Cinta Untuk Gadis Madinah

Cinta Untuk Gadis Madinah

Episode 01

Ban berderit keras.

Bis antar provinsi berhenti secara mendadak di persimpangan jalan. Penumpang sampai terdorong ke depan dan membentur sandaran kursi. Lumayan keras. Keluhan kesal meluncur membentuk paduan suara.

Al turun dengan tergesa. Menghirup udara segar adalah satu-satunya kebutuhan saat ini.

Penumpang kebanyakan warga kampung dan tidak biasa dengan pendingin udara. Biasa menggunakan kipas bambu. Mereka banyak yang muntah-muntah dan buang tembakan diam-diam karena masuk angin. Bau tak sedap campur aduk seperti sampah busuk.

Benar-benar perjalanan yang menjengkelkan.

Menyesal Al sudah menolak kebaikan Aisyah yang bersedia mengantar secara sukarela. Naik sedan mewah bersama hijaber cantik tentu sangat menyenangkan. Wangi parfum mobil menyegarkan pernafasan.

Tapi Al tidak berani membawa perempuan pulang ke rumah. Di asrama saja, ia tidak pernah menerima tamu perempuan, padahal ada ruangan khusus untuk itu.

Menurutnya menerima tamu perempuan banyak negatifnya. Tugas kuliah cuma modus, padahal ingin berbagi rasa yang menggelincirkan iman, dan barangkali berlanjut ke dalam kamar jika kepala asrama tidak tegas.

Al tidak bermaksud menghujat mereka. Tanggung jawabnya sebagai teman hanya menyampaikan nasehat. Dilaksanakan atau tidak, urusan masing-masing. Mahasiswa penganut hidup bebas memanggilnya Mas USA, bukan United State of America, tapi Ustadz Sok Alim. Al cuma mengelus dada.

Lagi pula, rumahnya terlalu sederhana untuk tempat bermalam seorang crazy rich. Aisyah biasa mandi di bathtub dan shower bertirai emas. Nah, di rumahnya cuma ada satu kamar mandi untuk sekeluarga, dan pakai gayung kayu.

"Aku tidak enak pulang bawa perempuan," kata Al saat Aisyah mendesaknya. "Bukan oleh-oleh menarik buat orang tuaku."

"Kan cuma bawa pulang, bukan bawa masuk kamar," protes Aisyah. "Masa orang tuamu marah?"

"Marah sih tidak," ujar Al. "Tidak enak saja."

Ayah dan Ibu bukan orang tua ortodoks. Mereka tidak melarang pacaran. Tapi kedatangan Aisyah tentu membuat mereka kurang nyaman. Di kampung, perempuan berani melakukan perjalanan bukan bersama muhrim kesannya kurang baik.

"Hidup jadi ribet kalau banyak mendengar omongan orang," gerutu Aisyah. "Yang penting kitanya."

"Kamu dapat izin dari Abi?"

Al tahu ayahnya sangat ketat. Dia pasti menghubungi kampus kalau anaknya telat pulang. Aisyah kelihatannya saja seperti merpati bebas, padahal kehidupannya terkontrol.

"Tidak masalah," jawab Aisyah. "Asal bawa pendamping."

"Adikmu mau jadi pendamping?"

"Dia pasti mau karena sangat suka alam pedesaan."

Tapi mereka pasti tidak suka makanan kampung. Orang tuanya tidak sanggup untuk menyediakan hidangan yang harganya ratusan ribu sekali makan. Seminggu saja mereka liburan di rumahnya, sudah ada barang terjual.

"Terus aku mengenalkan kamu ke orang tua sebagai apa?" tanya Al.

"Terserah."

"Pacar tidak mungkin. Tidak ada kamusnya di keluargamu. Tahunya ta'aruf."

"Nah, itu saja."

"Lulus saja belum."

"Jadi tunggu lulus?"

Jeleknya Al adalah suka memberi harapan palsu, meski sekedar untuk menyenangkan hati. The King of PHP kadang disandangnya.

"Jangan bicarakan hari yang belum tentu kita sampai."

Al tidak mau Aisyah berbunga-bunga membangun mimpi, tidak juga menutup harapan. Tiada seorangpun tahu apa yang terjadi di hari nanti.

"Ada yang cemburu ya kalau aku liburan di rumahmu?" selidik Aisyah penasaran. "Ada yang rindu di kampung?"

Alasan utama menolak tawaran Aisyah sebenarnya untuk menjaga hal itu. Kehadirannya pasti mengacaukan suasana kalau ratu kecil menanggung perasaan yang sama.

Ratu kecil adalah julukan Riany di masa anak-anak. Ia adalah musuh bebuyutannya dan terpaksa jadi pengantin cilik karena kalah dalam sebuah permainan.

Entah bagaimana kabarnya sekarang. Lama sekali mereka tidak bertemu. Tapi Al masih ingat raut wajahnya.

Sejak lulus SD, Al melanjutkan sekolah di Yogya. Tinggal bersama Oma sampai lulus SMA. Setelah kuliah pindah ke asrama karena jaraknya lumayan jauh ke kampus. Kini sudah tingkat akhir.

Al kadang iri pada teman kuliahnya kalau liburan tiba. Lin Wei pergi ke Hawaii, berselancar di pantai Waikiki pasti sangat mengasyikkan setelah enam bulan berkencan dengan buku. Wulandari sudah jauh-jauh hari pesan tiket promo ke Dubai. Rivaldo bahkan sudah terbang ke Las Vegas.

