Menikah Tanpa Hati
"Ta... nanti setelah lulus SMA mau lanjut kuliah kemana?", tanya Lala.
"Kayaknya nggak deh La. Aku sengaja sekolah Kejuruan agar bisa langsung kerja", jawab Pita.
"Lhoh kenapa? Kamu pintar Ta, sayang lhoh kalau nggak lanjut", ucap Lala.
"Aku nggak enak sama orangtua kamu. Mereka terlalu baik biayain sekolah Aku dari TK hingga SMA. Sudah saatnya Aku mandiri La, itulah alasanku kenapa nggak ikut kamu sekolah Negri", terang Pita.
"Ya ampun Ta. Kenapa harus nggak enak sih. Kan Ayah kamu kerja sama Papa, jadi kamu dan keluargamu udah kayak keluarga bagi kami. Jadi jangan pernah merasa sungkan", ucap Lala.
"Justru itu. Aku ingin bisa berdiri sendiri dengan kakiku, jika Aku bisa kuliah maka dengan usahaku sendiri. Tanpa bantuan keluargamu maupun orantuaku", ucap Pita tegas.
"Apapun keputusanmu, Aku pasti mendukungmu Ta. Jika butuh bantuan jangan pernah ragu untuk bilang. Aku selalu ada untukmu", ucap Lala tulus.
"Terimakasih La. Kamu benar-benar baik padaku, tanpa memandang Aku siapa dan darimana berasal?", ucap Pita bangga pada sahabatnya itu.
"Sama-sama. Udah deh jangan ngomong gitu. Kita itu sama aja, nggak ada yang bedain. Berhenti bilang kayak gitu lagi", ucap Lala tak suka Pita membahas itu.
Keduanya memang bersahabat sedari kecil, bahkan saat belum bersekolah. Sedari kecil Pita dan Lala sudah saling mengenal dan merasa cocok. Pertemuan pertama mereka adalah saat Pita ikut Ayahnya ke rumah Lala.
Ayah Pita diterima bekerja sebagai sopir oleh orangtua Lala. Ayah Pita datang untuk mulai bekerja, namun sebelumnya memohon ijin untuk membawa serta putrinya karena tak ada yang menjaga. Ibu Pita berjualan sayur di rumahnya, sehingga pagi buta harus ke pasar untuk membeli sayur segar.
Orangtua Lala yang baik mengijinkan Pita ikut Ayahnya, tapi bukan untuk ikut bekerja. Melainkan ikut ke rumah itu dan menemani putri majikan Ayahnya, yang kebetulan seusianya. Mereka tahu Lala kesepian karena selalu sibuk di tinggal orangtuanya bekerja. Papanya pemimpin perusahaan sementara Mamanya setia menjadi sekertaris Papanya, sedari lajang hingga saat ini.
Setiap hari Pita dan Lala bermain bersama, awalnya Pita akan di jemput Ibunya saat sudah pulang dari pasar. Namun, lama kelamaan Lala selalu merengek agar Pita tinggal seharian disana dan pulang saat Ayahnya pulang. Jelas itu membuat orangtua Pita tak enak hati, tapi karena Lala yang memaksa orangtuanya untuk mengijinkannya pun tak bisa lagi menolak.
Lala berjanji akan menjadi anak yang penurut jika Pita di ijinkan bersamanya seharian. Dan orangtuanya pun hanya menurutinya, toh kehadiran Pita membuat Lala senang dan terlihat semakin ceria. Pita juga tak berperilaku buruk, jadi tak ada yang salah jika keduanya bersama. Masih ada pengasuh yang mengawasi mereka seharian.
Itulah awal mereka menjadi sahabat, orangtua Lala tak pernah mengajarkan Lala memandang rendah pada Pita meski Ia hanya anak dari seorang supir. Mereka pun menyekolahkan Pita di sekolah yang sama dengan Lala.
Tentu saja itu keinginan Lala. Dari TK hingga SMP mereka selalu bersama, persahabatan mereka sudah seperti saudara saja. Jika salah satu sakit, yang satu pun ikut sakit. Jika salah satu menangis karena jatuh, maka yang satu akanenenangkannya.
Semakin kesini Pita menyadari posisinya yang hanya anak sopir, sementara Lala adalah anak majikan Ayahnya. Ia pun memilih sekolah di SMK karena berniat bekerja, agar orangtua Lala berhenti membiayai sekolahnya. Untungnya orangtua Pita mendukung semua keputusannya, meski jika Pita akan kuliah mereka bersedia membiayainya. Namun, Pita tak ingin menyusahkan mereka.
Pita sudah bertekad akan kuliah jika memiliki tabungan sendiri. Ia tak ingin selamanya bergantung pada orangtua sahabatnya yang merupakan majikan Ayahnya. Sahabat yang kastanya berbeda dengannya, Ia putri Raja sementara Ia hanya anak hamba sahaya.
*****.....*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Tamirah
lanjut Thor belum tahu isi ceritanya.
2024-09-29
0