Bab 5

happy reading...

 

Senin jam delapan pagi, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahku ketika aku mengaji setelah salat sunah. Terdengar langkah kaki Ibu membukakan pintu. Tak lama kemudian Ibu memanggilku. Rasanya hatiku bercampur aduk, ada rasa malu dan takut di dalamnya. Irama jantunhku terasa tidak beraturan. Aku mengatakan bersiap terlebih dahulu pada Ibu, agar Mas Dika lebih sedikit lama menungguku. Dan aku mendengar suara Mas Dika untuk pertama kalinya, sedang berbincang pada Ibu.

 

“Maaf ya Nak, rumahe jelek. Minum Nak, Nak Dika ya?” kata Ibuku berbasa-basi. Dengan lancarnya hingga membuatku curiga. Apa yang dikatakan Mas Ferdian pada Ibu di telephone tadi pagi ya? Karena sejak Sabtu malam kemarin Mas Ferdian tidak chat ataupun call aku. Chat permintaan maafku pun tak dibuka. Yang katanya mau ngirim foto Mas Dika, juga gak ada sama sekali, bahkan aku kaget dengan Mas Dika yang malah datang ke rumah tak seperti yang dikatakan Mas Ferdian kemarin, untuk ketemu di Bank.

 

“Jangan berkata begitu Bu, yang penting bahagia dan bisa untuk berteduh." Bijaksana, kesanku ketika mendengar jawabannya dan membuat fikiranku terbangun dari banyaknya pertanyaan yang ada di kepalaku, aku segera bergegas keluar kamar dan menyapanya.

 

“Pagi, Mas Dika ya?" aku melihat perawakannya yang tinggi, hingga membuatku mendongak untuk memperhatikan wajahnya. Tampan, kalem, kesanku ketika melihat wajahnya. Hingga membuatku termangu dan berfikir, "Orang kota, apakah semua orang kota akan tampan, tinggi, mapan begini ya? Apakah seperti ini juga perawakan raja dihatiku?"

 “Pagi juga, Mbak Hira sudah siap? Ayo kita pergi sekarang!" sapaannya membuatku berkedip kasar terkaget karena fikiranku yang masih traveling. Dia mempersilahkanku, seperti aku ini seseorang yang memiliki pangkat saja. Hingga membuatku tersenyum.

 

“Mas Ferdian galak sama Mas ya?" aku bertanya sambil melangkah keluar pintu rumah menuju mobil Mas Dika. Sampai di depan mobil, lagi-lagi dia membukakan pintu seperti aku bossnya saja. Hanya itu yang keluar dari bibirku, aku tak berani bertanya kenapa "Mas Dika jemput di rumah tidak ketemu di Bank saja sesuai rencana Mas Ferdian."

 

“Cantiknya cewek Si Boss! Ngak pacar Si Ferdian sudah tak srobot. Kecil- kecil yang model gini, aku ya mau-mau aja! Entar sampai di Kota A, aku tak akan diam saja. Biar ngiler dia! Cewek kayak gini gak segera ditemui. Kalau aku sih, pulang pergi Kota A - Kota C tidak akan aku permasalahkan, gunungpun akan aku daki! 'Cewek Langka untuk Cowok Langka' daaar!" hati Dika berisik, menggerutu di dalam hati sambil berputar menuju pintu stir.

 

“Kenapa tadi Mbak Hira kok tanyanya gitu?” tanya Mas Dika sambil menyetir.

 

“Gak apa-apa sih, habisnya perlakuan Mas Dika ini membuatku kayak istri Boss Galak saja.” terdengar tawa Mas Dika yang membuatku jadi tertawa juga, menghilangkan ketakutanku yang dari tadi menyelimuti hatiku, lega rasanya. Tapi ketika aku berfikir mau menegurnya agar tak memanggilku dengan sebutan Mbak. Aku mengurungkan niatku, aku teringat ketika Mas Ferdian yang yidak mengizinkanku memanggil Mas Dika dengan sebutan Mas.

 

“Oh...ternyata ini nih, yang membuat Si Ferdian telephonan berjam-jam, kamu membuat orang jadi nyaman aku bisa merasakannya. Sekarang jadi tak heran aku kalau dia sering senyum-senyum dan ada kadang kalanya gelisah tak jelas” muka Dika terheran-heran hingga tanpa sadar dia sudah menggeleng-gelengkan kepalanya ekspresi rasa kagumnya.