Sementara Al pulang saja butuh perjuangan. Antri beli tiket, berdesak-desakan, banyak copet.

Maka itu dia tidak pernah pulang.

Liburan di Yogya lebih seru. Lesehan di Malioboro sambil mendengarkan musik jalanan sungguh nikmat.

Di rumah sepi, tidak ada hiburan. Sekalinya ramai, suara Ibu ngomel-ngomel.

Orang tuanya kadang berkunjung. Ayah begitu mengagumi kota Yogya, barangkali karena perempuan yang dicintainya berasal dari sana.

Ayah mengajukan pensiun dini enam tahun lalu dan beralih profesi jadi petani buah. Mencari kehidupan yang lebih baik adalah harga mati, agar namanya tidak terpuruk di mata keluarga Ibu yang kaya raya.

Al mengayunkan langkah menelusuri trotoar di bawah pohon peneduh yang berderet rapi, sehingga terlindung dari sengatan matahari.

Ada rasa tak percaya di hatinya walau sering menerima kabar dari ibunya lewat SMS. Kalau Ayah hobinya kirim surat, mentang-mentang mantan tukang pos.

Pembangunan telah menyulap wajah kampung jadi demikian elok. Rumah megah bermunculan di sepanjang jalan. Satu dua kendaraan mewah parkir di halaman. Barangkali sekarang sulit mendengar suara jangkrik atau kungkung kodok, ladang dan huma tergusur oleh minimarket dan gerai kuliner.

Sebuah motor sport yang berhenti melintang tajam secara tiba-tiba di hadapan Al menerbangkan segenap rasa kagumnya.

"Kok jalan kaki?" tanya Arya sambil menggerungkan gas memekakkan telinga. "Angkutan umum kan banyak?"

Sejak tadi angkutan umum silih berganti membunyikan klakson. Taksi tinggal stop. Tapi Al mau lihat-lihat kampung halaman, lihat-lihat kantong juga. Yang tersisa di dompet, hanya KTP dan kartu mahasiswa.

Al memperhatikan motor yang ditumpangi adiknya. Model baru. Mahal pula. Ayah tentu pikir-pikir untuk mengeluarkan uang sebanyak itu. Lagi pula uang dari mana? Lusuhnya kertas surat yang dikirim ke Yogya menandakan ayahnya belum terbebas dari kesulitan ekonomi. Tapi Arya banyak akalnya.

"Motor siapa?" tanya Al.

"Motor aku dong," sahut Arya bangga. "Masa motor Ariel Noah?"

"Kamu bisanya cuma menyusahkan orang tua."

Arya pasti merengek minta dibelikan motor. Ia pasti mengancam mogok sekolah kalau permintaannya tidak dipenuhi, dan Ayah bisa berkorban apa saja kalau sudah urusan sekolah.

"Bukan aku yang minta," kata Arya ketika motornya sudah melaju membelah senja. "Gubernur."

"Bercanda."

"Gubernur yang membangun jalan ini. Namanya jalan raya buat lalu-lalang kendaraan. Pejalan kaki tempatnya di trotoar. Nah, kita terpaksa harus keluar modal daripada rebutan sama kaki lima dan Satpol PP."

"Kecil-kecil pintar cari kambing hitam. Mau jadi apa kalau sudah besar?"

"Asal jangan jadi kambing hitam."

Arya melambatkan laju motor dan menghidupkan lampu sen, kemudian belok memasuki pintu gerbang yang terbuka dan berhenti di jalan marmer dekat kran taman.

"Mampir di rumah siapa?" tanya Al heran. "Yang punya rental motor?"

Rumah ini sangat megah, bertingkat, modelnya unik dan menarik, dikelilingi taman yang indah.

"Sepuluh tahun meninggalkan kampung membuat kakak betul-betul lupa alamat rumah sendiri."

"Jadi...ini rumah kita?"

Al bengong. Bagaimana mereka bisa tinggal di istana?

Terpopuler

Comments

N Hayati

N Hayati

next

2022-03-22

2

Muhammad Al Fatih Lubis

Muhammad Al Fatih Lubis

kerennnn

2022-03-20

1

Nun

Nun

Terima kasih, kak.

2022-03-19

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 01
2 Episode 02
3 Episode 03
4 Episode 04
5 Episode 05
6 Episode 06
7 Episode 07
8 Episode 08
9 Episode 09
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
120 Episode 120
121 Episode 121
122 Episode 122
123 Episode 123
124 Episode 124
125 Episode 125
126 Episode 126
127 Episode 127
128 Episode 128
129 Episode 129
130 Episode 130
131 Episode 131
132 Episode 132
133 Episode 133
134 Episode 134
135 Episode 135
136 Episode 136
137 Episode 137
138 Ucapan Terima Kasih
Episodes

Updated 138 Episodes

1
Episode 01
2
Episode 02
3
Episode 03
4
Episode 04
5
Episode 05
6
Episode 06
7
Episode 07
8
Episode 08
9
Episode 09
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119
120
Episode 120
121
Episode 121
122
Episode 122
123
Episode 123
124
Episode 124
125
Episode 125
126
Episode 126
127
Episode 127
128
Episode 128
129
Episode 129
130
Episode 130
131
Episode 131
132
Episode 132
133
Episode 133
134
Episode 134
135
Episode 135
136
Episode 136
137
Episode 137
138
Ucapan Terima Kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!