Sanu tiba di sebuah ruko berlantai tiga.
"Lewat sini, Sanu." Bari mengajaknya lewat pintu samping. Sanu mengikuti langkah Bari.
Sanu diarahkan ke ruangan 3x5 meter dengan meja panjang juga kursi tamu yang tertata rapi. Sejenak Sanu melihat-lihat apa yang ada di dalam ruangan berwarna hijau, warna kesukaan Sanu. ada AC, televisi dan beberapa buku tentang dunia bisnis.
"Ini namanya ruangan observasi." Bari memberi tahu nama ruangan yang ditempati Sanu.
Sanu tersenyum merasa sejuk kala Bari menyalahkan AC.
"Kamu suka?"
Sanu mengangguk malu.
"Kamu di sini dulu, ya. Nanti akan ada orang yang akan menemanimu."
"Kamu mau kemana? Aku takut sendirian." Sanu masih trauma dengan kejadian tadi malam.
Bari tersenyum. "Aku mau memanggil seseorang untuk menemanimu di sini."
"Kamu mau kemana?" Sanu terlihat cemas.
"Tenang saja, Sanu. Kamu sudah berada di tempat yang aman."
Bari pun keluar dari ruangan observasi.
Tak berselang lama seorang bapak-bapak datang tersenyum kepada Sanu. Wajahnya terlihat lucu dan bersahabat. Hidungnya besar mancung ke dalam.
"Siang. Namanya siapa, Mbak." Bapak itu mengulurkan tangan. Sanu menyambut uluran tangan bapak itu.
"Sanu."
"Nazar." Nama bapak itu.
Pak Nazar adalah salah satu manager di kantor ini. Pak Nazar duduk mengajak Sanu ngobrol sambil menyalahkan TV.
"Sudah makan, Sanu?"
"sudah, Pak." Sanu mengangguk.
"Makan lagi, ya? Ini sudah dibeliin sama office boy." Pak Nazar menaruh bungkus nasi di meja.
"Eh," Sanu terkejut.
Sebenarnya Sanu juga lapar, tadi pagi cuma makan roti pemberian Bari. Tapi Sanu merasa tidak enak hati karena sudah merepotkan. Mungkin karena Sanu sudah terbiasa mandiri waktu di kampungnya. Jadi Sanu tidak biasa menerima pemberian orang lain. Tapi perut Sanu lapar, harus segera diisi.
Sanu sekilas melihat wajah pak Nazar yang terlihat fokus menonton acara TV. Beberapa menit kemudian pak Nazar keluar dari ruangan. Sekarang cuma ada Sanu dan bungkus nasi di ruangan. Sanu menoleh ke kanan dan ke kiri memastikan tidak ada orang. Tanpa pikir panjang lagi, Sanu melahap nasi bungkus berisi ayam itu ke mulutnya membentuk huruf O.
Pak Nazar yang diam-diam mengintip Sanu tertawa geli. Sanu begitu lahap memakan nasi bungkus yang dibawakannya.
...***...
Sore tiba, suara manusia begitu ramai terdengar di samping ruangan observasi. Sanu sebenarnya ingin melihat apa yang dilakukan penghuni ruko ini. Tapi, Sanu nanti dikira tidak sopan. Sanu memilih duduk tanpa pergerakan, walaupun dia sedikit curiga dengan orang yang tinggal di ruko ini.
Pintu ruangan obsrvasi terbuka, seorang wanita muda menyapa lembut Sanu.
"Hay ... sudah lama di sini?" ucap wanita itu.
Sanu terperangah, merasa aneh. Kenapa semua orang hari ini begitu ramah dengannya.
"Aku Muna, nama kamu siapa?"
"Sanu." ucapnya lirih.
"Mau kerja di sini, ya?" tanya Muna.
Tiba-tiba teman seprofesi muna masuk bergerombol ke ruang observasi. menyalami Sanu satu persatu. Sanu jadi heran, ada apa dengan orang- orang di ruko ini. Padahal baru bertemu tapi seperti sudah kenal lama.
"Belum biasa, ya? Gak pa-pa nanti juga biasa," ucap Muna.
Sanu mengernyitkan dahi. Bahkan Sanu juga tidak mengerti apa yang dia alami. Ibu Kota memang penuh dengan misteri. Sanu hanya bisa berdoa diberikan jalan yang terbaik.
"Kita ke kost, yuk?"
"Kost, tapi ..."
"Sudah tenang saja, kamu di sini aman," ucap Muna.
