Perjuangan Cinta Nona Ruth
"Ayah, Ibu jangan pergi!" teriak gadis cantik yang terlihat tengah berlari mengejar dua orang yang masing-masing menggandeng dua anak laki-laki ke arah ujung tebing laut.
Langkah demi langkah terus mereka tempuh tanpa mau berhenti untuk sejenak mendengarkan teriakan sang anak.
Entah apa sebab, tak ada kata perpisahan sekalipun. Yang jelas mereka akan benar-benar pergi meninggalkan anak cantik yang selama ini begitu mereka sayangi.
Begitupun dengan sosok gadis yang terus menangis, lelah, sakit di dada tak lagi ia hiraukan.
Mengapa ia di tinggalkan? tak lagi terbesit di benak. Yang terpenting adalah mencegah kepergian keluarganya saat ini.
Byurrr!!!
Suara hempasan air laut di bawah kala bertemu dengan empat tubuh sangat jelas terlihat di kedua netra gadis cantik itu.
Pejamkan mata, hanya satu itu yang mampu ia lakukan saat itu. Apakah semua karena salahnya?
Ada apa ini? Dimana hati Ayah dan Ibunya sampai setega itu?
Ruth berlutut meratapi air laut yang kian semakin tenang.
Bibirnya bergetar menahan tangis yang ingin pecah. Anak mana yang tidak sakit melihat kepergian keluarganya di depan mata tanpa tahu sebabnya?
"Ayah, Ibu..." lirihnya perlahan menunduk memeluk tubuhnya sendiri.
Siapa lagi yang memeluknya saat ini? jika bukan dirinya sendiri?
"Tolong Ayah dan Ibu." lirih dua orang paruh baya yang menampakkan wajah penuh darah segar di depannya tiba-tiba.
Mendengar suara yang sangat familiar, Ruth pun mendadak menengadah sembari mengusap kasar air matanya.
Dua wajah yang memaksa pergi tanpa alasan, akhirnya kembali berdiri di hadapannya.
"Tidak, Ayah...Ibu. Jangan pergi. Jangan tinggalkan aku sendiri, Bu." ucap Ruth sembari menitihkan air mata.
Cucuran darah pun semakin deras terlihat, Ruth begitu ketakutan hingga terdengar teriakan histeris. "Tidaaaaakk!!"
Kicauan burung terdengar samar-samar di salah satu rumah megah pagi itu. Mentari yang belum menunjukkan sinarnya menandakan waktu masih belum pagi.
Satu tarikan selimut menyaksikan betapa gelisahnya sosok tubuh gadis yang berada dalam balutannya.
Wajah yang tampak takut, dengan alis yang berkerut terus bergerak ke kiri dan ke kanan tanpa aturan. Bulir bening pun lolos begitu saja di kedua sudut mata yang masih tertutup itu. Hanya suara lirih yang terdengar.
Suara pintu mendadak terdengar nyaring terhempas. Wanita berparas keriput berlarian mendekat pada ranjang milik sang majikan.
"Non...bangun,"
"Mbok Nan," tangisnya histeris kala memeluk tubuh tua di hadapannya saat ini.
Air mata yang sudah separuh jalan itu terus berjatuhan hingga ia pun sadar akan mimpi buruk yang selalu menghampiri pagi mendungnya.
"Non, ada apa? mimpi buruk lagi?" tanyanya sembari membalas pelukannya.
Tanpa ada jawaban, Ruth hanya mampu mengangguk.
"Mbok Nan,"
Perlahan, Mbok Nan meregangkan pelukannya dan menatap wajah ayu sang majikan yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri.
"Iya Non... ada apa?"
"Sebenarnya apa yang terjadi, Mbok? Saya benar-benar tidak mengerti. Mengapa hampir setiap hari saya bermimpi seperti itu, Mbok?" tangisnya tersedu-sedu. "Ruth capek, Mbok." ucapnya kemudian.
"Sudah, Non Ruth. Sebaiknya kita pergi sholat subuh yah. Mungkin itu karena pikiran Non Ruth saja. Mbok juga minta maaf, Non. Mbok tidak bisa bantu apapun."
Pandangan tanpa suara pun mampu menjelaskan pikiran keduanya saat ini.
"Mbok jangan minta maaf. Ini semua bukan salah Mbok. Ruth yakin, suatu saat nanti akan ada jawaban. Ayo Mbok, kita sholat." ajak Ruth kemudian berusaha kembali tersenyum sembari mengusap air matanya.
Dalam setiap gerakan sholat, Ruth tampak membaca semua bacaan sholat dengan khusyuk. Tetesan demi tetesan terus berjatuhan pada hamparan sejadah indah berukir bangunan persegi tersebut.
