hi redear
dtunggu like dan komennya.
__________________
"Shil, bagaimana keadaanmu hari ini?" tanya Denis dengan lembut. Tapi Shilla hanya menoleh dan tak menjawab.
Lelaki ini adalah orang yang dipilih ayahku. Orang yang tiga hari lalu menikahiku. Tapi ... aku tidak ingin bertemu siapa pun.
Shilla hanya berkata dalam hati. Dia malas berinteraksi dengan siapa pun. Itulah alasan dia tidak bicara.
"Eemm ... aku ingin memberitahukan hal penting. Aku tahu, kamu masih syock atas apa yang terjadi kemarin. Tapi kau perlu tahu, baik sekarang atau nanti kau harus mengetahuinya." Denis menghentikan sebentar ucapannya. Berharap ada jawaban dari Shilla. Tapi, sunyi, yang ada diruangan itu tidak berubah. Shilla tetap diam, bahkan tidak menoleh sedikit pun.
"Shil, toko ayahmu dan rumahmu disita oleh bank krena ternyata, pamanmu ... menggadaikan seluruh aset milik ayahmu dan dia tidak bisa membayarnya," lanjut Denis.
Lihatlah! Betapa kejamnya dunia ini padaku. Betapa teganya Tuhan memperlakukanku. Dia mengambil kedua orang yang aku sayang sekaligus. Sekarang, bahkan masih menambahkan masalah lain. Aku tidak peduli lagi, aku hanya akan diam. Cukup diam saja.
Shilla menatap sekilas Denis lalu berbaring. Ia marah pada dunia dan marah pada Tuhan. Shilla rasanya sudah tak ingin hidup, dia bahkan tak bisa lagi mengeluarkan air matanya. Shilla tak peduli tentang apa yang akan terjadi hari ini dan esok. Dia hanya ingin berbaring. Denis mencintai Shilla sejak dulu, tapi Shilla tak pernah tahu.
belasan tahun yang lalu. Awal Denis mengenal dan bertemu Shilla adalah lima belas tahun yang lalu saat ayahnya masih hidup dan berkunjung ke kota S dengannya. Ayahnya waktu itu ingin memberikan uang pada ayah Shilla sebagai bantuan, tapi àyah Shilla tak mau menerimanya. Jadi ayah Shilla mengatakan jika Zain meminjamkannya, barulah dia akan senang.
Saat kedua orang tua itu mengobrol Denis memutuskan berjalan\-jalan dan bertemu gadis berusia sepuluh tahun. Gadis yang terlihat sangat anggun sedang menyiram tanaman di halaman rumah sederhananya. Denis berumur lima belas tahun waktu itu. Denis terus mengikuti dan memperhatikan dari jauh. Setelah menyiram tanaman, gadis itu dipanggil oleh ayahnya.
"Shilla!" panggil sang ayah.
"Iya, Pah." Shilla menyahut dan menghampiri orang yang memanggilnya.
"Oh, dia anak Om Suwarman," gumam Denis remaja.
Gadis itu masuk ke rumah dan Denis segera menyusul masuk. Shilla sudah duduk di samping ayahnya. Denis lalu masuk ke ruang tamu itu. Semua menoleh ke arah Denis berdiri.
"Eh, Nak Denis. Dari mana saja? Sini duduk," kata ayah Shilla mempersilahkan masuk.
"Iya, Om. Terima kasih." Denis duduk di samping ayahnya. Denis dan Shilla, mereka duduk berhadapan. Denis terus menatap ke arah depan. Shilla waktu itu hanya menunduk dan diam.
"Oh, iya, Den. Ini, Shilla, putrinya Om Suwarman."Ayah Denis memperkenalkan mereka berdua.
"Shilla." Shilla mengulurkan tangannya dan menatap Denis dengan tersenyum sedikit.
"Denis." Denis menyambut uluran tangan Shilla. Saat itulah Denis merasakan hal yang aneh, saat tangannya berjabatan dengan Shilla.
