Takdir Cinta Kita
Greenarisha Febriono ialah gadis berparas cantik, ceria dan cerdas yang merupakan putri tunggal dari pasangan Pak Arwan Febriono dan Bu Shani Haryuni.
Pak Arwan merupakan seniman pengerajin kayu yang memiliki usaha meubel furniture kecil-kecilan di salah satu kota di Jawa Tengah, sedangkan Bu Shani merupakan ibu rumah tangga yang mempunyai usaha rumahan yaitu katering makanan.
Greenarisha Febriono yang kerap dipanggil Risha merupakan murid SMA Merpati kelas XII IPA 1 yang memiliki segudang prestasi baik akademik dan non akademik.
Risha memiliki sahabat bernama Andriana Zerrin yang biasa dipanggil Andri. Berbeda dengan Risha yang feminim, Andri berkarakter tomboi namun memiliki prestasi tak kalah dari Risha.
*Di Kelas XII IPA 1*
Siang itu, saat mata pelajaran Bahasa Inggris, Bu Devi mengumumkan perlombaan English Speech Contest (ESC). ESC yang akan diadakan di Universitas G yang merupakan Perguruan Tinggi Swasta nomor satu di Indonesia.
"Anak-anak, ibu minta perhatian sebentar sebelum kegiatan belajar ini ibu akhiri." kata Bu Devi saat mata pelajaran Bahasa Inggris berakhir.
Para siswa yang tengah sibuk mengemaskan alat tulis masing-masing seketika menghentikan aktivitasnya dan segera memperhatikan Bu Devi.
"Dua Minggu lagi akan ada acara English Speech Contest (ESC) yang diadakan di Universitas G. Masing-masing Sekolah Menengah Atas (SMA) baik swasta maupun negeri diberi kuota perwakilan lomba tiga siswa untuk mengikuti perlombaan." jelas Bu Devi.
Andri menyenggol siku Risha dan berbisik, "Sha, ikut yuk!"
"Pasti aku ikut Ndri." jawab Risha dengan senyum manisnya.
Anak-anak mulai riuh membicarakan perlombaan. Ada yang antusias untuk mengikuti ada juga yang mendengar malas karena kemampuan Bahasa Inggris mereka yang hanya rata-rata.
"Sssttt! Dengarkan ibu dulu! Para guru telah rapat dan memutuskan untuk melakukan seleksi kepada murid-murid yang mau ikut perlombaan. Dalam hal ini, masing-masing kelas diperbolehkan mendaftarkan 5 kandidat. Bagi yang lolos seleksi, nanti akan ada mentor yang akan membimbing dan melatih kemampuan speaking peserta. Diskusikan dengan teman sekelas kalian, dan tentukan perwakilannya." terang Bu Devi dengan panjang lebar.
"Ketua kelas, nanti tolong catat daftar nama yang mau seleksi. Kumpulkan besok pagi di meja ibu ya." perintah Bu Devi.
"Baik Bu." Jawab Ridho selaku ketua kelas XII IPA 1.
"Baiklah anak-anak, ibu cukupkan sekian untuk hari ini. Terima kasih atas perhatiannya." tutur Bu Devi kemudian berlalu meninggalkan kelas.
"Guys, siapa nih yang mau mewakili kelas kita buat selesai lomba?" tanya Ridho.
Andri dengan semangat angkat tangan sambil berdiri, "Risha sama aku ikut ya Dho."
"Oke aku catat. Yang lain siapa nih yang mau ikutan? Kalau aku jelas nggak bakalan ikut, ntar malah buat malu. Ngomong Inggris jadi gagu." kata Ridho sambil cengengesan.
"Aku ikut Dho." sambung Ryan.
"Aku sama Dino juga ikut deh." sambung Putra.
Sambil menghela napas, "Huffft, okelah. Jadi ini yang ikut Risha, Andri, Ryan, Putra sama Dino ya. Udah Fix ku catat, gak boleh ganti-ganti." jelas Ridho.
"Setuju..." riuh siswa satu kelas bersamaan.
Para siswa segera lanjut membereskan alat tulis mereka masing-masing lalu berlalu meninggalkan kelas. Ada yang langsung menuju parkiran, ada pula yang singgah ke kantin untuk sekedar minum.
*Di parkiran*
"Ndri, aku langsung pulang ya. Tadi ibu pesen katanya disuruh langsung pulang dan ga boleh mampir-mampir. Mungkin dapat pesanan katering dadakan kali Ndri." kata Risha pamit ke Andri.
"Oke Sha, aku juga langsung pulang nih. Mau coba-coba olah speaking rasanya lidahku pasti kelu kaku udah lama nggak ngomong sama bule. Hehehe." kata Andri sambil sesekali tertawa.
Mereka lalu pulang mengendarai motor masing-masing. Risha singgah di toko buah langganan ibunya untuk membeli buah sesuai pesan ibunya tadi.
