"Oh astaga... Danial?" dengan refleks Aisha memeluk Danial, seorang sahabat yang kini sudah kembali, setelah sekian lama pergi ke luar negeri.
Danial, merupakan seorang pria teman masa Sekolah Menengah Pertama Aisha dulu, yang kini sudah sah menjadi ahli waris serta penerus keluarga Adam.
Danial melihat sekilas Aisha yang sekarang sudah semakin dewasa merasa gemas dan mencubit pipi Aisha, "apa kabarmu, Ao?"
Aisha meringis, "kabarku baik, kapan kamu datang?"
"Baru saja, dan langsung kemari," terang Danial.
"Baguslah." Aisha merasa terharu sekaligus senang melihat Danial ada di depannya, "Kangen banget tahu, kenapa baru kembali? Kan lebih bagus kalau kita bisa bersama lagi," pungkasnya pada Danial juga Deva.
"Ya, ampun. Dasar kalian bocah, bikin kaget saja. Lagian kamu Aisha, teriak begitu keras, ku pikir ada apa," si bos yang sudah panik dan membuntuti suara Aisha yang terdengar dari depan toko.
"Hehe, maaf bos," Aisha cengengesan.
"Om Adwan?" Ucap Danial, ketika melihat si bos yang bernama Adwan.
"Wahhh, Danial... Makin besar saja kamu, bagaimana kabar kamu?" bos Adwan mengulurkan tangannya untu bersalaman pada Danial. "Hebat kamu, benar-benar hebat sekarang," imbuh bos Adwan.
"Lho? Kalian?" Aisha terperangah.
"Dia teman ayahku, om Adwan ini sudah berjasa besar pada perusahaan ayahku," jelas Danial.
"Pantesan... Lalu kenapa kamu tahu, kalau kami ada disini?" selidik Aisha kepada Danial.
"Itu?" Danial menyeru dan memeluk pundak bis Adwan, "tentu rahasia dong," imbuh Danial.
"Iihhh, rese banget sih kamu, Danial. Apa bos nih, yang kasih tahu," Aisha masih menyelidiki, meskipun dirinya tahu pasti akan jawabannya.
Bos Adwan sudah menyadari kecurigaan Aisha itu, bermaksud untuk menghindar. "Anu, itu, hehe maaf. soal itu, aku nggak ikut-ikutan..." timpal bos Adwan dan berlalu meninggalkan ketiga anak muda tersebut.
Dengan gaya garangnya Aisha, tangannya sudah mendarat di bahu Danial dan mencubitnya cukup keras, "dasar kamu, Danial!!!"
Danial hanya meringis pasrah menerima cubitan itu, sedangkan Deva yang sedari tadi diam bagaikan orang asing mencoba untuk menerobos.
"Ehem!"
Aisha tersadar, dirinya hampir saja melupakan sahabatnya itu, "hehe, maaf Deva... aku terlalu senang, karena Danial sudah kembali," jelas Aisha.
"Aku sudah tahu..." Deva merajuk.
"Oh, ayolah. Kamu sedang merengek apa?" Aisha menggoda.
"Aku tak peduli," Deva tak mau kalah.
"Hei kalian anak muda," tiba-tiba bos Adwan datang kembali dengan menenteng dua bungkus tas belanja yang cukup besar.
"Bagaimana kalau hari ini,.kita pesta kecil-kecilan?" imbuh Bos Adwan.
Aisha, Deva juga Danial mengangguk setuju, mereka langsung saja meluncur kearah belakang, di mana ruang istirahat berada.
Mereka nampak menikmati dan saling bertukar cerita satu sama lain, bahkan sampai tak terasa waktu sudah hampir malam.
"Baiklah. Kalian, lanjutkan saja, aku harus pergi sekarang," ucap bos Adwan, setelah melihat jam tangannya.
Kini tersisa tiga orang, mereka masih berlanjut untuk bertukar cerita, hingga tak terasa waktu cepat berlalu. Akhirnya mereka memutuskan untuk menyudahi acara temu kangen tersebut, "Sekarang, aku harus pergi. Danial tolong kamu antar Deva," pungkas Aisha yang sudah menenteng tas kecilnya.
Danial berdiri, "biar ku antar kamu," ucapnya. Tetapi dengan cepat Aisha menolak, "jangan. sebaiknya kamu antar Deva, Rumahnya cukup jauh dan kebetulan searah denganmu bukan?" terang Aisha.
"Tapi..." Deva merasa khawatir, kalau nanti dijalan Aisha bertemu dengan Tomy. Akan tetapi, Aisha sudah menyelanya, "tidak perlu khawatir, rumahku dekat dari sini. Justru aku khawatir padamu, Dev,"
"Dan, hari ini. Bukankah kamu tidak membawa sepeda motor? justru aku lebih cemas lagi kalau kamu nanti ketemu mahluk itu, kemudian mengintrogasi mu, akan lebih aman kalau kamu sama Danial," imbuh Aisha.