Aku tak lagi menyambungi perkataan Mas Dika, karena kantor Bank B dekat, tak butuh waktu lama untuk sampai. Mas Dika mengurusi adminnya, aku tinggal tanda tangan saja dan dimintai buat password dan pin untuk m-banking dan aktifasi kartu Atm. Mudah-mudah ribet, syukur alhamdulillah Mas Ferdian mengirim Mas Dika untuk mendampingiku. Setelah selesai, kami keluar dari kantor. "Aku akan simpan kartu Atmnya di dompet ah," fikirku. Kuambil kartunya dari dalam buku rekening, terselip di situ. Terlihat nominal dalam buku rekening, “Hah! 15 juta.” aku terkejut hingga Mas Dika mendengarnya.

 

“ Baru segitu, masih tak seberapa untuk Ferdian Mbak.” jawab Mas Dika tanpa beban.

 

“Baginya sedikit, tapi nominal segitu banyak sekali untukku,” kataku lemas.

 

“ Santai aja Mbak, kuras saja kantongnya aku yakin tidak akan habis. Sumbernya seperti sumber air. Dari pada rumahnya, penuh dengan bunga yang tak berbunga dengan harga selanggit! Belum lagi burung peliharaannya yang mahal. Mending Mbak yang kuras, lebih berfaedah” celoteh Mas Dika membuatku lebih tenang.

Karena omongan Mas Dika yang sering nglantur, lama-lama aku jadi tahu lebih banyak tentang Mas Ferdian.

 

Akhirnya sampai rumah juga. Mas Dika langsung berpamitan pulang. Setelah menurunkan kardus dari bagasi mobil dan membawa masuk ke dalam rumahku tanpa permisi. Entah apa isinya, terlihat agak berat.

“Titipan dari Ferdian, pamitin Ibumu ya Mbak, aku harus mampir di Cabang soalnya. Lama-lama di sini entar ada yang risau berfikir yang ngak-ngak!"

 

“Makasih Mas untuk hari ini. Maaf merepotkan.” kataku penuh dengan rasa sungkan.

 

“ Santai saja! Tidak merepotkan karena aku dibayar mahal untuk hal ini, hehehe”

 

Setelah mampir dari kantor cabang, Dika melaju ke Kota A. Dalam perjalanan banyak kata yang terangkai beribu kata difikiran Dika untuk membuat Ferdian, boss sekaligus temanya itu agar kebakaran jenggot.

 

Ferdian belum juga pulang dari kantor, sebelum selesai pintu tertutup. Ferdian sudah siap melontarkan banyak unek-unek dihatinya pada Dika.

 

“Malam Boss, masih betah aja duduk di kantor.” Dika berusaha siap tameng agar tak kena semprot duluan, karena muka Ferdian sudah penuh degan gambar tanda seru dan tanda tanya. Udah layaknya muka halaman note wawancara.

 

“Tak berasa ditunggu ya? Kita rapat bentar, besok kamu berangkat ke Kota D. Ada masalah di Cabang sana. Gak beres dengan pengeluaran gaji karyawan. Kamu urus, segera laporkan!”

 

“Sudah, itu aja Pak Boss? Itu perintah namanya bukan rapat atau ada rapat tambahan?”

 

“Apa kamu tak peka gitu!”

 

“Baiklah Fer, kamu tak penasaran gitu dengan pujaanmu itu?? Gak terlintas gitu difikiranmu untuk meninggalkan berkas-berkas disini dan melihat dunia yang buatmu senyum dan kadang membuatmu gelisah tak jelas? Sebagai temanmu kalau aku lihatnya...galau tak jelas dengan umurmu yang tak lagi ABG. Cantiknya, senyumannya buat terbayang-bayang, tingginya pas di samping kita, suara lantunan ayat sucinya adem di kalbu, santun tutur katanya ( Ferdian terlihat blank fikirannya menerawang membayangkan gambaran yang diberikan Dika) Aku siap menunggunya jika kamu gak berniat gercep."

 

“Sialan kamu ya! berani-beraninya, mau jadi pengangguran ya! Dah bosan kerja!" Walaupun tidak perusahaannya sendiri tapi Ferdian punya wewenang untuk itu. Tanpa aba-aba folder yang lumayan tebal dipukulkan bahu Dika, yang duduk di meja besar Ferdian.

