"Mbak? Mbak gak apa-apa?" Ucap seorang pria yang tiba-tiba sudah ada dibelakang Aisha.
Aisha yang masih sibuk membersihkan diri cukup kaget dan sontak menoleh kebelakang dari arah datangnya suara itu, rupanya seorang pria berseragam layaknya pegawai kantoran.
Saat itu pula, pikiran Aisha mulai melayang, "Enak kali ya, kerja di kantoran," gumamnya dalam hati.
Aisha malah melamun merasa iri hati memandang setelan baju yang amat mendambakan, setelan baju formal dengan sepatu pantofel hitam mengkilat, kerja kantoran yang jelas terlihat bersih tanpa harus kesana kemari, layaknya dirinya sebagai pegawai toko bunga yang harus kadang kala mengantar pesanan customer.
"Mbak? Mbak nggak apa-apa kan?"
Pria yang sedari tadi menghampiri Aisha dan merasa kalau dirinya tak di indahkan itu, langsung melambai-lambaikan tangannya tepat didepan wajah Aisha, "mbak? halo?"
Lamunan Aisha benar-benar buyar, "eh, iya. Maaf pak, eh maksudku om," Aisha sedikit gagap.
Aisha baru menyadari, pria itu memang cukup tampan, maksudnya setelan bajunya. Wajahnya yang tak lagi muda ditambah lagi perut buncitnya, apalagi cara pria itu memandang, sungguh mengerikan.
"Waduh mbak, sayang sekali ya. Mbak memang cantik, tapi aku sudah punya istri dan anak. Jadi maaf ya mbak, aku memilih istri dan anakku," pria itu terkekeh dan kembali membuyarkan lamunan Aisha.
Rasanya, kaki Aisha ingin sekali segera membawanya pergi menjauh, lantaran pria seperti itu sudah jelas pria mata keranjang, karena dari tatapan serta mimik wajah yang cukup membuat bulu kuduk merinding.
Aisha tak terima itu tanpa basa-basi menjelaskan, "ha? Maaf ya om..."
Pria itu yang merasa ada penolakan langsung memotong, "Sudahlah mbak, akui saja. Mbak tengah mengagumi ku bukan? Buktinya tadi, mbak melihat saya sampai melamun begitu,"
"Eh, buset. Nih orang ke-ge-eran banget sih" batin Aisha.
"Eh, bukan om. Maksud aku bukan itu om, om salah paham," Aisha masih tidak terima.
"Sudahlah, nggak apa-apa. Akui saja, toh aku memang tampan," ucap pria itu makin kepedean.
"Hah?"
"Huwekkk... Demi Tuhan, pria ini benar-benar gila," batin Aisha yang sudah bergemuruh petir.
Aisha sudah tak peduli, "haha, maaf om. Aku buru-buru, permisi."
Dengan cepat, Aisha mengayuh sepeda agar terhindar dari makhluk astral, yang entah darimana datangnya.
Sedangkan pria tua itu masih memandang punggung Aisha yang semakin jauh, dengan tatapan nafsunya, "awas saja nanti."
"Maaf pak, perempuan yang naik sepeda tadi kemana ya?"
Deg. Pria tersebut kaget dan langsung berubah ekspresi tak senang. Saat menoleh kebelakang rupanya sosok pria muda yang tampan dan bertubuh tinggi semampai tentu jelas melebihi pria tua tersebut yang tingginya hanya setinggi pohon tauge gemuk.
"Oh, dia. Dia keponakanku, ada apa?" Ungkap pria itu dengan acuh tak acuh.
"Begini, tadi saya tidak sengaja membuatnya basah kuyup karena mobil saya. Apa dia baik-baik saja?" Tanya lelaki muda itu dengan sopan.
"Tentu saja tidak, kulit dia terlalu sensitif, kalau terkena air kotor, apalagi air kotor di jalanan seperti itu. Kamu pikir apa akan baik-baik saja?"
