Risha, Andri dan Yoga sudah berkumpul di sekolah pukul 5:30 WIB. Mereka bertiga sudah sepakat untuk berangkat awal agar tidak terjebak kemacetan.
Mereka bertiga berangkat bersama Bu Inggrid menggunakan mobil sekolah.
"Kalian sudah siap kan?" tanya Bu Inggrid.
"Siap Bu." jawab mereka bersamaan.
Perjalanan mereka ditempuh selama satu jam lamanya. Walau masih terlalu pagi, sudah banyak mobil yang memenuhi jalan raya. Memang benar hari Senin memang hari orang sibuk. Tak lama kemudian, mereka sampai di universitas G.
"Wah... bagus banget kampusnya. Mudah-mudahan menang Ya Allah, biar bisa kuliah disini. Aamiin." kata Andri mengagumi kampus G sembari berdoa.
"Udah yuk langsung masuk. Jaga sikap ya, nama baik SMA Merpati di tangan kita." jelas Risha sambil menuju aula kampus tempat diadakannya lomba.
Lomba akan dimulai pukul 7:30 WIB. Mereka masih memiliki beberapa waktu untuk mempersiapkan diri dengan memahami konsep pidato masing-masing.
Risha yang memang sudah mantab dengan konsepnya, sibuk mengatur napasnya. Risha mulai merasakan demam panggung.
"Kebiasaan deh Sha, gerogimu itu kelihatan banget." kata Andri sambil memandang Risha.
"Iya nih, mana udah kebelet pipis lagi. Huft..." jelas Risha sambil mengatur napas.
"Ya udah, aku ke toilet dulu ya." pamit Risha meninggalkan Andri dan Yoga.
"Maaf pak, toilet ada di sebelah mana ya?" tanya Risha kepada panitia yang terlihat menggunakan tanda pengenal panitia.
"Adek lurus aja, trus belok kiri. Ada tulisannya dek." kata panitia menjelaskan arah toilet sambil menunjuk arah toilet yang terletak di depan mereka.
Setelah Risha mengucapkan terima kasih, ia segera menuju toilet yang ditunjuk tadi.
Risha telah selesai menuntaskan hajatnya, Risha mengoceh sendiri di depan wastafel sambil bercermin.
"Ayo Sha, kamu pasti bisa! Hanya pidato loh Sha. Jangankan pidato, buat ukiran rumit puding art ibu aja bisa kok. Tusuk sana, suntik sana, tarik suntik lagi. Ga boleh meluber kemana-mana. Sebegitu ribetnya aja kamu bisa kok. Ingat hanya pidato Sha. Yuk bisa yuk." kata Risha mengoceh menyemangati dirinya sendiri sambil memperagakan gerakan membuat ukiran puding art.
"Inget Sha! Kalo kamu menang setidaknya ayah dan ibu bisa sedikit beristirahat. Nggak perlu siang malam kerja buat biaya kuliahmu Sha. Yuk bisa Yuk. Risha cantik, Risha baik, Risha pasti bisa." semangat Risha sambil mengangkat kepalan tangan ke atas tak lupa dengan senyum manisnya.
Tanpa Risha sadari, sedari tadi ada yang memperhatikan ocehan dan tingkah konyolnya.
*flashback on*
"Lan, bentar lagi berangkat ke kampus G." seru Arga ke Arlan saat baru tiba di kantor.
"Oke bos." sahut Arlan.
Mereka berdua kemudian berangkat menuju kampus G. Tidak butuh waktu lama merekapun sampai di kampus G dan langsung disambut panitia lalu berjalan menuju aula.
"Lan, kamu langsung masuk aja ya. Aku mau ke toilet bentar." bisik Arga ke Arlan.
Setelah selesai kegiatannya di toilet Arga keluar dari toilet. Saat menutup pintu toilet, tidak sengaja ia melihat gadis sedang mengoceh sendiri. Ocehan konyol dan lucu dengan senyum manis di bibir gadis itu.
"Ni anak konyol, tapi lucu. Senyumnya manis banget. Eh Arga, ngapain kamu peduli." batin Arga. Arga lalu meninggalkan gadis itu menuju aula.
*flashback off*
Risha kembali ke aula menghampiri Andri. Tidak lama kemudian moderator memulai acara lomba tersebut. Saat Arga menyampaikan sambutannya banyak yang kagum akan sosok Arga. Lelaki yang menjadi CEO muda, tampan, berkharisma, pebisnis sukses.