"Mungkinkah ... ini yang orang bilang jatuh cinta?" Denis bergumam dihatinya.
"Shilla, tolong buatkan minuman untuk Om Zain dan Denis!" suruh Ayahnya Shilla.
"Shilla ini pintar membuat kopi, ya, Man?" tanya Zain.
"Shilla ini pandai memasak dan melakukan tugas rumah. Karena kau, kan, tau. Kami hanya berdua. Jadi, sedari kecil Shilla sudah pintar mengerjakannya," terang Suwarman.
Denis makin kagum dan terpesona dengan Shilla. Denis memang di usia yang sudah cukup untuk merasakan tertarik pada lawan jenis, karena masa remaja adalah masa puber bagi manusia.
Denis tersentak dari lamunannya. Itu adalah awal Denis jatuh cinta pada Shilla. Setelah ayahnya bertemu ayah Shilla. Setiap tahun jika liburan sekolah, Denis selalu main ke rumah ayah Shilla dan menginap semalam. Tapi tidak pernah bertemu Shilla. Karena Shilla selalu menginap di rumah pamannya jika liburan. Sampai saat berumur dua puluh lima tahun pun, Denis tetap rutin mengunjungi rumah Suwarman. Saat Denis tahu jika Shilla bertunangan saat itulah dia tak pernah lagi main ke rumah pak Suwarman. Dari sanalah Pak Suwarman sadar, yang membuat Denis rela tiap tahun datang menemani Pak Suwarman adalah karena cinta.
Itulah sebabnya, Ayah Shilla ingin Shilla menikah dengan Denis karena ayah Shilla tahu, betapa Denis mencintai anaknya dengan tulus. Karena saat Shilla bertunangan dia pergi menjauh agar dia tidak mengganggu Shilla. Selama sepuluh tahun dia pulang pergi menginap di rumah Pak Suwarman. Denis tidak pernah sekalipun bertemu dengan Shilla, dia hanya melihat Shilla dari foto yang terpajang di dinding.
"Shil, kita akan pulang, aku akan membawamu ke kota C untuk tinggal bersamaku." Denis memberitahukan Shilla.
Shilla tidak menjawab ucapan Denis. Dia hanya bangkit dan melangkah pergi, keluar dari ruang rawat inapnya.
"Shil, kamu gak ganti baju dulu?" tanya Denis yang melihat Shilla tidak mengganti baju rumah sakitnya.
Dia malas menanggapi ucapan Denis dan terus berjalan tanpa berhenti. Mau tidak mau, Denis memohon ijin pada dokter yang merawat Shilla. Agar Denis bisa mengganti baju yang Shilla pakai dengan uang saja. Tapi, dokter berkata jika mereka tidak mempermasalahkan soal baju itu.
Denis segera menyusul Shilla yang berjalan dengan tatapan kosong. Denis mendahului Shilla untuk memarkir mobilnya di depan loby rumah sakit. Denis dan mobilnya sudah siap di depan loby. Shilla datang bertepatan dengan Denis yang keluar dari mobil. Denis menghampiri Shilla dan hendak menggandengnya. Shilla menepis tangan Denis. Akhirnya Denis hanya membukakan pintu mobil bagian depan.
Tapi, Shilla justru membuka pintu belakang. Dia langsung berbaring di bangku belakang. Denis merasakan sakit luar biasa, bukan karena penolakan Shilla. Tapi, karena melihat gadis yang sangat dicintainya itu hancur. Denis melajukan mobilnya ke kota C dengan kecepatan normal, dia tidak ingin terlalu cepat karena takut Shilla tak nyaman di belakang.
Empat jam kemudian, mereka tiba di rumah besar Denis. Shilla tertidur selama perjalanan dan terbangun saat merasakan mobil sudah tak bergerak maju. Shilla turun dan hanya berdiri di depan pintu. Denis langsung membuka pintu.
