Mulai Bekerja

Pagi harinya, Aida mengantar Sanu ke sebuah yayasan untuk mendaftarkan Sanu menjadi ART. Ketua yayasan menyambutnya dengan tangan terbuka. Sanu langsung mendapatkan tawaran dari ketua yayasan bekerja di sebuah perumahan. Ketua yayasan memberikan alamat rumah yang akan menjadi majikan Sanu. Sanu menerimanya tanpa banyak berpikir lagi. Sanu berpikir, semakin cepat mendapat pekerjaan akan semakin baik.

Sanu terlihat senang, dia mengucapkan terima kasih kepada Aida.

"Nanti klo ada apa-apa hubungi aku ya, Sanu."

Sanu mengangguk cepat, tersenyum kepada Aida.

Mobil online yang yang mengantar Sanu ke tempat tujuan sudah ada di depan. Sanu masuk mobil lalu melambaikan tangan kepada Aida.

Hari pertama Sanu berada di Ibu Kota begitu sempurna. Sanu tidak mendapatkan hambatan seperti kabar yang didengar dari orang. Kalau Ibu kota itu lebih kejam dari Ibu Tiri.

Setelah beberapa saat melamun di mobil, tanpa disadari Sanu sudah sampai di tempat tujuan. Sanu turun dari mobil setelah membayar harga mobil online yang ditumpanginya.

Sanu melihat rumah besar dengan pintu pagar yang tinggi hingga tangan Sanu tidak sampai meraih ujung pintu pagar rumah itu.

Sanu memencet bel yang ada disamping pintu pagar. Seorang pria paruh saya membuka pintu pagar.

Sanu tersenyum.

"Ada apa?" tanya pria paruh baya itu yang berprofesi sebagai tukang kebun panggilan.

"Apa benar ini rumah pak Atmaja?"

"Iya benar, ada perlu apa, Neng?"

"Nama saya Sanu, saya ditugaskan oleh yayasan bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah bapak Atmaja."

"Silahkan masuk, Neng."

Sanu masuk diantar pria paruh baya itu. Sanu sekilas melihat halaman rumah yang luas dengan berbagai tanaman hias yang menarik mata.

"Mbok!" panggil pria paruh baya itu.

Seorang wanita paruh baya berlari menghampiri Sanu dan bapak tukang kebun itu.

"Ada apa, Pak? Aku lagi sibuk di dapur."

"Ini, ada orang yang ingin bertemu dengan pak Atmaja."

"Mau kerja disini, ya?" ucap wanita paruh baya itu dengan sumringah.

Sanu mengangguk.

Perkenalan pertama dengan tukang kebun dan pembantu di rumah pak Atmaja begitu menyenangkan.

"Pak Atmaja tadi titip pesan ke saya. Ayo masuk."

Sanu masuk mengikuti arah yang ditunjukan wanita paruh baya itu. Wanita paruh baya itu berhenti di sebuah kamar berukuran 3x3 meter.

"Ini kamar kamu?"

"Eh." Sanu kaget. Sanu pikir akan di antar ke majikannya. tapi ternyata malah langsung ditunjukan kamar istirahatnya.

"Tadi bapak bilang kalau kamu sudah sampai istirahat saja dulu, sambil menunggu bapak pulang."

"Iya, Bu."

Wanita paruh baya itu tersenyum. "Panggil saja saya Mbok yem. Kalau bapak tukang kebun itu Suaminya Mbok, namanya pak wagi, dia tugasnya merapikan halaman."

Sanu mengangguk. Suasana lengang beberapa saat.

"Nama kamu siapa?"

"Nama saya Sanu?"

"Cantik sesuai orangnya."

"Eh." Sanu kembali terkejut.

Mbok Yem kembali ke dapur untuk menyelesaikan pekerjaannya. Sanu merapikan kamar dan memasukan pakaiannya ke lemari.