"Masih muda udah sukses. Kelihatan banget berkharisma." kata Andri kagum kepada sosok Arga.
"Memang bener kata Andri, udah muda, tampan, sukses lagi. Apa daya diriku, masih SMA udah dijodohkan bahkan aku belum memulai karirku." batin Risha merenungi nasibnya.
Setelah sambutan-sambutan selesai, kegiatan lomba dimulai. Peserta mulai maju dan bergantian menyampaikan pidatonya.
Ada satu peserta yang menarik, dia adalah Clara Firantika, siswi SMA Nusa Bangsa.
"Sha, telingamu sakit nggak? Dia ngomong apa sih? Nggak jelas. Bukannya aku mau sombong ya, tapi beneran nggak ngerti aku dianya ngomong apa." kata Andri berbisik kepada Risha.
"Aku juga nggak ngerti apa yang disampaikan anak itu." kata Risha.
Clara merupakan siswi yang kemampuan Bahasa Inggrisnya di bawah rata-rata. Ia sengaja ikut lomba ini mengingat Arga adalah donatur di lomba ini. Ia mengetahui Arga adalah pebisnis muda tampan yang sukses.
Melalui ayahnya yang seorang pebisnis sekaligus donatur di sekolahnya, dengan mudah merayu kepala sekolah untuk mengikutkannya di lomba ini. Ia rela malu demi bertemu Arga dan mencari simpati Arga.
"Habis ini giliran ku Ndri. Doakan ya!" kata Risha.
"Semangat, kamu pasti bisa!" kata Andri menyemangati Risha.
Risha maju naik ke panggung dengan penuh keyakinan. Ia mulai menyampaikan pidatonya. Banyak yang kagum akan kemampuan bahasa Inggris Risha dan kemampuannya menyampaikan isi pidatonya.
"Ga, lihat nggak? ni anak kecil-kecil cabe rawit." kata Arlan berbisik ke Arga.
Arga hanya mengangguk dengan tatapan tak lepas dari Risha.
"Lumayan juga kemampuan ni anak. Pinter, cantik lagi. Senyum itu manis banget." batin Arga.
Arlan sangat heran melihat ekspresi Arga. Tidak biasanya Arga menatap gadis seperti itu.
"Ini orang kenapa lagi, senyum-senyum sendiri. Eh, kok ngelihatin tu anak terus." batin Arlan.
Risha menyelesaikan pidatonya, dan segera turun panggung menghampiri Andri. Beberapa peserta selesai tampil, saatnya giliran Andri yang tampil.
Penampilan Andri tidak kalah bagus dari Risha, hanya saja konsep Risha lebih terstruktur dan sistematis sehingga isi yang disampaikan mudah dipahami.
Setelah semua peserta selesai tampil, para juri memberi waktu 30 menit untuk istirahat.
Risha dan Andri memutuskan untuk keliling kampus G.
Selama berkeliling kampus, banyak senior mahasiswa yang menggoda mereka. Bahkan ada yang terang-terangan menyatakan perasaannya ke Risha.
"Hai adek manis. Kenalan dong!" kata salah seorang senior.
"Adek manis, mau nggak jadi cewek abang?" kata salah seorang senior mahasiswa lainnya.
Risha hanya menanggapi dengan senyumannya lalu pergi melanjutkan kegiatannya mengelilingi kampus.
"Ndri, kira-kira menang nggak ya kita?" tanya Risha ke Andri.
"Alangkah senangnya kalo bisa menang, bisa kuliah di kampus impian dapat beasiswa lagi. Ayah sama ibu bisa sedikit istirahat, nggak perlu kerja siang malam lagi buat kumpulin biaya kuliahku." kata Risha.
"Kalo kamu, aku yakin menang. Kalo aq nggak tau lah. Yang penting kita udah menampilkan semuanya dengan maksimal. Masalah hasil, pasti nggak akan mengkhianati usaha. Kebalik nggak sih aku ngomong? Hehehe." kata Andri sambil tertawa kecil.
"Pasrah aja deh apapun hasilnya. Yuk masuk aula lagi." kata Risha mengajak Andri.
Terdengar suara panita meminta perhatian bahwa pemenang akan segera umumkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Muh Yamin
lanjut
2022-01-20
0
Alya lii
next ah..
2022-01-12
0
Taurus Garangan
mampir lagi
2022-01-02
1