Bab 3

Pagi terasa begitu indah, mungkin karena pancaran dari hati yang berbunga-bunga. Tak puas dengan yang semalam, pagi-pagi sudah berbaris.

 

 From : +62..215...... ( 05.30 )

Pagi Hira cantik.....

Sudah bangun 'kan?

Zubuhnya tidak sampai silau dengan matahari kan?

 

To: +62..215......    ( 06.30 )

Pagi juga, alhamdulillah aku dah dalam perjalanan ke sekolah. Jadi, ini bukti aku gak kesiangan.

 

From : +62..215......

Syukur, alhamdulillah deh. Mas takut entar kalau kamu menyesal Mas telepon lagi. Agar tak ada beban, jika kamu merasa Mas diluar batas, tolong ingatkan Mas ya, Dek. Mungkin Mas terlalu nyaman, hingga lupa tidak memikirkan kamu. Maafin Mas, untuk semalam. Mas janji, akan tahu waktu.

 

To: +62..215...... 

Ok.

 

From : +62..215......

Singkat amat, tidak ada apa-apa dengan hatimu kan?

 

To: +62..215...... 

Tidak ada apa-apa Mas, beneran.

 

 

+62..215...... 

Calling...

 

"Assallamuallaikum Mas,"

 

“ Waalaikumsalam Cantik, kamu masih dijalan ya? Kok berisik?”

 

“Iya Mas, aku ada dalam bus, aku kan bukan putri konglomerat Mas, yang pulang pergi ada yang jemput, pakai mobil mewah. Tenang, adem ber-AC”.

 

“Sayang, kok gitu ngomongnya,"

 

“ Mas, geli aku dengarnya, iya...iya...maaf. Aku sudah mau turun nih, udahan dulu ya?"

 

“ Dek, kamu gak marah sama Mas kan?”

 

“ Hayo! Pagi-pagi sudah sibuk sama siapa? Kok gak ada namanya? Siapa hayo?” kata Dwi dari sampingku. Tiba-tiba dia muncul tanpa aku sadari ketika berjalan menuju kelas.

“Suuutttt” aku mencoba menghentikan celotehan Dwi yang begitu keras. Mungkin saja Mas Ferdian dengar omongan Dwi.

 

“Dek, kamu dengar kan?”

 

“ Iya Mas. Gimana, sampai mana tadi?”

 

“ Ih...Mas...Mas. Ini Mas beneran, apa Mas ketemu kemarin sore ya?” Goda Dwi yang begitu kepo, mulutnya dicondongkan ke handphone yang aku pegang.

 

“ Mas dengar tadi, nomer Mas gak kamu kasih nama ya? Kenapa? Kan dah kenal. Oya, nomer kamu dah ku simpan, gak ada foto profilnya. Kenapa emangnya?”

 

“Emang belum aku beei nama, entar. Soal profil, memangbtidak aku kasih, aku malu untuk berfoto.”

“Ya sudah, entar disambung lagi ya, Mas mau parkir dulu. Sudah sampai kantor nih, semangat belajar ya Dek, good luck.”

“ Mas tadi telponan sambil nyetir?”

 

“ Iya, gak apa-apa. Sudah biasa lagi pula juga pakai headset kok, kalo kejar jam juga gitu. Bye...morning,"

 

“Emmm, good morning too.”

 

“Sampai kantor? Nyetir, benerkan dugaanku. Auranya sudah beda banget. Aku jadi takut, ini keberuntungan karena bisa dekat dengan bintang, atau audzubillah..." fikiranku berkelana, sambil ku tepuk jidatku.

"Ampun ya Allah." aku geleng-geleng dengan apa yang aku fikirkan. "Fikirkan yang baik-baik saja Hira, biarkan kemana dan bagaimana Allah membawamu” gerutuku di dalam hati, menenangkan diriku sendiri. Dwi masih begitu usil mengamati melihat wajahku, mencari tahu ada apa denganku. Tapi tak ku hiraukan dan aku belum bercerita.

 

Malam hari tiba, tak pernah absen dari notifku nama Mas Ferdian. Yang sudah aku cantumkan di penyimpanan kontakku. Takutnya ketika chatan, dijadikan bahan pembahasan. Bisa panjang tuh nanti pembahasannya!

 

From : Mas Ferdian ( 14.00 )

 

Good afternoon, lancarkan hari ini?

 

From : Mas Ferdian ( 16.00 )

 

Masih sibuk ya? Bener-bener melebihi kesibukannya Mas ya, kamu Dek."

