CEO Dadakan Dan Putri Bangsawan
Arfan Alhusayn adalah seorang pria lulusan pesantren. Ia juga telah menyelesaikan kuliahnya di salah satu kampus yang ada di Yogyakarta. Wajahnya tampan, etikanya juga baik. Anak yang sangat rajin pula. Dia memiliki seorang adik nan cantik dan cerdas.
Siapa yang akan mengira, bahwa nasib malangnya akan berubah dalam waktu yang tak di sangka-sangka?
Tidak ada!
Tuhan memang memiliki jalannya sendiri untuk memberikan hamba-Nya kebahagiaan. Kita tidak pernah tahu hal apa yang akan terjadi ke depannya. Tugas kita hanyalah berdoa dan berusaha!
...*****...
Derap langkah kaki membawa pria tampan yang tengah sibuk dengan pekerjaannya saat ini, menuju teras rumahnya. Niatnya, ingin sekedar menyapa sang ibu yang sudah bersiap-siap ingin pergi.
"Arfan ...!" tegur seorang wanita yang hampir kepala empat itu pada anaknya.
"Iya, Bu'e. Ada apa?" tanyanya lembut dan halus.
"Kamu ndak jadi pergi ke pasar, Le? Siapa tahu, ada yang mau membeli karya seni mu itu." ucap Sanah Mufidah pada anaknya.
"Arfan rasa tidak perlu, Bu'e! Nanti, 'kan ada orang yang menjemputnya ke sini, Bue. Sudahlah, Bue ndak perlu cemas! Insha Allah, Allah akan mempermudah segala sesuatunya nanti." timpal Arfan penuh keyakinan.
"Oh, gitu. Ya, sudah kalau begitu Bu'e mau ke pasar dulu. Apa kamu mau nitip sesuatu, Le?" tanya Sanah lagi pada anak tampannya itu.
"Ndak, ada Bu'e. Kalau begitu, Arfan lanjut kerja lagi, ya! Bue hati-hati di jalan! Jangan, pulang malam-malam, Bu'e! Ndak, baik anak gadis pulang malam-malam. Hehehe ...," kelakarnya menggoda ibunya yang sudah punya anak dua.
"Hush ... mulut mu itu! Bu'e sudah punya anak dua masih di bilang anak gadis. Le ... Le ... mbok yo buruan nikah toh, ben Bue punya mantu!" ucap sarkas Sanah yang mengundang gelak tawa di antara anak dan ibu itu.
"Hihihi ... kalau bahas masalah itu. Arfan ngaku belum siap, Bu'e! Soalnya, Arfan belum percaya diri untuk melamar anak gadis orang, Bu'e. Bu'e doakan saja, ya! Supaya, Bu'e bisa punya mantu sebentar lagi. Kalau bisnis yang Arfan rintis ini berjalan lancar. Bu'e boleh, deh ... berharap punya mantu ayu!" ucap Arfan dengan tawa renyahnya.
"Wis ora usah berkhayal tinggi-tinggi, Le! Bu'e cuma kepengen kamu sukses dan hidup bahagia. Yo wis, Bu'e ke pasar sekarang. Udah mau siang ini. Gara-gara koe Bu'e jadi telat, deh!" Sanah pun segera berjalan buru-buru.
"Pelan-pelan, Bu'e ...!" teriak Arfan yang khawatir pada langkah ibunya yang terlalu terburu-buru itu, dia takut ibunya akan jatuh.
Namun, Sanah hanya melambaikan tangannya tanda mengerti.
"Bu'e ... Bu'e ...! Mimpi Bu'e untuk punya mantu nampaknya akan lama terwujudnya. Hahhh ... usia ku sudah 25 tahun. Tapi, aku masih belum bisa sukses. Sudahlah! Lebih baik aku kembali bekerja lagi." ucapnya yang kembali mengerjakan pekerjaan membuat berbagai macam produk furniture di samping rumahnya.
...*****...
Di salah satu rumah mewah dan megah seantero kota Yogyakarta. Rumah yang di huni oleh keturunan keluarga ningrat ternama.
Adiwangsa Maheswara adalah pria keturunan keluarga ningrat yang ada di kota Yogyakarta. Bisnisnya sudah tidak di ragukan lagi. Berbagai jenis perusahaan ia tangani. Termasuk bisnis mebel yang sukses membawa namanya terkenal hingga ke luar negeri.
Saat ini, pria yang sudah berkepala empat itu tengah menikmati hangatnya secangkir kopi buatan sang istri. Dengan nuansa dingin yang membawa ketenangan dan kedamaian.
Namun, sungguh di sayangkan! Sebab, suasana tenang dan damai itu harus berakhir dengan secepat kedipan matanya memandang.
"Wah, nikmat sekali menyeruput kopi di pagi hari, Sayang!" ucapnya pada sang istri yang duduk setia mendampingi di sisi.
"Iya, habiskan kalau begitu, Mas! Aku ingin kembali lagi ke atas. Anak gadismu belum bangun juga dari tadi. Permisi, Mas!" ucap Aneira Hazna.
Saat Hazna membalikkan badannya, ia mendapati sang putri telah berdiri tepat di depan wajahnya saat ini.
"Nggak perlu repot-repot, Ma. Aku udah bangun." lalu, gadis itu berjalan menuju ayahnya berada.
Kemudian, dia mengambil posisi duduk dan mulai bersikap manja pada sang ayah.