 

“Kampret! Sakit tahu, aku membantumu berimajinasi. Tak tahu terima kasih kamu ya? Capek tahu seharian dalam perjalanan, jauhnya ( Dika mengeleng-geleng kepalanya mengingat capeknya duduk di mobil ) Jika tahu hanya dapat pukulan kayak gini, ogah aku! Tambahi bonusku!” protes Dika.

 

“Besok tak transfer sekalian bonus ke Kota D, makasih ya! Kamu boleh pulang.”

 

Seketika Dika berjalan keluar, handphone Ferdian berbunyi. Hingga beberapa kali masih dibiarkan oleh Ferdian.

 

“Sudah angkat aja, pura-pura cuek tapi gegana!" ucap Dika tanpa membalikkan badan.

 

 

Calling....

Mas Ferdian

 

“Hallo, assalamualaikum Mas.” Mas Ferdian membiarkan ku mengucap salam terlebih dahulu, seolah dia malas mengangkat telephoneku.

“ Waalaikumsalam...”

“ Mas,”

“Hemmmm" singkat amat, sakit rasanya mendengar jawabannya.

“Mas tidak merindukan aku? Sebegitu marahnya Mas padaku??” Terdengar suaraku yang agak berat menahan air mataku yang hampir jatuh. Baru saja hubungan kami resmi, malah sudah perang dingin gini.

“Ngak sayang, ngak. Mulai nih, mau hujan kan??” dia peka sekali, alhamdulillah. Akhirnya es di kutub mencair juga. Betapa pekanya dia terhadap perasaan pasangannya dan betapa perhatiannya, royalnya. Mengapa dia dulu bisa di duakan? Semoga aku tak akan membuat dia kapok mengenal cinta.

 

“Mas, jangan marah. Mas diamin aku, tapi Mas masih perhatian padaku. Makasih ya Mas, love you ( untuk pertama kalinya aku mengucapkan kata itu, tanpa aku sadari. Malu rasanya. Dengan cepat aku mengalihkan kata) Ibu sama bapak suka banget corak kain batik pemberian mas, dan satu lagi, kenapa mas beri aku laptop? Kan dah beri uang. Mas jadi kerampokan kan?”

 

“Tu kan gitu lagi, Adek gak kapok ya? Berulang kali Mas bilang apa? Cukup ucapkan terima kasih, ditambah sayang malah lebih adem lagi."

 

“ Dek,"

 

“Iya," kujawab agak manja untuk mendinginkan hatinya yang masih panas.

 

“Dek,”

 

“Dalem, Masku sayang...” ( jengkelku karna dari tadi dek ..dek...dek...tapi gak ngomong- ngomong )

 

“Heemm ademnya, Dek. Yang sabar dengan Mas ya? Dan jangan pernah sedikitpun punya fikiran meninggalkan Mas. Apapun, bagaimanapun, ada apapun, ketika Mas sedang ngambekpun kamu jangan ikut diemin Mas lama-lama, Mas kangen.”

 

“InsyaAllah, salah siapa juga kemarin ngilang gitu?"

 

“Kok gitu,”

 

“Terus bagaimana coba? Makmum 'kan ngikut imam."

 

“Selesai dong sayang, jika kamunya jawabannya gitu. Oya, Dika tadi gak macam-macam kan?”

 

“Sama sekali tidak, Mas Dika asyik orangnya ya? Dan dia sopan banget, memperlakukan aku kayak istri Boss, sepertinya Pak Bossnya galak deh!” celotehku, sambil menyindirnya.

 

“Adek nyindir Mas? Emang Mas galak gitu?!”

 

“Gak galak sih, cuma banyak memerintah dan mengharuskan sesuatu, tapi aku bersyukur Mas orangnya hangat."

 

Kami berbincang hingga Mas Ferdian sampai di rumah, karena dia tak mematikan sambungan telephone walaupun sedang menyetir. Kami selesai berbincang hingga jam 12 malam. Begitulah keseharian kami sampai aku lulus SMA.

 

Ikuti terus sampai akhir ya...😍

Jangan lupa kasih dukungannya...👌

Terimakasih...🙏🙏

Terpopuler

Comments

Risa Istifa

Risa Istifa

💞💞💞💞💞💞

2021-12-27

0

Fitmr31_

Fitmr31_

Aku cicil yah kk 🙏

2021-12-26

0

Cikmon Vale

Cikmon Vale

duhh andaikan 🥺🥺

2021-11-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!