 

From : Mas Ferdian  ( 18.30)

 

Nanti kalau sudah ada waktu, tolong call Mas ya? Mas tunggu.

 

From : Telkomsel  (18.31)

Terimakasih telah melakukan pengisian ulang dgn SN 61003669113058 senilai 100.000

 

From : Telkomsel  (18.31)

Selamat, Anda mendapatkan kuota Tsel sebesar 20Minutes. Cek kuota di *888# atau akses My Telkomsel App.

 

“Ternyata notifku dah hampir sampai bawah nih, apa ini? Ada telkomsel juga, lho...lho...kok pulsa? Apa Mas ya, pasti dia. Siapa lagi juga! Kiri kanan gak mungkin, nominalnya juga banyak. Apa juga maksudnya?” gunamku sendirian. Tak lama aku langsung calling Mas Ferdian.

 

Calling....

Mas Ferdian

 

“Assallamuallaikum cantik,”

 

“Waalaikumsalam Mas. Cantiknya, aku anggap Mas panggil namaku ya? Nama belakangku Cantika 'kan?”

 

“ Terserah kamu ah, entar jadi debat lama kalau dibahas, kamu pinter ngeles. Seperti pengacara, makasih sudah membalas penantian Mas, Mas ingin kasih tahu tentang latar belakang Mas, karena hari ini malam Minggu. Besok kamu libur sekolah, Mas mau ajak kamu begadang sampai pagi. Jika menunggu kamu bertanya, takutnya kamu gak akan bertanya karena aku yakin kamu pasti akan jaga image 'kan?”

 

“Iya boleh. Sebelum Mas cerita, kenapa Mas kirim pulsa segala?"

 

“Gak kenapa-napa. Dan gak ada maksud apa- apa. Hak Mas kan, jika Mas mau berbagi rezeki? Jangan berfikiran yang aneh-aneh, cukup ucapkan terima kasih dan Mas jawab sama-sama sayang, selesai 'kan?”

“Nggih, matur suwun. Mungkin itu nominal kecil bagi Mas, tapi besar banget buatku. Butuh keringat bercucuran itu nominal segitu!”

 

“ Mas tadi sudah bilang. Cukup ucapkan terima kasih. Mas jawab sama-sama. Selesai.“

 

“Iya...iya...., terus yang mau diceritain apa, sudah siap untuk mendengarkan nih."

 

Sebenarnya aku deg-degan banget, fakta apa saja yang akan aku dengar. Karna diam-diam aku sudah merasa nyaman. Walaupun hanya imajinasiku yang bekerja menggambarkan perawakannya seperti apa. Aku menata nafasku, semoga tak terdengar olehnya.

 

“ Mas akan memperkenalkan diri Mas, secara lengkap tanpa kurang sedikit pun. Nama Mas, Ferdian Putra Aditama. Tempat tinggal, kota A. Umur kita selisih 9 tahun, seperti yang Mas bilang kemarin. Mas kerja di MANDALA GROUP, sebagai direktur personalia. Lulusan S2, Mas menyelesaikan kuliah agak cepat, dan sudah 3 tahun Mas bekerja. Ayah mas sudah tiada, tinggal ada Ibu, Kakak yang sudah nikah, adik perempuan yang masih SMA tapi tidak sedewasa kamu. Kalian seumuran tapi sikap dan sifat seperti langit bumi. Jika kalian ketemu, mungkin dia akan nyaman denganmu. Kamu ngemong banget dan dia manja sekali. Mas punya orang kepercayaan yang membantu Mas dalam segala hal, namanya Dika. Dia seumuran dengan Mas. Mungkin suatu saat ada moment yang melibatkan dia ke dalam hubungan kita."

 

“Hallo, hai... "

 

“Heemm, iya...Mas, aku masih mendengarkan kok.” terdengar suaraku agak berat dan serak karena air mataku yang jatuh ketika mendengarkannya berbicara, betapa merinding dan merasa kecilnya aku dengannya. Benar-benar seperti bintang di langit.

 

“Mas kira kamu tertidur Dek, Mas hanya ingin kamu tahu diriku lebih awal. Dan itu terucap dari Mas sendiri. Sebelum kamu tahu dari orang lain."

 

“Setelah aku tahu, aku jadi takut Mas....”

