Arga Dirgantara Nugroho, atau yang lebih kerap dipanggil Arga. Pemuda tampan yang gila karir. Di usianya yang menginjak dua puluh lima tahun ia sudah memiliki perusahaan di beberapa negara di Asia. Ia memiliki asisten pribadi yang sekaligus sahabat karibnya dari SD bernama Arlan.
Sore itu di sebuah ruangan lantai atas perusahaan Ar Group terlihat dua laki-laki yang tengah serius memeriksa beberapa dokumen perusahaan.
"Lan, berapa persen perkembangan pembangunan proyek di Singapura?" tanya Arga di sela kesibukannya memeriksa laporan pengeluaran pemasukan perusahaan.
"Perkembangan proyek pembangunan di Singapura sudah berjalan 85%. Hanya tinggal finishing saja. Kita ada jadwal peninjauan proyeknya akhir bulan ini, lebih tepatnya tiga minggu lagi bos." jelas Arlan mengenai proyek besar di Singapura.
Arlan merupakan orang kepercayaan keluarga Nugroho. Ia dibesarkan oleh keluarga Nugroho karena kedua orang tuanya meninggal pada perjalanan bisnis mereka. Orang tua Arga dan Arlan merupakan sahabat karib seperti halnya dengan orang tua Risha.
"Atur jadwalku untuk peninjauan kesana. Oh ya, seperti biasa jangan beritahukan informasi kedatanganku ke pihak manajemen sana. Aku mau lihat seberapa nyata pengerjaan proyek disana, mengingat dana yang kita keluarkan tidak sedikit." jelas Arga.
Arga merupakan pengusaha muda tampan yang gila karir. Ia sangat menjunjung tinggi nilai kejujuran. Ia lebih suka melakukan kunjungan dadakan pada anak cabang perusahaannya. Hal semacam ini akan lebih memudahkan pemantauan perkembangan proyek tanpa ada rekayasa hasil laporan dengan keadaan di lapangan.
"Siap bos. Ini laporan pemasukan perusahaan minggu ini. Semua anak cabang menunjukkan peningkatan keuntungan hasil yang signifikan, bahkan sampai 45%." kata Arlan sambil menyerahkan dokumen laporan pemasukan perusahaan.
"Bagus, pertahankan seperti ini. Jika bisa lebih ditingkatkan lagi. Beritahu semua karyawan bulan ini mereka dapat reward atas kerja keras mereka bulan ini." seru Arga dengan ekspresi senang karena pemasukan dari minggu ke minggu terlihat menunjukkan kenaikan.
Tiba-tiba dering ponsel Arga terdengar, terlihat nomor yang tertera "Ayah".
Panggilan dari pak Ody yang langsung diangkat oleh Arga.
"Halo, assalamualaikum ayah." jawab Arga sambil mengangkat ponselnya.
"Halo, waalaikumussalam Ga, lagi sibuk kah? Istirahat ini langsung pulang ke rumah ya! Nggak boleh nolak! Ada hal penting yang mau ayah dan ibu bicarakan sama kamu. Ajak Arlan sekalian makan siang di rumah!" kata Pak Ody di sambungan telepon.
"Baik yah. Arga sebentar lagi langsung pulang." jawab Arga.
Tak lama panggilan dimatikan oleh Pak Ody. Arga sudah tidak heran lagi dengan sikap Pak Ody yang suka mematikan telepon sepihak seperti ini.
"Lan, siang ini ayah minta kita makan di rumah. Ayah nyuruh langsung pulang katanya ada hal penting yang mau dibicarain." kata Arga sembari merapikan berkas-berkas yang sudah ia periksa.
"Oke bos. Aku juga sudah rindu masakan ibu. Hehehe." sambung Arlan dengan sesekali tertawa.
Setelah selesai mengemaskan dokumen masing-masing, mereka keluar ruangan untuk turun ke lantai bawah dan segera pulang.
Sepanjang jalan menuju lobi bawah, beberapa karyawan menyapa dan menunduk patuh kepada mereka. Tak heran lagi, kharisma dan wibawa mereka tampak terpancar.
Banyak karyawati yang jatuh hati pada mereka. Bahkan banyak anak perempuan dari rekan bisnis mereka yang jatuh hati pada mereka.
Namun baik Arga dan Arlan adalah tipe laki-laki yang tidak suka main wanita. Mereka bahkan belum menemukan wanita yang bisa mengisi ruang hati mereka.
Tak lama mobil memasuki kediaman Nugroho.
"Assalamualaikum." salam mereka berdua memasuki rumah.
Terlihat Bu Mida yang tengah sibuk menyiapkan makanan dan minuman di atas meja makan.
"Waalaikumussalam. Kalian cuci tangan dulu, ibu panggilkan ayah sebentar." jawab Bu Mida.
Bu Mida masuk ke ruang kerja Pak Ody.
"Yah, itu Arga sama Arlan udah datang. Yuk makan siang dulu." ucap Bu Mida.
"Iya Bu. Sebentar ayah siap-siap dulu." jawab Pak Ody sembari menyimpan file dan mematikan laptopnya.
*Di meja makan*
"Ga, gimana perusahaan?" tanya Pak Ody saat makan siang telah selesai.
"Baik yah, income terus naik. Arga terus coba kembangkan." jawab Arga disertai Arlan yang mengangguk-anggukkan kepalanya tanda setuju.
