SanuBari
Namanya Sanu, baru lulus sekolah menengah ke atas tiga bulan yang lalu, usianya kini sudah 18 tahun. Hari ini Sanu berulang tahun. Ibunya mengucap doa supaya Sanu diberikan keselamatan. Sanu tinggal di sebuah desa di dekat lereng gunung merapi. Ayahnya meninggal tiga tahun yang lalu saat gunung merapi mengeluarkan laharnya yang menutupi seluruh kota tempat Sanu tinggal. Banyak anak menjadi yatim setelah kejadian tiga tahun itu. Saat itu Sanu masih duduk di sekolah menengah pertama. Sanu begitu terpukul dengan kematian ayahnya. Terlebih lagi ibunya yang bernama Nurjanah atau biasa di panggil bu Nur.
Semenjak ditinggal ayahnya, ibu sanu sakit-sakitan. Terlebih lagi ibunya harus menjadi tulang punggung untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Ibu Sanu bekerja sebagai tukang jahit rumahan.
Menjadi tukang jahit bukanlah sesuatu yang bisa di banggakan di desa tempat Sanu tinggal. Orderan sepi, hanya satu dua orang saja yang mampir untuk minta tolong dijahitkan pakaiannya, itu pun mungkin karena kasihan. Ibu sanu sudah tidak bisa mencari pekerjaan lagi. Kondisi tubuhnya lemah semenjak terseranh penyakit paru-paru basah. hanya mesin jahit peninggalan orang tua yang bisa dilakukan ibunya saat ini.
Sanu baru pulang kerja menyapa lembut dan mencium punggung tangan ibunya. Sanu membawakan roti bakar. Ibunya tersenyum menatap lekat Sanu.
"Adik mana, Bu?"
"Baru saja tidur."
Sanu menuju kamar melihat wajah lucu adik perempuannya yang berumur lima tahun.
"Uhuk ... uhuk." Suara batuk dari ibunya selalu terdengar semenjak ibunya sakit paru-paru basah.
"Ibu sudah minum obat?"
Ibunya mengangguk sambil memegang dadanya berusaha melegakan napas.
Sanu menuntun ibunya duduk di kursi lalu segera mengambilkan air hangat untuk ibunya.
"Kamu lembur lagi, Nak?" tanya ibunya dengan suara pelan.
Sanu tersenyum menatap Ibunya yang sudah mulai menua.
Ibunya membelai lembut rambut panjang Sanu. Perempuan paruh baya itu merasa tidak tega dengan anaknya yang hampir setiap hari pulang malam.
***
Pagi tiba, Sanu terlihat semangat berangkat kerja, hari ini dia gajian. Sanu berangkat kerja berjalan tiga kilo meter setiap harinya. Sanu memilih berjalan kaki untuk mengirit biaya. Sanu bekerja di restoran sebagai pelayan.
"Pagi semua?" sapa Sanu.
Sanu segera mengganti bajunya menggunakan seragam dan celemek bersiap untuk bekerja.
Jam kerja Sanu di mulai dari jam sembilan pagi hingga jam lima sore. Tapi tidak jarang Sanu dan teman-temannya lembur. Tapi hasil kerja lembur Sanu tidak pernah dibayar. Itu yang membuat teman-teman Sanu tidak betah kerja disini. Banyak dari teman Sanu keluar kemudian diganti karyawan baru. Sanu pun sebenarnya tidak betah kerja di restoran ini. Cuma Sanu harus berpikir dua kali jika harus memutuskan keluar. Ibu dan adiknya nanti makan apa.
Hari ini Sanu dan teman-temannya lembur lagi sampai malam. Gaji satu bulan baru di berikan setelah Sanu menyelesaikan pekerjaannya. Teman-teman Sanu sebagian besar protes karena gaji mereka bukannya ditambah malah dikurangi. Sanu sebenarnya juga ingin protes karena gajinya juga berkurang tapi dia takut dipecat.
Teman-teman Sanu terus melancarkan protes dan mengancam akan mogok kerja. Manager restoran menjelaskan kenapa gaji karyawan dikurangi 25%. Manager berkilah kalau restoran mengalami kerugian. Padahal setiap hari para pegawai disuruh lembur. Alasan tidak masuk akal Manager, tidak bisa diterima karyawan. Mereka sebagian besar memutuskan untuk berhenti bekerja.