"Masuklah! lni rumah kita," kata Denis.
Shilla melangkah pelan dan menengok ke kanan dan ke kiri. Lalu berhenti bingung.
Aku tidak ingin tidur di kamar yang sama dengannya. Apa yang harus aku lakukan?
Shilla hanya diam mematung. Denis faham melihat kebingungan Shilla. Denis memanggil pembantunya.
"Bi ... Bi Sum!" Denis memanggil Bi Sumi.
"Ya, Gan." Bi Sum berjalan dengan tergesa-gesa menghampiri tuannya.
Setelah bi Sum datang. Denis menyuruh Bi Sum untuk mengantar Shilla ke kamar utama di atas.
"Bi Sum, tolong antar Shilla ke kamar saya," perintah Denis.
"Mari, Nyah. Saya antar," ucap Bi Sum.
Shilla tidak bergerak dari tempatnya dan tetap mematung di sana.
"Aku tau Shil, kita tidak tidur sekamar kau tidak perlu khawatir. Sampai kau sudah membaik dan bisa menerimaku dengan hatimu, sebelum itu terjadi kita akan tidur terpisah. Barang-barangmu akan kubawakan ke kamar nanti." Denis menjelaskan dengan lembut.
Barulah Shilla bergerak dan melangkah mengikuti Bi Sumi. Mereka sampai di kamar Denis. Bi Sum membuka pintu dan Shilla berjalan masuk.
"Nyonya kalau butuh saya, panggil saja. Oh, iya, nama saya, Sumi. Nyonya bisa panggil saya, Bi Sum."
Shilla hanya mengangguk dan melangkah ke arah tempat tidur dan langsung merebahkan tubuhnya meringkuk . Bi Sumi keluar dan menutup pintu. Denis di garasi sedang mengambil koper Shilla, setelah itu membawanya ke kamar atas. Sumi menghampiri tuannya karena menyuruh untuk membereskan baju Shilla ke lemari.
"Bi, ikut saya ke atas. Nanti, tolong bereskan baju Shilla ke lemari dan masukan baju-baju saya ke keranjang. Saya akan membawanya ke kamar tamu!" perintah Denis.
"Baik, Gan," jawab Bi Sum.
Denis dan Bi Sum sampai ke kamar atas. Denis mengetuk pintu dan masuk setelahnya.
"Baju, dompet dan uang yang ada di kamar kamu, semua ada di dalam koper. Nanti Bi Sum yang membereskannya. Aku ada di kamar bawah jika kau ingin mencariku." Denis bicara sambil memindahkan baju dan barang-barangnya untuk dibawa ke kamar tamu. Setelah Bi Sum selesai membereskan barang-barang Shilla, Bi Sum keluar membawa barang-barang Denis ke bawah.
"Shil? aku tau seperti apa hatimu sekarang. Tapi, kau tau betapa ayahmu menyayangimu? Jadi, hiduplah dengan baik demi ayahmu. Agar dia tenang di sana. Aku tidak memaksamu untuk bicara, jika memang kau tak mau. Cukup sayangi dirimu sendiri. Makan dan istirahatlah dengan teratur."
Denis keluar setelah mengatakan itu. Dia berharap Shilla akan kembali ceria seperti dulu. Denis menutup pintu dan berdiri cukup lama di depan pintu karena mendengar Shilla menangis.
Isakan tangis pilu Shilla menggetarkan relung hati Denis, hingga tanpa sadar dia meneteskan air mata. Hatinya merasakan kepiluan Shilla yang sangat dalam.
^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
please like n koment ya genks
author harap kalian suka
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Jurainah Yadi
Baru baca cerita yang mulai dari judul nya sudah sangat menarik tuk dibaca...semoga kelanjutannya tambah menarik...👍👍👍❤❤
2021-04-17
1
Candra Purnamasari
Denis baik bgt,bikin meleleh
2020-08-03
2
Rianiastuti
lanjuut
2020-07-10
1