***

Hari mulai malam, suasana rumah tampak sepi. Sanu keluar kamar hendak mencari makan. Perut Sanu sangat lapar, Dari tadi pagi Sanu belum makan. Sanu lalu melihat roti yang ada di meja dapur. Belum juga Sanu mengambil roti itu, suara klakson mobil memekikan telinganya. Sanu keluar hendak membuka pintu pagar.

Ternyata Satpam rumah sudah membukakan pintu pagar. Sanu dari tadi tidak melihat satpam. Masa bodoh, nanti juga paham dengan sistem kerja di rumah ini. Itu setidaknya yang terlintas dipikiran Sanu.

Mobil warna hitam itu terparkir dengan Sempurna. Seorang bapak memkai jas hitam keluar dari mobil itu lalu memanggil Sanu yang berdiri di di depan halaman rumah. Bapak itu berjalan menghampiri Sanu.

"Kamu yang mau kerja di sini?"

Sanu mengangguk, karisma bapak itu begitu kuat hingga Sanu hanya menunduk saat dia berbicara dengan bapak itu.

"Saya pemilik rumah ini, tunggu saya di ruang makan, nanti kita bicara lagi.

Sanu sekali lagi hanya mengangguk sambil memainkan ujung bajunya. bapak itu memperhatikan Sanu cukup lama, entah apa yang dipikirkannya.

Sanu masuk menunggu majikannya ganti baju. Majikan baru Sanu keluar menuruni tangga menggunakan piyama. Bapak itu duduk, Sanu masih berdiri menundukan kepala.

"Nama kamu siapa?"

"Sanu, Pak?" balas Sanu lirih.

Bapak itu terus memperhatikan Sanu, matanya mulai nakal melihat tubuh Sanu yang seperti gitar spanyol. Sanu hanyalah gadis desa yang masih lugu. Dia belum menyadari itu.

"Besok kamu sudah mulai kerja bantu mbok Yem. Gaji kamu tiga juta perbulan, tapi bisa lebih jika kamu mengikuti apa yang saya mau."

Sanu belum mengerti maksud dari bapak itu, dia hanya mengangguk malu menundukan kepalanya. Bapak itu mendekati Sanu hendak menyentuh bagian tubuhnya, tapi suara klakson mobil mengurungkan niatnya.

Bapak itu segera menyuruh Sanu masuk ke dalam kamarnya. Seorang Ibu menggunakan setelan blazer masuk rumah dengan langkah elegan. Itu adalah istri dari majikannya Sanu.

Sanu masuk kamar hendak tidur, tapi suara keributan dari ruang tamu terasa berisik di telinga Sanu. Majikannya Sanu sedang bertengkar dengan istrinya. Sanu tidak menghiraukan, itu masalah keluarga. Suami istri itu meributkan tentang anaknya yang kabur dari rumah. Sanu mencoba membungkus tubuhnya dengan selimut, tapi itu tidak berhasil, suara pertengkaran itu sangat mengganggu. Tidak jarang juga suara pecahan gelas mengeryitkan dada Sanu.

Pagi tiba, matahari belum muncul dari penglihatan Sanu. Sepertinya Sanu baru tidur sebentar tapi dia sudah terbangun. Bau masakan menggoda lubang hidung Sanu. Sanu ingin melihat siapa yang memasak. Ternyata itu mbok Yem, sejak kapan mbok Yem ada di sini? Bukankah kemarin malam Sanu sudah tidak melihatnya.

"Pagi Mbok Yem?" sapa Sanu.

"Sudah bangun."

Sanu tersenyum. "Apa yang bisa saya bantu, Mbok?"

"Tolong potongin Sayur sama taruh lauk dan nasi ke meja makan."

Sanu mengangguk, ini sih tugas harian Sanu saat di kampung. memasak, menyiapkan makan untuk ibu dan adiknya.

"Mbok Yem semalem tidur di mana? tanya Sanu.

"Mbok sama suami pulang, Sanu. Rumah kami dekat dari komplek ini."

Sanu mengangguk.