"Tapi kami bisa mengantar mu lebih dulu, Sha." timpal Danial.
"Tidak. Aku pergi dulu, oke, bye," Aisha pergi begitu saja meninggalkan Deva juga Danial.
Aisha melangkahkan kakinya begitu cepat, karena sebetulnya ia juga khawatir, jika dirinya bertemu dengan Tomy.
Tapi bagaimanapun juga, Aisha lebih memilih untuk menjaga perasaan seseorang, "kali ini, aku sudah membantumu Deva, hihihi..." gumam Aisha cekikikan seorang diri.
Di sisi lain, Tomy yang sedang mengendarai mobil yang entah ia temukan darimana, namun yang pasti kali ini tomy tak bisa menahan amarahnya, lantaran dirinya merasa telah di permainkan, "sial!" hardiknya.
Tomy yang sudah marah itu, melajukan mobilnya dengan cepat, bahkan dirinya tak peduli akan ada air kubangan yang ada di depannya.
Tomy menerabas begitu saja, sampai air kubangan itu bisa terbang dan membasahi pejalan kaki yang kebetulan pejalan kaki itu adalah Aisha.
Prat....
"Hemmm... Apes banget, sehari sudah dua kali kena air kotor," Aisha merasa geram, karena kali ini benar-benar kotor daripada sebelumnya
Aisha mengomel sembari menunduk dan terus berjalan, tangannya juga sibuk membersihkan bajunya yang kotor itu.
Sudah terlihat jelas, lampu merah menyala, Aisha terus berjalan melintasi jalur khusus untuk menyeberang. Namun tiba-tiba, ada sebuah mobil melaju sangat kencang dari kejauhan.
Tin tinnn...
Suara klakson mobil begitu arogan, sontak saja membuat Aisha kaget dan refleks menoleh kearah kiri, "aaaaa......" teriak Aisha dengan kencang, apalagi sorot lampu mobil itu sudah sangat menyilaukan pandangan Aisha.
Brakkk..
Aisha terjungkal di pinggir jalan, dengan perasaan kalut dan detak jantungnya yang terus memompa dengan cepat dan cepat.
Aisha masih terpejam dengan perasaan tak karuan, tapi ia menyadari akan sesuatu yang aneh, "kenapa rasanya aku seperti sedang memeluk seseorang? apakah aku sudah mati?" pikir Aisha.
"Tapi, kenapa aku... merasakan ada detak jantung seseorang? dan..." perlahan Aisha membuka mata, dan terkejut lah dirinya melihat dada bidang yang terasa hangat dan kekar elastis, dan itu sudah pasti seorang pria.
Dengan kesadaran kilatnya, Aisha mendongakkan kepala, tapi kepalanya terasa tertahan dengan tangan yang masih mendekap erat dirinya. Semakin penasaran lah Aisha di buatnya, "siapa yang sudah menolongku?" batinnya.
"Emmm, maaf..." saat itu pula, pria tersebut melonggarkan dekapannya. Barulah Aisha dapat melihat siapa yang sudah menolongnya.
"Kamu??" Aisha terperangah melihat wajah yang sedikit familiar.
Aisha baru mengingatnya, rupanya pria itu adalah pria yang sebelumnya bernama bos Adwan, segeralah Aisha beranjak dari atas tubuh pria tersebut.
"Dasar bodoh." ucap pria itu sedikit sinis.
Semakin kagetlah Aisha, lantaran ekspresi pria itu cukup menjengkelkan. Padahal Aisha tahu, keadaan pria itu sudah pasti sangat kesakitan.
Menopang tubuhnya untuk dirinya, dan terjatuh dengan begitu kerasnya, apalagi kalau bukan sakit?
"Lain kali, kalau belum siap mati, jangan mati," ucap pria tersebut begitu dingin.
Akan tetapi Aisha tak peduli, karena pria itulah Aisha selamat. Pria itu mencoba untuk bangkit, rupanya badannya sudah terasa remuk, di tambah kakinya terkilir, tentu membuat Aisha merasa bersalah dan berhutang budi.
Ketika Aisha hendak mau membantu, pria itu sudah menepisnya lebih dulu, "kamu. Obati saja lukamu, jangan pedulikan aku," pria itu semakin dingin, tapi di sisi lain Aisha baru menyadari kakinya terluka, dan baru terasa perih.
Tapi itu tak seberapa di banding pria yang sudah menolongnya, tetapi ketika Aisha mau membantunya lagi, pria itu malah membentaj dirinya, "Pergi!!!"