Sanu dengan ragu mengikuti langkah Muna. Tidak ada cara lain dari pada tidur di jalan. Pertanyaan muncul di benak Sanu. Siapa mereka ini? kenapa mereka tiba-tiba baik kepadanya?
"Kamu tidak membawa pakaianmu?" Muna bertanya.
Sanu menggeleng. "Pakaianku ~~"
"Baiklah, aku mengerti?" Muna memotong pembicaraan Sanu. "Bari sudah menceritakan padaku. Nanti malam aku bawakan pakaian kerja untukmu."
Sanu tiba di kost berukuran 3x3 meter.
"Istirahatlah dulu, Sanu. Sebentar lagi temanmu datang."
"Kakak Mau kemana? tanya Sanu.
"Aku mau kembali ke kantor." jawab Muna tersenyum.
Sanu memasang wajah serius.
"Kalian tidak menipuku, kan?"
"Tenanglah Sanu? Kamu aman ada di sini." Muna memegang pundak Sanu yang tampak khawatir.
Muna menutup pintu kost, Sanu terperanjat karena lamunannnya.
Semenjak Sanu mendapat pelecehan seksual dari majikannya, Sanu menjadi sangat berhati-hati. Sanu membuka handle pintu kamar kost. Sanu begitu takut kalau terjadi apa-apa dengan dirinya.
Tak berselang lama, seorang wanita datang dengan rambut bob seperti Dora, tubuhnya kurus dan kecil, bibirnya terlihat tebal atau lebih tepatnya doer. Memakai blazer yang kebesaran, sangat tidak cocok di badannya.
"Hay Sanu?"
Sanu memicingkan mata, kenapa semua orang tiba-tiba mengenal Sanu. Wanita itu melepas blazernya menaruh di sembarang tempat.
"Hari ini cuaca terasa panas, aku jadi malas kerja tadi. Seharian aku duduk di warung kopi sambil menunggu hujan, tapi hujan tak kunjung turun."
Wanita kurus itu berbicara dengan siapa? Apa dia mengajak Sanu bicara?
"Kamu sudah mandi?"
Sanu menggeleng.
"Mandilah Sanu, kamu boleh pakai sabunku, asal jangan sikat gigi ya."
Sanu mengangguk.
"Oiya ... Nanti sehabis mandi jangan lupa makan ya? Ini dari pak Nazar." Wanita itu menaruh nasi bungkus di meja kecil yang ada di dekat pintu.
Sanu tersenyum segera masuk kamar mandi membersihkan diri yang seharian memang belum mandi.
"Ya ampun Sanu! Kamu memakai baju ini lagi? Apa kamu tidak membawa pakaian? tanya wanita itu setelah Sanu selesai mandi.
Sanu menggeleng. "Semua pakaianku ada di rumah mantan majikanku."
"Kenapa kamu tidak mengambilnya?"
"Aku tidak berani, mantan majikanku hampir memperkosaku." Sanu tertunduk.
Wanita itu terperangah mendengar sedikit cerita dari Sanu. "Baik, kalau begitu aku minta maaf. Aku tidak seharusnya bertanya seperti itu. Oiya, namaku Rina."
Sanu tersenyum sambil sesekali melirik nasi bungkus yang ada di meja.
"Hey Sanu, kamu tidak usah melirik nasi itu. Kamu cukup mremakannya ... itu memang untuk kamu. Justru kalau kamu tidak memakan nasi itu, aku bisa dimarahi pak Nazar."
"Kenapa?"
"Sudahlah jangan banyak tanya? Kamu makan saja nasi itu. Besok kamu juga akan tau."
Rina segera masuk kamar mandi sedang Sanu memakan nasi yang di berikan pak Nazar.
Tok...
Tok...
Tok...
Suara pintu mengagetkan Sanu yang sedang makan.
"Masuk," ucap Sanu.
Muna datang Membawa pakaian untuk Sanu.
"Ini baju kerja kamu, Sanu. Jangan lupa besok berangkat pagi ya?" Muna tersenyum melambaikan tangan.
Sanu mengangguk dengan mulut yang masih penuh dengan makanan.
Rina keluar dari kamar mandi. "Tadi kak Muna kesini, ya?"
"Iya."
"mau apa dia kesini?"
"Bawakan baju kerja buatku." Sanu masih dalam ritualnya memakan.
Rina melihat kemeja putih berlengan pendek dan celana bahan berwarna hitam berada disamping Sanu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Muslimah Haja
kqsian jg sanu..semua bajunya dia tinggalkan
2022-07-02
1
NaMika
lanjut
2022-03-27
0
☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀
penasaran,, seperti apa pekerjaannya
2022-03-20
0