"Tenang saja Sanu, tiap malam di rumah ini sudah ada satpam yang menjaga di pintu gerbang."

Sanu masih memotong sayur bayam sambil mendengarkan cerita tentang majikannya.

Masakan pun siap untuk dihidangkan. Sang pemilik rumah turun hendak mengisi perutnya. Suami istri itu duduk berhadapan terhalang meja makan yang panjang. Suara piring dan sendok saling beradu, suasana terlihat mulai membaik.

Barulah selesai makan suami istri itu mulai bertengkar kembali.

"Dasar laki-laki tidak berguna!" umpat sang istri.

"Apa kamu bilang, kamu yang tidak becus mendidik anak!" Suami membalas umpatan sang istri.

"Aku kerja untuk masa depan anak kita, kamu malah sibuk dengan wanita simpanan!"

Terpopuler

Comments

Yuni Triana

Yuni Triana

mampir lagi ke ceritaku ya Pulang Malu Tak Pulang Rindu

2022-08-26

0

Muslimah Haja

Muslimah Haja

bahaya ni bos laki" nya sanu..nakal

2022-07-02

0

Mona Wita

Mona Wita

ciri2 hidung belang dah nampak kyak a

2022-06-10

0

lihat semua
Episodes
1 Sanu
2 Berangkat ke Ibu Kota.
3 Mulai Bekerja
4 Bertemu seorang pria
5 Merasa Aneh
6 Ikut Ke lapangan
7 Perkenalan teman baru.
8 Berhasil menjawab
9 Menjadi MD Baru.
10 Jalan-jalan
11 Pitcing berdua.
12 Bahagia.
13 Kota Tua.
14 Lotrip.
15 Terganggu
16 Persaingan yang sehat
17 Trainer baru
18 Menepati Janji.
19 Khawatir
20 Tidak Fokus.
21 Masih belum terbiasa.
22 Taman Mini.
23 Bunga Melati.
24 Dikucilkan.
25 Teringat lagi.
26 Hal yang tidak terduga.
27 Sahabat lama.
28 Pulang Kampung.
29 Sudah Bisa pulang.
30 Kembali ke Ibu Kota.
31 Fitnah.
32 Kalung.
33 Bari diculik.
34 Mencari Bari.
35 Bari dan Mama
36 Firasat Buruk.
37 Dua Orang Bertubuh Besar.
38 Rahasia.
39 Rindu yang tersampaikan.
40 Keterangan.
41 Terbongkar.
42 Mencoba merelakan.
43 Kelakuan Papa.
44 Sahabat.
45 Terkejut.
46 Pengakuan.
47 Perhatian Bari.
48 Pengejaran Asisten Manager
49 Asisten Manager Baru.
50 Undangan.
51 Rasa trauma.
52 Melawan Trauma.
53 Bertemu Teman
54 Khawatir.
55 Anak Buah Atmaja.
56 Ulang Tahun.
57 Sanu diculik.
58 Perbedaan Pendapat.
59 Nonton Film.
60 Dara dijemput.
61 Rumah Bulek
62 Persetujuan.
63 Dara Kembali.
64 Hari Yang Ditunggu
65 Pulang ke Pasar Minggu.
66 Mengagetkan.
67 Kelicikan Glenca.
68 saling memandang
69 Palsu.
70 Kerelaan Bari.
71 Bertemu dengan Atmaja.
72 Rencana Jahat.
73 Merawat Atmaja.
74 Rencana Bari.
75 Sanu Pulang.
76 Sampai Di rumah.
77 Terima kasih, Dok.
78 Baju Pilihan Sanu.
79 Kembali Lagi.
80 Kemarahan Mira.
81 Meminta Bantuan.
82 Tidak ada pilihan.
83 Hasil yang positif
84 Cerita Aida.
85 Masih Ragu.
86 Ditolak.
87 Kehidupan Yang Sempurna.