"Maaf, pak. Saya benar-benar tidak tahu, bagaimana kalau saya bertemu dengan keponakan bapak untuk meminta maaf?"
"Hei, anak muda. Apa dengan kata maafmu itu sudah cukup? Haha, kamu jangan gila,"
"Maksud bapak?" Selidik pria muda itu.
"Ganti rugi"
Pria muda itu melongo, "apa?".
Dengan cepat, pria tua itu berkata, "kalau tidak, aku laporin ke polisi," tegasnya.
Pria muda itu terbelalak, tpi karena tak ingin berurusan panjang, pria muda itu langsung merogoh kantong celana, "baiklah."
Baru saja membuka dompet, pria tua tersebut langsung merampas dan menggeledah tumpukan yang tipis dengan ganasnya, "segini masih belum cukup, karena obat keponakanku itu mahal, barangnya langka. Berhubung aku lagi berbaik hati, aku lepaskan kamu. Pergilah."
Setelah mendapatkan uang, pria tua itu melemparkan dompet ke arah pria muda tersebut, bahkan tanpa basa-basi pun pria tua itu pergi tanpa pamit.
"Gila, benar-benar gila. Uangku untuk satu bulan diambil semua. Duh, gawat aku harus cepat kembali," batin pria muda itu saat melihat dompetnya sudah kosong melompong.
Tanpa berpikir panjang lagi, pria muda tersebut melihat jam yang melingkar di tangan kanannya, wajahnya menjadi cukup panik. Dan sesegera mungkin dirinya ikut berlalu meninggalkan tempat perkara, menuju restoran yang tak jauh dari tempat tersebut.
Di sisi lain, Aisha yang sudah sampai di tempat kerja, Deva yang melihat Aisha datang dengan keadaan basah kuyup dan kotor itu merasa kasihan tapi juga ingin tertawa, "lho, Aisha? Kenapa? Hahaha jangan bilang habis main tadi."
Aisha tak peduli dan berjalan ke arah loker, "tahu ah, gara-gara pria tadi. Naik mobil sembarangan, parahnya lagi sudah tua tapi pedenya minta ampun," Aisha menggerutu.
"Hehe, sabar Sha. Ya sudah, cepat mandi sana dan ganti bajumu. Sebentar lagi bos akan kesini," Deva memeringati.
"Apa? Bos?"
"Iya, bos. Bos kita" ucap Deva.
Buru-buru lah Aisha pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, "oke-oke, aku akan cepat selesai," imbuhnya.
Tidak ada sepuluh menit, Aisha sudah datang kembali dengan segar, buru-buru lah Aisha memakai celemek berwarna coklat yang sebelumnya ia lepaskan.
Tak harus lama-lama, Aisha sudah kembali bekerja, membantu Deva yang sedari tadi sibuk merangkai bunga.
Rupanya kedua gadis itu, sudah di percaya oleh bosnya untuk mengelola toko bunga tersebut. Tentu saja, jika di lihat mereka berdua cukup cekatan dan gesit.
Tapi pekerjaan itu, cukup membosankan bagi Aisha, lantaran dirinya masih mendambakan bekerja di kantoran.
"Sha, bos datang," Deva memperingatkan Aisha yang sedang melamun.
"Oke," Aisha berkesiap.
Nampak dari dalam, rupanya bos mereka datang dengan seorang pria muda. Dan ketika tanpa sengaja, pria muda itu melihat sepeda yang sebelumnya Aisha gunakan sudah terparkir di depan toko, "Sepertinya, kenal dengan sepeda ini," batinnya.
"Selamat siang bos," seru Aisha dan Deva menyambut bos mereka datang.
"Selamat siang juga, Ao, Deva. kami ada urusan sebentar, tolong persiapkan bunga yang terbaik. Dan pastikan, jangan buat keributan ataupun kegaduhan. Mengerti?" perintah bos mereka.
"Siap. Mengerti, bos," seru Aisha dan Deva.
