke sini kok, pas kamu nggak ada sih... jadi kamu nggak tahu."
Akhirnya Yosep dan Margaret saling sahut menyahut berdebat.
Yosef memihak pada pak Nuel sedang Margaret memihak pada Adam.
"Kalau menurutku pak Adam itu datang ke sini karena ada maunya. Denger-denger di lapangan tadi sepertinya dia sedang pdkt dengan seseorang yang ada di sini."
Kata Yosep sambil matanya memandang ke arah Dinda dan Isnani berada.
Dinda dan Isnani mendengar perdebatan mereka hanya diam saja.
Selesai waktu makan malam,seperti biasa Dinda diajak Nuel ke kantor.
Menghabiskan waktu malam di sana, dan akan kembali ke mess jika sudah merasa mengantuk dan waktu tidur tiba.
Lama-kelamaan Dinda semakin akrab dengan personil yang berada di kantor.
Sebenarnya Dinda bukan termasuk dari mereka yang sebagai pengawas di lapangan.
Dinda hanya sebagai karyawan biasa. Terjun langsung di lapangan jika hujan ya kehujanan, jika panas ya kepanasan itulah pekerjaan Dinda.
Apalagi jika datang musim hujan, jalan di hutan yang sebagai lokasi untuk penanaman bibit tentu akan becek dan licin, berlumpur dan liat. Dinda dan kawan-kawan menggunakan sepatu boots yang difasilitasi oleh perusahaan.
Di saat-saat lokasi seperti itu, sangat sulit untuk berjalan. Terkadang terpeleset dan bahkan terjatuh. Tapi tidak sedikit teman-teman yang simpati kepada Dinda, untuk membantu dan menolongnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Your name
Semangat ya Dinda, moga lebih terbiasa lagi dengan pekerjaan disana
2022-01-17
1
Your name
Lebih ke tidak sesuai ekspektasi
2022-01-17
0
Fiah msi probolinggo
like like like kak untuk karyamu
2022-01-13
1