"Pergi!!" Bentak pria itu.
Seketika membuat Aisha menurut, dirinya menjadi takut pada pria tersebut. Sedangkan pria itu sudah berdiri, dengan tertatih pria itu berjalan pincang pergi menjauh, Aisha yang merasa bersalah dan berhutang budi, tak mau berhenti begitu saja.
Sampai-sampai Aisha membuntuti pria tersebut, lantaran ia merasa cemas akan keadaan pria tersebut.
Entah sampai mana, Aisha tidak menyadari, tapi yang pasti sebuah gang yang tak jauh dari jalan raya, hanya saja terasa sunyi dan sepi.
"Cukup!!!"
Aisha langsung bersembunyi, "keluar kamu dari sana!!" Aisha terdiam tidak berani keluar persembunyiannya.
"Aku bilang, KELUAR!!!" suara pria itu sungguh menakutkan, membuat Aisha menyerah dan keluar dengan rasa takut.
"Kamu tahu apa yang kamu lakukan?" pekik pria itu, "pulang!!" imbuhnya.
"Ti,tidak bisa. Aku harus membantumu..."
"Aku bilang, pulang!!!" Hardik pria itu.
Aisha malah tak bergeming dan tetap diam disisi pria yang telah menolongnya itu, lantaran Aisha melihat ada darah yang menembus dari baju pria tersebut.
Semakin merasa bersalah lah Aisha di buatnya, dirinya juga mencoba untuk menyentuhnya, namun Aisha ulurkan niatnya.
"Terserah, sebaiknya persiapkan diri kamu untuk mati!!" ucap pria itu dan berjalan kembali kearah gang yang semakin dalam, tapi entah kenapa Aisha masih saja membuntuti pria itu.
Tapi beberapa menit, tiba-tiba datang beberapa pria tak dikenal, dan langsung mengepung pria yang telah menolong Aisha dan juga dirinya.
"Astaga... apa ini?" batin Aisha panik.
Lagi-lagi pria itu mencoba untuk melindungi Aisha dengan menutupi dirinya dengan tubuh pria yang tinggi itu tepat di belakang pria tersebut.
Posisi yang begitu dekat, Aisha tak sengaja mencium bau darah segar itu semakin panik, "bagaimana ini," pikiran Aisha semakin kalut.
"Hahaha, ternyata hanya seorang yang cacat. Bos kamu memang licik, membiarkan asistennya terluka dan memasuki sarang harimau?" ejek salah seorang preman.
"Hahaha" tawa mereka berbarengan.
"Tapi baik juga kamu, membawa perempuan secantik ini. Tapi... Sayangnya kotor. Tapi aku suka." Ucap preman itu dan mendekati Aisha.
"Jangan sentuh dia!!!" gertak pria yang telah menolong Aisha.
"Haha, dia bukannya hadiah yang kamu bawa untuk kami?" semua preman itu tertawa amat menjijikkan.
Namun, tiba-tiba Aisha di tarik paksa, dan Aisha mencoba memberontak sekalipun lengannya terasa sakit.
"Sial!!" pria yang menolong Aisha, langsung bertindak, tetapi sudah kalah telak.
Aisha sudah di bawa pergi menjauh dan pria itu sudah di hadang dan harus melawan preman itu secara tidak adil.
Mulut Aisha si bekap begitu erat, kini air matanya menetes. Dirinya ingin meminta bantuan, tapi harus kemana? dan siapa?
Aisha hanya mampu melihat pertunjukan kejam, apalagi pria itu sudah pasti akan kalah. karena kebrutalan para preman menghajar pria tersebut tanpa ampun.
Aisha sudah tak tahan, ia baru ingat di dalam tas kecilnya ada pisau kecil. Segera Aisha meraba tas kecilnya dan mencari pisau itu, setelah ketemu, Aisha menggigit tangan preman itu dengan keras.
Preman itu bergeliat, saat itu pula Aisha berbalik dan menusuk keras pisau kearah dada preman tersebut.
"Akhhh..." pria itu melonggar, Aisha bisa kabur.
Tapi sungguh sial, pria yang menolong Aisha sudah kalah dan ambruk seketika, menjerit lah Aisha dan berlari kearah pria tersebut.
"Jangannn!"
Aisha menangisi pria itu yang sudah bersimbah darah, kedua tangannya pun meraih pundak pria tersebut.
Tapi naas, Aisha yang sangat lengah itu di manfaatkan oleh seorang preman yang diam-diam datang mendekat.
Bukkk... pukulan keras sudah mendarat teoat di punggung Aisha, dan membuat Aisha tak sadarkan diri seketika itu pula.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Miss R⃟ ed qizz 💋
semangat
2020-04-06
1