 

“ Why? Jangan pernah kamu berfikir karna status sosial. Status sosial seseorang tak akan menjamin akhlaq seseorang. Kita sama saja di hadapan Allah. Hanya ketakwaan kita yang membedakan. Kamu jangan pernah menghindari Mas karna perbedaan status kita, anggap saja Mas orang yang beruntung. Kamu juga mungkin suatu saat akan beruntung juga. Kamu punya semangat dan tekat yang kuat. Di zaman sekarang, tidak ada anak yang mau bekerja untuk biaya sekolah sendiri, halal lagi! Itu saja sudah nilai plus banget."

 

“Itu mungkin karena terjepit Mas,"

 

“Tu kan dibilangin serius, bisa-bisanya jawab! Kamu ada deket Mas, tak cubit beneran hidungmu! Biar tambah panjang! Mas jengkel ya sama kamu."

 

“Kisah cinta gimana? Bohong dong jika ngak pernah! Status sosial ok, perawakan aku gak tahu. Karena kita belum tatap muka, tapi dengan status sosial saja sudah bisa buat menarik 10 cewek dalam pelukan”

 

“Pedas amat ya, kata-katanya? Seperti habis makan cabe sekilo, Dek.”

 

“ Kena banget ya, kata-kataku?”

 

“Semoga ada unsur keponya hehehe, Mas dulu pernah pacaran 1×. Mas sudah kerja seperti sekarang, jabatan Mas masih sama. Tapi dia meninggalkan Mas dan lebih memilih cowok lain. Mungkin lebih segala-galanya dari Mas. Sebelum Mas tahu, ternyata sebenarnya dia menjalin hubungan dengan cowok itu sebelum putus dengan Mas. Jadi aelama itu Mas diduakan, mungkin karna Mas sibuk. Setelah tahu, Mas mengakhiri saja hubungan Mas dengannya. Dan dia melanjutkan hubungan dengan cowok itu, tanpa cowok itu tahu kalu Si Emma adalah cewekku. Cowoknya relasinya Mas, Mas tahunya juga tak sengaja ketika ada proyek bareng. Eksekutif muda, di perusahaan papanya. Mas menyadari kalau relasi Mas itu memang tampan, kaya raya, mungkin lebih mapan dari Mas, karna anak pemilik perusahaan kali ya? Tapi Mas dengar, sekarang mereka sudah putus, Emma masih sering datang ke rumah Mas, walaupun kami dah putus. Tapi Mas tidak pernah berbincang dengannya. Jika Letiana, adik Mas menyindir Emma tentang alasan kedatangannya. Emanya selalu jawab nengok Ibu katanya, kangen Ibu. Dan sekedar mampir, karna rumah buleknya satu kota dengan Mas”.

 

“Bener-bener kayak di sinetron ya Mas, jadi Mbak Emma namanya? Masih sakit?”

 

“ Ketika melihatnya terasa sakit, makanya setiap hari libur. Malam Minggu misalkan, Mas sering di kantor sampai malam. Baru malam ini nih Mas pulang sore, mungkin karna sekarang ada kamu. Kalau hari Minggu Mas pergi ke pasar burung. Atau kamu mau jadi antrian tempat Mas berteduh? Mas akan jalan-jalan ke sana."

“Emangnya Mas mau? Apakah akan nyaman, jika aku perbolehkan? Kali aja tidak akan mau menyentuh tempat kumuh. Merasa jijik gitu?"

 

“Dek, kamu jangan ngomong gitu. Mas gak suka ya, bahas-bahas beda sosial. Entar jika ada Dinas Mas pasti mampir. Tapi...seingat Mas, ada yang belum komplit tu, siapa yang belum memperkenalkan di mana tempat tinggalnya?"

 

“Iya, lupa Mas... entar tak chat alamatku."

 

“Sepertinya kita benar-benar begadang ya? Dah jam 1 malam Dek, tidur yuk! Tapi sholat dulu!"

 

“Iya Mas, good night....”

ayo kita intip terus ya... yang lagi berbunga-bunga...😍

Terpopuler

Comments

Risa Istifa

Risa Istifa

heheheh jd keinget waktu stlh mondok ,dpt tgs ke suatu daerah ,disana dipinjami hp jadul ,buat carger ja hrs copot baterai ,tp bersyukur bgt sdh dipinjami ,& itu pun baru pertama kali pegang hp 😁,bs hubungi keluarga dirumah ..eeeeehhhhh g taunya ada no nyasar jg ..akhirnya gitu deh ... 😁😁😁😁😁😁

2021-12-27

1

Ida

Ida

masuk akal banget ceritamu thor....
like and coment serta love untuk muuuu... 🥰

2021-11-29

1

Cikmon Vale

Cikmon Vale

kok jadi nyandu iyaa 🥰

2021-11-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!