Tak Hanya Sebatas Bayangan

Tak Hanya Sebatas Bayangan

Bab 1

 

 

 

Perkenalkan namaku Bahira Cantika, aku gadis desa yang lugu dari keluarga yang sederhana. Aku memiliki angan-angan segudang, hidupku bisa dibilang lebih banyak kekurangannya dari pada kecukupannya. Meskipun begitu aku tidak lelah memupuk semangatku untuk mengubah jalan kehidupanku.

Sejak SMP aku sudah bercucuran keringat bantu- bantu tetanggaku yang kaya untuk menyetrika atau bahkan jadi pesuruh jika ada yang membutuhkan untuk mendapatkan upah.

 

Upah yang aku dapatkan untuk aku tabung agar aku bisa melanjutkan sekolahku SMA. Saat masih kelas 1 SMP, aku tidak sengaja mendengar percakapan orang tuaku.

“ Hira suk ora sekolah SMA,  barang cah wadon paling-paling mengko kawin yo dadi embok-embok penggaweane nek pawon. Ameh lopo...? ( Hira nanti tidak sekolah sampai SMA, hanya seorang perempuan saja, nanti kalau sudah nikah juga kerjaannya jadi Ibu rumah tangga dan di dapur, mau apa lagi? )” itu kata ayahku.

Dan aku mendengar ibuku berkata “Yo ora ah, wedok lanang, aku kuat nyekolahno yo tak sekolahno. Ojo nganti koyok Pak ane opo koyok Mbok e, mung nyambut gawe ngene-ngene. Disepele ra diajeni wong. Syukur-syukur anakku mbesuk biso ngangkat derajate wong tuo"( ya tidaklah, perempuan ataupun laki-laki aku mampu menyekolahkan ya akan aku sekolahkan. Jangan sampai seperti ayahnya ataupun ibunya, kerja hanya seperti ini saja. Tidak dihormati dan tidak dihargai orang lain. Mungkin saja suatu saat, anakku bisa mengangkat derajat orang tuanya )

 

Setelah mendengar ucapan Ibuku, aku berucap di dalam hatiku “Amien, aku anggap sebagai do’amu Bu, apa yang telah engkau ucapkan. Dan selalu do’akanlah anakmu ini. Agar bisa menjadi kebanggaanmu suatu saat nanti. Aku akan belajar dengan rajin dan aku akan mencari upah sebanyak-banyaknya agar aku bisa sekolah tanpa membebani kalian." Setelah mendengarkan percakapan mereka akupun masuk kamar. Aku jadikan apa yang aku dengar sebagai semangatku.

 

Aku melalui hari-hariku dengan bekerja dan belajar, setelah pulang sekolah sekitar jam 2 siang aku sampai rumah, aku ganti pakaian dan makan siang. Istirahat sejenak, sambil merapikan buku-bukuku untuk materi yang akan aku pelajari nanti untuk bahan besok. Setelah itu aku dapat panggilan untuk menyetrika di rumah sebelahku. Sampai jam setengah lima sore aku baru pulang, dan alhamdulillah dapat upah. Aku simpan uangku dalam tabungan. Setelah itu aku mandi dan melaksakan kewajibanku beribadah menghadap Penciptaku.

 

Alhamdulillah dari kecil aku sudah rajin beribadah dan mengusahakan agar tak pernah bolong-bolong. Karena di hadapan Allah-lah aku bisa bercerita banyak dengan sesaknya yang ada di dalam hatiku. Karena aku tidak punya teman dekat, aku juga tidak suka bergaul, aku lebih sering menyendiri. Menghabiskan waktuku untuk beribadah dan membaca buku.