Sanu menjadi bimbang. Kalau dia berhenti bekerja nanti ibu dan adiknya bagaimana, tapi kalau dia melanjutkan bekerja, dia akan semakin tersiksa karena pekerjaannya pasti semakin bertambah dengan pengunduran karyawan secara masal.
Sanu pulang dengan langkah gontai, matanya menatap nanar.
"Kamu kenapa, Sanu?" Bukankah hari ini kamu gajian?" ucap ibunya yang melihat Sanu duduk melamun.
"Teman-teman Sanu mrngancam mogok kerja, Bu. Gaji bulan ini dipotong seperempat empat persen. Alasannya karena karena restoran mengalami kerugian. Sanu harus bagaimana, Bu." Sanu menangis bersandar di pundak Ibunya.
Ibunya membelai lembut kepala Sanu.
"Maafkan Ibu Sanu. Gara-gara Ibu kamu harus bekerja keras seperti ini."
Sanu mengangkat kepala dari pundak ibunya.
"Ini bukan salah Ibu, Sanu bekerja keras karena Sanu ingin keluarga kita tidak dianggap sebelah mata. Maafkan Sanu, Bu."
Keluarga Sanu memang dipandang sebelah mata sebagian warga kampung. Hanya sebagian yang menghargai keluarga Sanu atau lebih tepatnya kasihan.
"Adik sudah makan, Bu."
"Sudah, baru saja tidur."
Sanu tersenyum kecil. Sanu sangat menyayangi adiknya yang bernama Clara. Sifat menggemaskan adiknya itulah yang membuat Sanu selalu rindu."
***
Pagi telah telah tiba, Sanu memantapkan hatinya untuk kembali bekerja. Seperti biasa, Sanu harus menempuh jarak tiga kilo meter untuk menuju tempat kerja. Sesampainya di tempat kerja, tidak ada satupun temannya yang masuk kerja. Sanu bertanya kepada manager restoran.
"Maaf Pak, apa teman-teman belum datang?"
"Mereka tidak akan datang lagi Sanu, kemaren malam teman-temanmu mengirim pesan kepada saya untuk mengundurkan diri. Hari ini kita libur dulu sampai waktu yang tidak di tentukan."
"Boleh saya bertanya, Pak?" ucap Sanu lirih.
"Apa."
"Kita hampir setiap hari disuruh lembur, tapi kenapa restoran ini malah rugi, bukankah pelanggan direstoran ini selalu ramai pengunjung?" Sanu memberanikan diri bicara jujur.
"Kamu benar Sanu ... sebenarnya ada masalah internal di restoran ini."
"Apa." Kali ini Sanu mantap bertanya lebih jauh lagi.
Pak manager menghela napas.
"Pemilik restoran ini terkena OTT KPK. Restoran ini salah satu aset yang akan di sita? Itu sebabnya selama tiga bulan ini lemburan pegawai tidak dibayar. Itu karena restoran ini sudah tidak ada yang memodali lagi. uang lembur dan potongan gaji kalian untuk membeli bahan makanan dan mennggaji chef yang ada disini. Saya sebagai manager minta maaf, Sanu."
Sanu memahami apa yang dirasakan bapak manager, dia sudah bekerja keras selama tiga bulan ini. Tapi pada akhirnya kalah dengan keadaan. Sanu pun pulang.
Di perjalanan Sanu berpapasan dengan temannya yang kerja di Ibu Kota.
"Aida?"
"Sanu?"
Sanu terkesima dengan penampilan temanya yang sekarang. Dulu Aida berkulit gelap dan rambutnya ikal tak terawat, tapi sekarang kulitnya terlihat bersih dan rambutnya terurai rapi dengan warna merah gelap terurai di ujung rambutnya.
"Kamu cantik banget?" ucap Sanu.
Aida tersenyum. "Kamu sekarang kerja dimana?"
Sanu menunduk lesu. "Tempat kerjaku baru saja tutup."
"Kamu mau, kerja di Ibu Kota seperti ku?"
"Kerja di Ibu Kota, mau Aida." Sanu mengangguk dengan cepat.
"Kebetulan di sana lagi butuh asisten rumah tangga, Gajinya bisa dua kali lipat yang kamu terima di sini.
"Tapi aku tidak ada uang untuk berangkat ke Ibu Kota." Sanu kembali tertunduk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Muslimah Haja
semoga temannya benar nawa sanu kerja dgn pekerjaan yg baik
2022-07-02
1
SHADOW
bagus
2022-04-18
3
Yuni Triana
semangat Sanu💪
2022-04-13
3