Setelah membeli buah, Risha melajukan motornya menuju rumahnya.
Tiba di rumah, ia memarkirkan motornya di teras di samping rumahnya. Rumah Risha memang tidak terlalu besar, tapi nyaman.
Ayahnya yang seorang seniman kayu, dengan kemampuannya menata berbagai furniture kayu yang antik di berbagai sudut rumahnya yang akhirnya memberi kesan sederhana namun indah. Setelah melepas sepatu, cuci kaki dan tangan, Risha kemudian masuk ke dalam rumah.
Seperti biasa Risha mengucapkan salam saat masuk ke rumah.
"Assalamualaikum ayah... Ibu... Eh ada tamu. Maaf om, tante." kata Risha sambil menunduk menyalami orang tuanya dan juga tamunya.
"Waalaikumussalam." jawab mereka dengan kompak.
"Wah, ini putrimu Risha ya Wan. Udah besar, cantik sopan lagi. Ga salah ya Bu kita milih Risha." kata Pak Ody kepada istrinya yang di balas senyuman oleh Bu Mida tanpa mengalihkan pandangan kagumnya kepada Risha.
"Oh ya Sha, kenalin ini Om Ody sama Tante Mida. Mereka teman ayah dan ibu dari jaman SMA." kata Pak Arwan memperkenalkan Pak Ody dan Bu Muda.
"Salam kenal Om, Tante." kata Risha sambil tersenyum.
"Sha, bawa pesanan ibu ke dapur ya! Cuci, lalu potong-potong trus bawa kesini ya!" kata BU Shani.
"Iya bu, om tante Risha pamit ke dapur dulu ya." pamit Risha sambil menundukkan kepalanya.
Risha kemudian mencuci buah semangka itu, ia lalu memotongnya dan kemudian menyajikan semangka itu di piring saji. Setelah selesai, Risha membawa buah semangka itu ke ruang tamu.
"Ini Om, Tante. Silahkan dinikmati buahnya! Risha pamit ke kamar dulu ya, mau bersih-bersih dulu." pamit Risha meninggalkan ruang tamu menuju kamarnya.
"Ini nih buah kesukaan kita, dulu kalo lagi ngumpul nggak boleh ketinggalan ini buah. Ya nggak Wan?" kata Pak Ody sambil mengambil irisan buah semangka lalu memakannya.
"Bener Dy, entahlah aku juga heran. Banyak buah yang lebih enak tapi lidahku nggak bisa berpaling dari semangka." kata Pak Arwan sambil tertawa.
"Eh ngomong-ngomong soal pembicaraan kita tadi gimana? Langsung nikah apa tunangan dulu nih?" tanya Pak Ody.
"Kalau menurutku kita sampaikan ke anak-anak dulu kalau sudah dijodohkan. Biarkan mereka yang menentukan mau langsung nikah apa tunangan dulu. Toh anakku masih belum lulus, mau kuliah dulu." jawab Pak Arwan.
"Bener kata Arwan mas, biarkan anak-anak yang menentukan. Kita sebagai orang tua cukup memantau saja, kalau mulai belok kita luruskan, kalau nggak mulus kita muluskan, kalau nggak jodoh kita paksa jodohkan. Hahaha." kata Bu Mida sambil tertawa.
Pembicaraan mereka berlangsung sampai senja. Pak Ody dan Bu Mida memutuskan untuk pamit pulang. Mereka melewati pintu samping sambil melihat hasil karya Pak Arwan. Ukiran dan pahatan kayu yang bernilai seni terlihat tersusun rapi di sisi kanan dan kiri ruangan.
"Makin maju aja usahamu ya Wan." puji Pak Ody.
"Alhamdulillah, ditekuni walau masih sering kena palu jariku hahaha." lagi-lagi mereka tertawa mendengar ucapan Pak Arwan.
Sampai mereka tiba di tepi kolam ikan. Mereka melihat Risha yang sibuk berlatih _speaking_ untuk seleksi ESC.
"Anak itu kalo udah sibuk dengan dunianya, udah deh kita dilupain." kata Bu Shani.
"Calon mantu kita tu mas." kata Bu Mida sambil mencolek suaminya.
"Kita pamit dulu ya, lain kali kalian harus main ke rumah kita. Ajak Risha biar ketemu sama anakku. Assalamualaikum." pamit Pak Ody.
"Waalaikumussalam. Kalian hati-hati ya. Kami pasti main kesana." jawab Pak Arwan.
Pak Arwan dan Bu Shani kemudian masuk ke dalam rumah untuk membersihkan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Follow ig : tinatina3627
mampir like dan Favorite jangan lupq ke karyaku juga tor.
2022-03-05
0
Annisa Nurshabrina
wah Risya beruntung camernya pada baik²..alhamdulillah..
2022-01-22
1
Muh Yamin
keren
2022-01-20
0