 

Sudah pertengahan semester kelas 3 SMP, aku menengok uangku yang telah terkumpul. Aku membukanya dan terkumpullah banyak, sebelumnya aku telah mencari tahu berapa biaya masuk SMA. Dan alhamdulillah, uang yang terkumpul sudah lebih dari cukup untuk administrasi masuk SMA. “Ya Allah, alhamdulillah atas kesabaran yang Engkau berikan ya Allah. Teruslah Engkau memberikanku rezeki agar hamba bisa sampai lulus SMA dan tidak membebani orang tuaku. Amien.” gunamku sendiri sambil memegang erat uang yang ada di tanganku.

 

Setelah kelulusan, aku mendaftar SMA tanpa ada yang mendampingi, dengan nilai yang cukup lumayan bagus dengan rasa yang bangga di hatiku aku bisa menggunakan uang hasil jerih payahku untuk membayar administrasi sekolah. Aku sekolah, di sekolah yang bukan sekolah favorit, tapi aku sekolah di sekolah yang biasa saja. Banyak orang bergumam, tapi aku pura-pura tak mendengar. Aku hanya mempertimbangkan sekolah yang aku tempati untuk belajar adalah sekolah yang membuatku nyaman tanpa ada rasa minder karena semua siswanya anak-anak dari orang yang berada. Aku hanya ingin menuntut ilmu dan aku bisa membayar uang SPP dengan hasilku, bisa meminta penangguhan waktu pembayaran tanpa di DO. Itulah yang aku fikirkan seketika aku mendaftar di sekolah itu.

 

Meskipun aku sudah masuk SMA tapi aku masih menerima orderan menyetrika, aku mengumpulkan upahku untuk membayar SPP dan bisa aku gunakan untuk membeli buku-buku tambahan panduan belajar. Orang tuaku hanya memberi uang saku sehari- hari, dan memberikan uang ketika ada uang lebihan dari anggaran kebutuhan sehari-hari, katanya lumayan untuk aku simpan jika aku membutuhkan sesuatu. Ketika Ibu memberikan uang aku bilang sama Ibuku “Mboten usah Bu, aku mpun nyimpen arto kagem SPP wulan niki, kulo nggih nyimpen uang saku sing mpun Ibu paringgi mben dinten. Alhamdullillah Bu, kulo diparingi upah kalean Ibu kantin mbendinten, saged tak ngge transpot, kulo mbantu Bu Atik ting kantin pas jam istirahat. Kulo nggih diparinggi maem siang pas istirahat kedua. Dadose nggih arto saking Ibu tak simpen" ( tidak usah Bu, aku sudah menyimpan uang untuk membayar SPP bulan ini, dan aku juga menyimpan uang saku yang Ibu berikan padaku setiap harinya. Alhamdulillah Bu, setiap jam istirahat aku membantu Bu Atik di kantin. Beliau memberikan upah padaku dan memberikan makan siang pada jam istirahat kedua. Jadi uang saku dari Ibu selalu aku tabung )

“Alhamdulillah yo Nduk, selalu ono rezeki neng tiap langkahmu. Ibuk bangga karo awakmu, anak e Ibu mpun manis, cantik, santun, pinter karo wong tuo, pangerten. Mugo-mugo Allah ngampangke langkahmu, Nduk." ( alhamdulillah ya nak, selalu ada rezeki disetiap langkahmu ibu bangga padamu, anak ibu sudah manis, cantik, sayang sama orang tua, pengertian, semoga Allah selalu memudahkan langkahmu )

“Alhamdulillah tenan Bu, nyuwun dongane terus nggih Bu." ( Alhamdullillah Bu, minta do’anya terus ya, Bu )

 

Hari-hari aku lewati dengan penuh semangat,  tidak terasa sudah masuk semester 2 di SMA. Semakin hari semakin banyak orderan dan ada juga tetangga yang memintaku untuk memberi bimbingan belajar pada anaknya, dan mereka memberiku upah tiap seminggu sekali. "Alhamdulilah, pundi-pundi rupiahku makin lancar bertambah.” gunamku sendirian sambil senyum- senyum. Ketika uang terkumpul dan aku kalkulasi ada uang lebih untuk memenuhi kebutuhanku, aku berinisiatif beli handphone. Untuk memperlancar pundi- pundi rupiah.