Aisha dan Deva langsung mengambil alih dan mempersiapkan bahan, mereka berdua nampak kompak untuk berkerja sama, meskipun itu hanya merangkai bunga.
Lima menit kemudian, lonceng pintu berbunyi yang artinya ada pelanggan datang, Deva langsung menyudahi dan menghampiri pelanggan tersebut.
Aisha merangkai bunga yang cukup besar seorang diri, tapi tak lama lonceng toko berbunyi berkali-kali, tentu Aisha harus mempercepat pekerjaannya.
Hanya tinggal sedikit, akhirnya Aisha memilih untuk turun tangan lantaran Deva sudah nampak kewalahan, "mari kak, ada yang bisa kami bantu?" tawar Aisha dengan ramahnya.
Mereka berdua menjadi sibuk, hingga tak terasa bos mereka sudah keluar dari ruang rapat bersama pria muda sebelumnya.
"Ao?" panggil bos kepada Aisha.
Aisha menoleh, "Iya, bos?" jawabnya, Aisha pun pamit pada pelanggannya, "maaf ya, sebentar," pelanggan hanya mampu mengangguk menyetujuinya.
"Bunganya sudah siap?" Ucap bosnya, saat Aisha sudah tiba.
"Hehe, belum bos. Sedikit lagi..." Aisha cengengesan dan menyipitkan jarinya membentuk huruf c.
"Selesaikan dulu, biar pelanggan, aku yang tangani dulu" ucap bos, "anda, bisa tunggu di sini sebentar," imbuh bos itu mempersilahkan pria muda untuk duduk di dekat Aisha.
Aisha langsung menyibukkan diri menyelesaikan pekerjaannya, meskipun pria muda tersebut sangatlah tampan baginya, tapi tetaplah pekerjaan nomor satu, dan Aisha tidak berani untuk mengajak bicara atau basa-basi.
Tapi di sisi lain, rupanya pria muda itu nampak mencuri pandang pada pada Aisha, dirinya merasa kagum akan kegesitan Aisha atau karena kecantikan Aisha?
Entahlah, Deva yang menyadari itu tak mungkin untuk melabraknya, karena pria itu tak berbuat apa-apa, selain memandangi Aisha dengan senyum tipisnya.
"Bos? Bunganya sudah siap," Ucap Aisha tiba-tiba dengan cerianya, seketika itu pula pria muda tersebut tersadar dan bos datang menghampiri.
"Oke."
"Wah, saya salut dengan anda, meskipun anda seorang direktur masih mau turun tangan untuk melayani para pelanggan," puji pria muda itu.
"Hehe, jangan begitu. Karena aku bisa seperti sekarang ya karena berawal dari sini, memulainya dari hal kecil. Kita pun nggak boleh mengabaikan pelanggan sekecil apapun itu, karena kita juga butuh mereka, bukan?" Ucap bos terkekeh.
"Betul, pak," seru pria muda itu dengan ramah.
"Makanya, kamu harus belajar menghargai hal yang terkecil sekalipun," seru bos.
"Oh, iya. Tolong kasih ini kepada direktur Rendra, sampaikan salamku kepadanya, senang bekerja sama dengannya," ucap bos dengan ramah dan menyerahkan bunga buket kepada pria muda tersebut.
"Baik, terima kasih. Kalau begitu, saya pamit dulu. Selamat siang pak," pamit pria muda tersebut dan berlalu pergi.
"Kasihan sekali pemuda itu, habis dipalak orang gara-gara tidak sengaja mencipratkan air dengan mobilnya dan mengenai seseorang," gumam bos.
"Apa? Eh, maaf. Maksudku, apa dia itu yang yang telah membasahi seorang gadis dengan air kotor saat melintas di jalan veteran blok A?" Selidik Aisha saat mendengar ucapan bosnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Miss R⃟ ed qizz 💋
lanjtkan Thor
2020-04-06
0