"Ga, ayah sama ibu sudah menjodohkan kamu dengan anak sahabat ayah sama ibu. Dia gadis yang cantik, sopan juga cerdas. Ayah yakin, dialah nanti yang mampu menemani perjalanan hidupmu. Besar harapan ayah sama ibu untuk kamu membina rumah tangga dengannya kelak." kata Pak Ody dengan serius.
"Yah, Arga belum kepikiran hal yang sejauh itu. Arga masih mau fokus ke bisnis Arga yang baru berkembang ini. Arga belum kepikiran nikah yah." jawab Arga sambil menghela napas beratnya.
"Ayah tau Ga, kamu bisa menjalani kehidupanmu seperti biasa. Hanya saja, nggak ada salahnya kamu mencoba mengenal dan buka hati kamu untuk wanita pilihan ibu dan ayah. Setidaknya mulailah menata masa depanmu nak. Ibu sama ayah sudah tidak muda lagi." pinta Pak Ody dengan mata berkaca-kaca.
"Baiklah, Arga akan memikirkannya. Ayah sama Ibu atur saja semuanya." jawab Arga pasrah.
"Arga balik kantor dulu ya yah, bu. Ada pertemuan dengan rekan bisnis setengah jam lagi. Ayo Lan!" pamit Arga.
Di perjalanan Arga hanya terdiam sedangkan Arlan yang memegang kemudi bingung mau memulai pembicaraan.
"Ehm..." deheman Arlan menyadarkan lamunan Arga.
"Sorry Lan, aku bingung banget ini. Karir tengah menuju puncaknya, eh ada aja rintangannya. Aku nggak bisa nolak permintaan ayah dan ibu, karna aku yakin mereka pasti banyak pertimbangan sampai memutuskan menjodohkanku dengan gadis itu. Cuma masalahnya, aku bahkan belum pernah menjalin hubungan dengan wanita, apalagi memutuskan hidup berumah tangga. Menurutmu gimana?" kata Arga sambil mengusap wajahnya.
"Ehm... aku paham posisimu serba sulit Ga, aku bisa ngerasain itu. Kalau menurutku, kamu coba jalani aja dulu. Ayah sama ibu pasti nggak salah pilih. Sembari jalan, nanti kalau dia benar jodohmu pasti nggak bakal lari kemana kok. Memang sulit nerima sih, tapi kalo dipikir-pikir nih ya, umur kita juga udah cukup untuk memikirkan wanita. Kita aja yang terlalu asyik sama karir Ga. Hehehe. Aku khawatir kita bakal jadi bujang lapuk. Hahaha. Atau kita belok ya?" jelas Arlan sambil tertawa.
Mereka memang sangat akrab. Jika di luar kantor, maka Arlan akan menjadi sosok sahabat untuk Arga. Tak heran sikap dan omongannya yang sering konyol.
"Kurang ajar kamu Lan, amit-amit dah. Aku masih normal tulen ya." jawab Arga sambil menegakkan posisi duduknya.
"Hahaha... Kali aja Ga. Kalo aku sih normal, masih aman." tutur Arlan.
"Bener juga kata Arlan, ayah sama ibu nggak bakal salah pilih. Kalo udah jodoh gak bakal kemana. Aku harus coba menerima walau sulit." batin Arga.
Sesampainya di kantor, mereka langsung menuju lantai atas. Arlan yang sudah mendapat pesan dari sekretarisnya yang memberitahukan bahwa sudah ada utusan dari universitas G yang menunggu mereka.
"Selamat siang Pak Arga, Pak Arlan. Kami utusan universitas G mau membicarakan mengenai event yang akan kita adakan." sapa seorang lelaki yang merupakan ketua panitia ESC sambil mengulurkan tangan.
"Selamat siang pak. Mari kita bicarakan di ruang rapat sebelah sana." jawab Arlan sambil menerima uluran tangan bapak tersebut.
Pembicaraan singkat namun serius sedang berlangsung.
"Baiklah, sesuai keputusan Pak Arga bahwa ketiga pemenang akan mendapatkan hadiah piala, uang binaan dan juga beasiswa penuh kuliah S1 di universitas G." jelas Arlan menyampaikan kesimpulan di akhir pembicaraan mereka.
Arlan sengaja mengambil alih rapat, melihat Arga yang tidak bisa fokus di rapat ini.
Setelah utusan universitas G pamit, Arlan mendekati Arga yang sedang melamun sambil menepuk pundak Arga.
"Astaghfirullah... Ada apa Lan?" tanya Arga kaget.
"Dari tadi nggak fokus ngelamun mulu. Mikirin apa sih Ga?" tanya Arlan.
"Kira-kira gadis seperti apa ya Lan yang dijodohkan sama aku?" tanya Arga.
"Astaga, ternyata kamu lagi mikirin gadis yang mau dijodohin sama kamu. Kenapa tadi nggak nanya langsung sama ayah atau ibu? Atau minta fotonya kek, nomor hp nya kek. Main setuju aja. Hahaha. Gini aja deh, kalo ntar udah ketemu trus kamu nggak cocok, buat aku aja tu gadis."ucap Arlan mengolok Arga.
"Sembarangan". kata Arga meninggalkan Arlan dengan perasaan dan pikiran yang masih penasaran sama sosok gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Muh Yamin
keren ma
2022-01-20
0
Alya lii
masih setia baca
#penaautoon
2022-01-12
0
Taurus Garangan
keren nih ceritanya
2022-01-02
1