 

Beberapa hari kemudian ketika ada jam sekolah kosong, sekolah pulang pagi. Aku segera pulang mengambil uang dan kembali lagi ke shop dekat sekolah untuk membeli handphone yang sudah aku intip tiap aku nunggu bus langgananku lewat. “Alhamdulillah ya Allah, akhirnya incaranku sampai di tanganku. Hehehe," aku senyum-senyum sambil mencium-cium handphoneku,  tak bisa aku menahan rasa senangku, sampai orang melihatku aneh. Mungkin mereka berfikir, "Hanya beli handphone senangnya kok kayak gitu!"

Tidak sengaja di halte bus dekat rumah aku bertemu Bu Lasmi “Permisi, Hira ya? Kebetulan mumpung bertemu denganmu."

“Iya, Bu. Benar. Ada apa ya, Bu? Ibu siapa ya?”

“Ibu ini , saudaranya orang di ujung jalan sebelum rumahmu. Mbak Hani sering bercerita tentangmu, rumah Ibu desa sebelah. Hira tolong ya, bimbing anak Ibu untuk belajar. Tolong sekali, anak Ibu agak susah belajar. Dia agak hiperaktif. Susah Ibu mengajarinya, Ibu juga sibuk sekali. Jam 4 sore Ibu baru pulang kerja. Nanti Ibu akan menambah tips untukmu. Jam 4 sore kamu bisa datang kerumahku dan jam 5 kamu bisa pulang. Dengan sifat yang kamu miliki, seperti yang aku dengar dari saudaraku. Aku rasa kamu bisa menjinakkan putraku. Hubungi ibu di nomer ini, +62..225...... dan di situ juga ada alamat Ibu ( Bu Lasmi memberikan secarik kertas kecil pada Hira ). Kapan kamu bisa memulai, tolong chat ibu dulu. Ibu sangat menunggumu nak." "O..saudaranya Bu dhe Hani, InsyaAllah Bu, aku akan segera memberi kabar. Terimakasih Bu atas kepercayaannya”

“Ya udah, Ibu duluan ya Nak, jangan lupa!”

“Nggih-nggih Bu, monggo...” Hira juga berjalan pulang setelah berbincang dengan Bu Hani di tepi jalan.

 

Sampai dirumah, Hira sibuk mengotak- atik handphone barunya. Begitu semangatnya ia belajar menggunakan handphone androidnya. Belajar mengikuti zaman yang sudah serba cangih ini, semua kontak yang pernah diberikan orang sudah ia masukkan semua, sudah tersimpan rapi. Begitu senangnya aku langsung menghubungi Dwi, sahabatku satu- satunya. “Hallo, assalamualaikum.”

“Wa....waallaikumsalam. Suara Hira ya?”

“Iya, ini aku Wi. Ini nomerku. Aku tadi kembali ke shop dekat sekolah untuk membeli handphone, kita bisa chatan mulai sekarang. Jangan lagi mengcopy PR lagi dipagi hari, dan membuatku tergesa-gesa berangkat sekolah. Sekarang kamu bisa call atau chat aku ketika kamu kesulitan mengerjakan tugas! Hehehe.“

“Iya..iya..., bawel! Kayak emak-emak saja. Ra, udahan dulu ya, aku mau pergi nih...entar kita lanjut lagi. Mamaku ngajak nyalon, hihihi...”

“Ya udah, nikmati aja...Bu Boss, bye..wasalam."

 

Setelah telponan sama Dwi, sahabat yang mulai aku kenal saat daftar ulang awal masuk sekolah. Tak ku sangka begitu asyiknya sudah jam setengah empat sore. Aku mengingat Bu Lasmi, aku berfikir mau chat saja. Karena Bu Lasmi pasti masih kerja.