Beberapa saat, aktifitas sholat pun usai. Kini dua tangan lentik terlihat nyata tengah meminta permohonan pada sang kuasa.
"Ya Allah...betapa egoiskah diri hamba? sampai saat ini masih belum bisa mengikhlaskan kepergian kedua orangtua hamba dengan dua saudara hamba? ampuni hamba Tuhan...Entah apa yang salah? mengapa sampai saat ini mimpi buruk itu selalu datang? seolah meminta pertolongan dari hamba? Ya Allah Ya Tuhan...tolong berikan jalan terbaik menurutmu. Karena hamba yakin, yang terbaik menurut hamba, belum tentu baik menurut Mu Tuhan."
Setelah tiga puluh menit kemudian, kini Ruth tampak sarapan dengan wajah yang tidak bersemangat.
Sekalipun setiap pagi Mbok Nan selalu memasak makanan yang lezat serta gizi yang baik tentunya. Namun, tak pernah sekalipun napsu makan gadis itu bisa berubah.
"Ayo, Non." Gandengan tangan lembut mampu mengembalikan kesadaran Ruth yang tengah menatap kosong menu sarapan di hadapannya.
"I-iya, Mbok. Ayo kita pergi ke makam Ayah dan lainnya." ucapnya tanpa semangat.
Setelah kunjungan singkat menuju makam keluarga, kini kembali memisahkan Ruth bersama Mbok Nan di pintu kedatangan makam tersebut.
Yah...duka yang sangat dalam memang. Ayah, Ibu, dan dua saudara laki-lakinya pergi bersamaan saat itu. Ruth benarlah gadis yang sangat kuat. Meski tubuhnya mungkin sangat ingin remuk karena sakitnya cobaan yang Tuhan berikan.
***
Sentuhan high heels dengan marmer mewah sebuah kantor dengan bangunan yang menjulang tinggi. Densal Company, perusahaan yang menjadi tempat Ruth mencari sesuap nasi.
Dan jangan lupakan, pria yang menjadi atasan Ruth, pria tampan, baik hati, dan penyayang tentunya. Sendi Sandoyo.
Pagi itu, tak perduli dengan lemasnya tubuh sang kekasih. Ia bukan pria yang baru mengenal sekertaris sekaligus cinta sejatinya tersebut.
Setiap pagi, senyuman hangat seorang Sendi selalu di sambut dengan tatapan pilu sang kekasih.
"Mengapa sepi sekali?" gumam Ruth menatap sekeliling sembari mengerutkan keningnya. Kantor yang biasanya selalu tepat waktu dalam jam kerja, mendadak sepi sekali.
Ia kembali merogoh ponsel dalam tas kerjanya. "Tidak, ini bukan hari libur. Jam juga sudah waktunya bekerja." batinnya benar-benar bingung.
"Suara tepukan tangan begitu terdengar meriah pagi itu"
Banyaknya pekerja kantor menggiring langkah sang pimpinan yang membawakan satu buket uang berwarna merah dengan ukuran jumbo"
Sendi Sandoyo. Dialah pria yang lagi dan lagi membuat semua karyawan di kantornya begitu iri melihat keromantisan sang pimpinan perusahaan Densal Company berlutut di hadapan sang sekertaris.
"Sen- em Tuan?" ucap Ruth membungkam mulutnya kala hampir salah bicara.
Sendi tak menghiraukan kegugupan, malu, dan bingung sang kekasih. "Happy anniversary, Honey. I Love you" ucapnya menyodorkan buket uang pada Ruth.
Kembali suara tepuk tangan terus terdengar hingga Ruth tak mampu lagi menahan tangis bahagianya.
"Sendi, terimakasih sayang. Terimakasih." ucapnya sembari memeluk sang kekasih.
"Jangan berterimakasih, Ruth. Kamu kekasihku yang akan menjadi masa depanku kelak. Aku yang meminta maaf. Sampai saat ini aku belum mampu menjadi sandaran mu di setiap pagi saat mimpi buruk itu datang."
Pelukan hangat benar-benar terasa di tubuh gadis cantik itu.
"Sendi, lepaskan pelukan itu!" teriakan seorang pria dengan suara beratnya mampu membuat hening satu ruangan di gedung itu.
Jangan lupa untuk tinggalkan like dan komentar kalian yah. Terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 238 Episodes
Comments
tini_evel
aku baru mau baca tapi nama tokoh wanitanya adalah tokoh alkitab thor.. tolong disesuaikan thor..
2022-10-05
1
AN Homaliris Dan Dengenliris
mlm
2022-03-14
1
Rahmi Miraie
aku datang..😂
2021-12-01
1