88 Mengantar Atmaja Cek Up.
89 Kecelakaan Hebat.
90 Kampleng oh Kampleng.
91 Jejak Kampleng.
92 Menemui Aida.
93 Menjenguk Anak.
94 Kesedihan Nurjanah.
95 Kesedihan Sanu.
96 Tanpa kedua Kaki.
97 Kekecewaan Mira.
98 Bari Sadar.
99 Keputusan Sanu.
100 Keputusan Yang Berat.
101 Usaha Baru.
102 Pengakuan Latif
103 Bertemu Dengan Sanu
104 Mencari Sanu.
105 Bertemu Kembali.
106 Akhir Yang Manis
107 Berada di Pengungsian
108 Ending.
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Sanu
2
Berangkat ke Ibu Kota.
3
Mulai Bekerja
4
Bertemu seorang pria
5
Merasa Aneh
6
Ikut Ke lapangan
7
Perkenalan teman baru.
8
Berhasil menjawab
9
Menjadi MD Baru.
10
Jalan-jalan
11
Pitcing berdua.
12
Bahagia.
13
Kota Tua.
14
Lotrip.
15
Terganggu
16
Persaingan yang sehat
17
Trainer baru
18
Menepati Janji.
19
Khawatir
20
Tidak Fokus.
21
Masih belum terbiasa.
22
Taman Mini.
23
Bunga Melati.
24
Dikucilkan.
25
Teringat lagi.
26
Hal yang tidak terduga.
27
Sahabat lama.
28
Pulang Kampung.
29
Sudah Bisa pulang.
30
Kembali ke Ibu Kota.
31
Fitnah.
32
Kalung.
33
Bari diculik.
34
Mencari Bari.
35
Bari dan Mama
36
Firasat Buruk.
37
Dua Orang Bertubuh Besar.
38
Rahasia.
39
Rindu yang tersampaikan.
40
Keterangan.
41
Terbongkar.
42
Mencoba merelakan.
43
Kelakuan Papa.
44
Sahabat.
45
Terkejut.
46
Pengakuan.
47
Perhatian Bari.
48
Pengejaran Asisten Manager
49
Asisten Manager Baru.
50
Undangan.
51
Rasa trauma.
52
Melawan Trauma.
53
Bertemu Teman
54
Khawatir.
55
Anak Buah Atmaja.
56
Ulang Tahun.
57
Sanu diculik.
58
Perbedaan Pendapat.
59
Nonton Film.
60
Dara dijemput.
61
Rumah Bulek
62
Persetujuan.
63
Dara Kembali.
64
Hari Yang Ditunggu
65
Pulang ke Pasar Minggu.
66
Mengagetkan.
67
Kelicikan Glenca.
68
saling memandang
69
Palsu.
70
Kerelaan Bari.
71
Bertemu dengan Atmaja.
72
Rencana Jahat.
73
Merawat Atmaja.
74
Rencana Bari.
75
Sanu Pulang.
76
Sampai Di rumah.
77
Terima kasih, Dok.
78
Baju Pilihan Sanu.
79
Kembali Lagi.
80
Kemarahan Mira.
81
Meminta Bantuan.
82
Tidak ada pilihan.
83
Hasil yang positif
84
Cerita Aida.
85
Masih Ragu.
86
Ditolak.
87
Kehidupan Yang Sempurna.
88
Mengantar Atmaja Cek Up.
89
Kecelakaan Hebat.
90
Kampleng oh Kampleng.
91
Jejak Kampleng.
92
Menemui Aida.
93
Menjenguk Anak.
94
Kesedihan Nurjanah.
95
Kesedihan Sanu.
96
Tanpa kedua Kaki.
97
Kekecewaan Mira.
98
Bari Sadar.
99
Keputusan Sanu.
100
Keputusan Yang Berat.
101
Usaha Baru.
102
Pengakuan Latif
103
Bertemu Dengan Sanu
104
Mencari Sanu.
105
Bertemu Kembali.
106
Akhir Yang Manis
107
Berada di Pengungsian
108
Ending.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!