MY AFFAIR BE MY HUSBAND (R&R)

MY AFFAIR BE MY HUSBAND (R&R)

R&R 1

"Mas, bisa tidak di kurangi pulang malam dan nongkrong sama teman-teman mainnya?" pinta Ruby.

"Sayang, kan aku tuh capek kerja, aku juga ingin punya hiburan biar tidak stress," jawab Adnan acuh.

"Tapi aku butuh kamu juga untuk bertukar cerita. Kamu tahu sendiri kita hanya bisa bertemu malam hari. Akhir pekan kadang kamu juga menghabiskan waktu mu bersama teman-teman mu," Ruby masih belum menyerah meminta waktu dari suaminya.

"Memang kamu mau cerita apa? Kehidupan kita kan baik-baik saja. Kamu bahagia bersama ku, aku juga bahagia bersama mu. Kalo kamu mau pergi sama teman-teman mu, aku tidak akan melarang,"

"Iya aku memang bahagia, tapi aku juga membutuhkan waktu mu untuk berbagi kebahagiaan dengan mu. Sean juga butuh perhatian mu, Mas."

"Sayang, kurang apalagi aku sama kamu dan Sean. Aku sudah memberikan segalanya. Tapi aku juga butuh waktu untuk diri ku sendiri. Waktu ku tidak melulu dengan kalian. Aku punya hobi. Dan aku tidak suka ada yang menentang hobi ku. Aku juga butuh hiburan untuk diriku sendiri."

Setiap kali Ruby membahas tentang prilakunya, Adnan selalu saja mengelak dan beralasan bahwa ia juga butuh hiburan setelah capek bekerja. Akhirnya Ruby hanya bisa memendam kekesalannya hanya dalam hatinya karena tidak ingin bertengkar dengan suaminya.

Entah sampai kapan Ruby harus memendam kekecewaannya. Mungkin suatu saat nanti kekecewaan itu akan menjadi bom waktu yang siap meledak sewaktu-waktu. Ruby mencoba untuk bersabar berharap Adnan akan berubah.

Setibanya di kantor suasana hati Ruby masih merasa kesal pada suaminya, Adnan. Sudah tiga tahun mereka menikah tapi Adnan masih saja tidak berubah dari sebelum mereka menikah. Adnan masih suka pergi bersama teman-temannya dan asik sendiri dengan dunianya hingga sering pulang malam dan sampai tidak pulang. Dari pernikahannya mereka di karuniai seorang putra yang baru berusia dua tahun yang bernama Sean.

“Kenapa kamu tidak pernah berubah, Mas? Tidak bisa kah aku dan Sean yang menjadi pengobat lelah mu?” Pikirannya melayang mendambakan suaminya berubah dan lebih perhatian terhadap keluarga.

Pikirannya melayang jauh mendambakan rumah tangga yang bahagia. Selama ini Ruby selalu memendam kekecewaannya pada Adnan sendiri. Sebenarnya ia sudah tidak kuat menanggung kecewa itu sendiri tapi setiap mau bicara pun akan selalu salah di mata Adnan.

Mau bercerita pun, cerita pada siapa? Ini adalah aib rumah tangganya. Ruby tidak ingin ada orang tahu permasalahan rumah tangganya.

“Woy, pagi-pagi sudah melamun, kenapa?” tanya Nita teman kerja Ruby.

“Kepo sekali sih Buk,” jawab Ruby mengelak.

“Laporan bulan ini harus di kirim ke kantor pusat, nanti kamu aja ya, aku tidak bisa,” pinta Nita.

“Iya, biar aku sekalian pulang saja,” jawab Ruby mengiyakan.

“Oke, terimakasih sayang,”

“Memang kamu mau kemana Nit?”

“Ada janji sama teman,”

“Teman apa teman nih?”

“Teman lah siapa lagi, haha,”

Ruby menggelengkan kepala mendengar jawaban Nita. Banyak gosip yang beredar bahwa Nita mempunyai selingkuhan di belakang suaminya. Tapi Ruby tidak pernah mengindahkan gosip itu, karena Nita tidak pernah bercerita apapun padanya.

Di jam istirahat Nita tampak sibuk menelepon dengan seseorang dan kerap seperti itu bahkan hampir setiap jam istirahat ia melakukan hal yang sama. Dan di jam kerja pun sering kali ia mendapatkan pesan yang membuat wajahnya mesem-mesem seperti yang sedang jatuh cinta. Ruby pikir mungkin itu bersama suaminya, karena Nita selalu menceritakan kemesraannya dengan suaminya.