"Pa ... aku ingin mobil baru. Boleh, ya Pa? tanyanya sambil meminta.
"Loh ... memangnya, mobilmu yang warna merah itu kenapa? Rusak?" tanya Adi dengan sedikit berkerut kening. Pasalnya, belum lama ini ia telah membelikan sang putri mobil baru. Dan sekarang, putri manjanya itu ingin minta di belikan, lagi?! Oh, tentu saja Adiwangsa tidak akan langsung menurutinya!
"Bukan, Pa! Mobilnya baik-baik, aja. Tapi, aku ingin yang lebih bagus lagi dari yang kemarin, Pa ...." rengeknya seperti anak bayi saja.
"Tidak! Papa tidak akan membelikan kamu mobil baru lagi. Mobil mu itu saja belum ada satu bulan kamu pakai. Masa kamu minta belikan lagi, sih?! Tidak, Papa tidak mau!" tolak Adi dengan tegas dan lugas terhadap permintaan sang putri padanya.
"Papa jahat! Mas Raynar bebas meminta apa saja! Sedangkan aku ...? Apa? Papa terus saja memanjakan mas Raynar di bandingkan aku dan mbak Savina. Ini nggak adil! Papa jahat! Jahat ...!!" teriaknya berulang-ulang kali dan kembali lagi ke atas.
Adiwangsa hanya bisa menghela nafasnya berat.
"Mas ...?" sapa Hazna pada suaminya.
"Biarkan saja! Aku sudah sakit kepala menghadapi sikap manja anak itu. Kenapa di usianya yang sudah 23 tahun, dia belum juga bisa bersikap dewasa?! Benar-benar membuat ku tambah stres saja anak itu!" ujar Adi merasa terhimpit beban yang berat di kepalanya.
"Apa perlu aku nasihati dia, Mas?" tanya Hazna lemah lembut dan halus.
"Pergilah! Katakan padanya, agar ia bersikap dewasa mulai dari sekarang. Sebab, aku tidak mau melihat kelakuan putri kita itu menjadi contoh yang tidak baik nantinya. Kau mengerti, 'kan, maksud ku, Sayang?"
"Iya, Mas. Kalau begitu, aku akan menemuinya sekarang juga. Permisi, Mas!" Hazna pun berjalan menaiki anak tangga itu dengan anggun. Sebab, keluarganya telah menerapkan sikap seorang wanita bangsawan padanya sejak dini.
Sungguh, sikap putrinya berbanding terbalik dengan sikapnya yang lemah lembut.
Tok ... tok ... tok ...
Pintu tidak terkunci, Hazna pun masuk ke dalam. Melihat wajah sang ibu, gadis yang tengah duduk di atas ranjangnya langsung membuang pandangannya ke arah lain.
"Fayra, Sayang ...! Kamu kenapa tiba-tiba ingin minta di belikan mobil baru lagi, hum? Memangnya, mobil kamu yang sekarang kurang bagus? Itu juga, 'kan, pilihan kamu sendiri. Kenapa, Sayang? Coba jelaskan pada Mama sekarang!" pinta Hazna lemah lembut dan penuh perhatian.
Fayra tetap bergeming!
Hazna kembali menasihati anak gadisnya itu.
"Fayra ... jangan bersikap seperti tadi pada papa mu! Nanti, bisa-bisa dia akan memarahi kamu lebih dari ini. Apa kamu mengerti, hum? Mama harap, ini terakhir kalinya kamu meminta hal yang sudah kamu miliki. Mengerti?! Ingat! Jangan, sekali-kali kamu ulangi lagi hal seperti ini lagi! Paham?!"
"Fay mau tidur lagi, Ma. Sebaiknya, Mama pergi saja. Jika sudah selesai melaksanakan tugas yang diberikan oleh presiden di rumah ini!" ucap ketus Fayra pada sang ibu. Kemudian, ia menenggelamkan tubuhnya hingga di tutupi seutuhnya oleh selimut.
"Hahhh ... susah sekali mengurus anak gadis ku yang satu ini." keluh Hazna sebelum kakinya melangkah ke luar daun pintu.
Ketika ibunya telah pergi, Fayra bangkit dari posisi tidurnya dan mulai berjalan ke kamar mandi.
Entah apa yang tengah ada di kepalanya saat ini! Sepertinya, ia tengah merencanakan sesuatu dari sorotan wajahnya yang menampilkan senyuman menawan.
Wajahnya tiba-tiba terlihat sangat bahagia, hal itu terjadi ketika ia baru saja selesai membaca pesan di ponselnya. Pada saat ia berada di dalam selimut tebalnya tadi, ia mendapat sebuah pesan. Hal itulah yang membuat mood buruknya menjadi baik lagi.
Semoga, apa yang akan Fayra lakukan nanti. Tidak akan mengundang amarah yang jauh lebih besar lagi dari sang ayahanda tercintanya.
...*****...
Jadilah pribadi yang dapat disenangi
Bukan malah di benci
Jadilah orang yang ramah
Bukan malah mengundang amarah
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
𝐬𝐚𝐟𝐫𝐢𝐚𝐭𝐢
Ri " aku mampir..suguhin sesuatu donk lapeeer
2022-09-11
1
𝐬𝐚𝐟𝐫𝐢𝐚𝐭𝐢
Pasti ini sosok yg d idamkan Author neh
2022-09-11
1
Bayangan Ilusi
Keren Ria😍
2022-07-17
1