To : Bu Lasmi - +62..215....

 

“Assallamuallaikum Bu Lasmi, saya Hira. Saya bersedia membimbing putra ibu. Semoga sesuai dengan harapan Ibu, kami berjodoh. Insyallah saya akan memulai lusa Bu, wasallam.”

 

Di sebrang sana, yang punya nomer melirik notif handphonenya yang menyala. Nomer tak bernama, tak dihiraukan sama sekali. Tidak terasa langit yang seolah dekat karna begitu tingginya gedung yang ia tempati terlihat gelap. Ditutuplah laptop yang dari tadi siang terus menyala. Ketika mengambil handphone, ia teringat tadi ada nomer baru masuk. Sebelum beranjak, ia kembali bersandar kembali di kursi empuknya. Dibukanya chat tadi, dibaca perlahan dengan lembutnya. Seolah memang seperti itu Hira mengucapkannya “Assallamuallaikum Bu Lasmi, saya Hira. Saya bersedia membimbing putra Ibu. Semoga sesuai dengan harapan ibu, kami berjodoh. Insyallah saya akan memulai lusa Bu, wasallam.”

“Subhanallah, santun amat wanita ini, putri siapa ini, atau ibu siapakah ini?? Adem rasanya, baru baca belum dengar secara langsung suara orangnya“ gunam pemilik nomer.

Dengan perasaan penasaran dan berniat ingin memberitahukan kepada Hira karna terlihat pesan itu penting dan mendesak. Apalagi ini sudah mau keburu malam.

Chat dibalas :

Maaf ya, Anda salah nomer.

Hira:

Maaf juga nggih, bukannya ini nomernya Bu Lasmi, saudaranya Bu dhe Hani ya, yang tadi siang bertemu?

Pemilik nomer:

Bukan, saya Ferdian. Mungkin anda salah menyimpan nomer, ada yang sama atau salah satu angka ada yang salah??

Hira :

Saya akan melihatnya ulang. Terimakasih sudah membalas chatnya. Kalau tidak mungkin saya akan mengira Bu Lasmi tidak menghiraukan pesan saya. Padahal beliau menunggu kabar dari saya. Sekali lagi terimakasih.

Tanpa terasa, Ferdian terbawa suasana. Chatan yang begitu singkat membuat Ferdian bagaikan mendapatkan air setetes di padang gurun. Dengan senyum-senyum bisa- bisanya dia membalas lagi,

 

To : Hira

 

Sama- sama

 

Setelah chatan sama mas atau pak Ferdian tadi, aku langsung melihat ulang nomer yang tersimpan di kontakku, atas nama bu Lasmi aku cocokkan dengan secarik kertas yang tadi di berikan bu Lasmi padaku. Oh ternyata nomer tadi ada yang salah 1 nomer. Yang harusnya angka 2 aku tulis angka 1. “Aduh Hira...Hira...gimana to tadi, jadi merepotkan orang saja! Untung dibalas kalau dicuekin gimana tadi? Pundi-pundi dolarku bisa dipatok ayam dong!" gerutuku ditengah-tengah sibuknya aku mengetik chat untuk Bu Lasmi.

bab dua lebih seru lagi....kita intip yuk....😍😍

 

Terpopuler

Comments

Intanksm98

Intanksm98

Halo kakk, aku mampir nihh, sudah lama karya kakak di perpusku, baru bisa baca nih..

2022-04-04

0

Fitmr31_

Fitmr31_

Hai kk aku hadir 🤗

2021-12-26

0

Risa Istifa

Risa Istifa

waktu mau nglanjutin SMA pun banyak tetangga yg mencibir keluarga ku ,karna rumah ku msh dr bambu,bapak ku cm buruh tani , alkmdlh meski keluarga kami kekurangan aq & adik bs sekolah sampai SMA semua .. semua atas ridho Allah 🤲🏽🤲🏽😍😍

2021-12-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!