Satu jam sebelum jam pulang Ruby bersiap-siap untuk pulang lebih awal karena akan mengantarkan berkas laporan ke kantor pusatnya yang berada agak jauh dari kantornya saat ini. Tapi menjadi lebih dekat ke arah rumahnya apabila melewati jalan memotong ke sana. Ini adalah kali pertama Ruby mengantarkan laporan ke kantor pusat karena biasanya Nita yang yang mengantarkannya.

Karena jalanan macet Ruby menelepon seseorang yang menangani laporan kantornya untuk menunggunya.

“Halo, saya Ruby yang mengantarkan berkas laporan dari kantor cabang BC. Maaf Pak saya terlambat karena jalanan macet, bisakah bapak menunggu sebentar?” ucapnya pada seseorang diujung telepon.

Setelah mendapat jawaban dari yang ia telepon akan menunggunya Ruby merasa lega.

Ruby melanjutkan kembali perjalanannya yang tersendat macet. Mobilnya maju perlahan, mungkin hanya satu meter per satu menit. Membuat Ruby bosan menyetir.

Akhirnya setelah telat tiga puluh menit Ruby sampai di kantor pusat. Ruby berjalan masuk tapi receptionisnya sepertinya sudah pulang. Ruby berjalan mencari ruangan yang di beritahukan sesuai dengan arahan Nita.

Dan akhirnya sampai dimana ruangan itu berada. Suasana kantornya tampak sepi karena sebagian besar karyawannya sudah pulang. Ruby membuka pintu dan dilihatnya ada seorang laki-laki yang sedang duduk di mejanya dan sibuk dengan berkas-berkas di depannya.

“Permisi, Pak. Apa saya bisa bertemu dengan Pak Beni? Saya dari Kantor cabang BC yang tadi menelpon,” ucap Ruby sopan.

Laki-laki itu memperhatikan Ruby dengan seksama dari bawah sampai ke atas kepala. Ia tersenyum. Senyum yang membuat hati wanita mana pun pasti tertarik dan meleleh dibuatnya.

“Oh ya, yang tadi telepon ya. Pak Beni sedang ke mushola. Sama saya juga bisa,” jawab laki-laki itu.

“Baiklah, ini Pak berkas laporannya,” menyodorkan berkas yang ia bawa.

"Baik. Silakan duduk! Saya periksa dulu laporannya" laki-laki itu mempersilahkan Ruby duduk di depan mejanya.

Laki-laki itu membuka berkas yang Ruby bawa dan mengecek tiap lembarnya. Tidak berselang lama Pak Beni datang.

“Bu Ruby, Bu Nita kemana?” sapa Pak Beni yang baru saja datang.

“Bu Nita ada keperluan, Pak. Jadi saya yang di tugaskan kesini,” jawab Ruby.

Pak Beni memang sering ke kantor cabang jadi Ruby sudah sangat mengenalnya.

Rekan Pak Beni sudah selesai mengecek Laporan yang Ruby bawa dan menyerahkannya pada Pak Beni.

“Kalo laporannya tidak ada masalah saya pamit undur diri,” pamit Ruby.

“Bu Ruby ini Pak Rega yang selanjutnya akan menangani laporan bulanan kantor cabang kita,” ucap Pak Beni memperkenalkan rekannya.

“Oh begitu, saya Ruby Pak,” ucapnya melayangkan senyum pada Rega yang menyodorkan tangannya untuk menjabat tangan Ruby dan Ruby menyambutnya.

“Rega,” tersenyum juga pada Ruby lalu mereka bersalaman.

NEXT >>>>>>

jgn lupa tinggalkan jejak kalian yah dengan like & comment di setiap episodenya.

Jadikan favorit juga kalo kalian suka dengan cerita ini.

Author menulis cerita ini hanya untuk di ambil hikmah dan pelajaran di dalam nya....

Jika ada hal negatif dalam cerita ini mohon untuk tidak di tiru ya teman-teman.

Semoga suka dengan ceritanya ya....

jangan lupa juga follow authornya...

😉🤗🤗

Terpopuler

Comments

Imas Maela

Imas Maela

mampir

2022-11-24

0

Umi Abi

Umi Abi

mampir 🚀🚀🚀

2022-11-23

0

Noorhikmah

Noorhikmah

nyimak nyimak nyimak

2021-08-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!