Episode 05

Baru beberapa jam di rumah, Al sudah merasakan perbedaan.

Rumah mewah tapi tidak memewahkan kehidupan di dalamnya. Kaya kecurigaan dan miskin kebersamaan.

Mereka mencari kesenangan sendiri-sendiri, meninggalkan nilai kebersamaan yang sudah lama dipupuk.

Opa dan Jennifer pulang ke Jakarta untuk siap-siap berangkat ke Dubai. Dua sejoli berbeda usia itu baru sempat bulan madu karena menunggu suasana adem. Padahal badai tidak akan sirna di hati Oma. Dia hanya menahan diri. Malu ribut di usia senja.

Ayah main bulu tangkis di bawah curiga Ibu. Lapangannya dekat rumah Fatimah. Dia seakan tidak percaya diri kalau pesona alami yang dimiliki dapat mengikat kesetiaan suami. Maka itu dia kirim tukang kebun untuk melaporkan setiap kejadian sekecil apapun. Tidak terpikir olehnya kalau mata-mata itu bisa saja berkhianat.

Arya pergi entah ke mana. Dia sudah sibuk chat sejak sore, dan selesai shalat Isya langsung pergi dengan motornya.

Al khawatir adiknya terjerumus dalam pergaulan bebas. Maka itu dikirim chat agar bisa menjaga kehormatan keluarga. Gang motor akan tamat kalau nasehatnya tidak diindahkan.

Al duduk santai di kursi taman sambil memperhatikan kedai bakso di seberang jalan.

Aroma sedap yang terbawa angin sedikit mengurangi kegersangan musim kemarau. Sinar rembulan malu-malu menyelinap di antara lampu jalan yang berbaris rapi sepanjang trotoar, menyapa cahaya warna-warni yang terpancar dari rumah penduduk. Bebukitan tampak menghitam di kejauhan. Lalu lalang kendaraan meramaikan malam. Membuat betah mata yang memandang.

Al tidak kenal pengunjung yang keluar masuk kedai. Ibu pandai juga membaca peluang bisnis. Kampung ini mulai ramai didatangi kaum urban.

"Ibu kira ikut adikmu jalan-jalan." Bu Haikal yang hendak mengontrol kedai mampir dan duduk di hadapannya. "Lihat pemandangan di malam hari."

"Paling lihat hantu gentayangan."

"Hantu-hantu diturunkan dari pohon, dedemit kehilangan situ. Dibangun supermarket, diskotik, karaoke, tempat manusia gentayangan."

Setiap pembangunan tentu ada yang jadi korban, entah lingkungan atau apa. Sulit untuk menampung semua keinginan dan mewujudkan dalam satu tujuan. Kampung tidak maju-maju. Pemerintah desa sudah mengambil kebijakan sesuai kearifan lokal.

"Perkebunan kita di kampung tetangga sudah mulai dilirik developer," kata Bu Haikal.

"Untuk proyek apa?"

"Lapangan golf."

Lapangan golf di tengah kampung bisa menimbulkan kecemburuan sosial kalau kurang sosialisasi. Tidak jadi tempat gembala sapi saja sudah untung. Dia berharap warga jadi penonton yang baik. Lebih bagus dapat berperan aktif dalam setiap pembangunan, karena pendidikan mereka rata-rata tidak rendah.

"Ada rencana dijual?" tanya Al ingin tahu.

"Ada," jawab Bu Haikal. "Ayah lagi mencari lahan alternatif. Sebagian hasil penjualan tanah perkebunan akan diinvestasikan untuk usaha lain."

"Buat apa sih punya duit banyak-banyak?" komentar Al seakan tidak setuju dengan rencana itu. "Semakin kaya semakin berat tanggung jawab di akhirat."

"Buat masa depan kalian. Ibu tidak yakin Arya bisa memperoleh pekerjaan yang dapat mencukupi kebutuhannya."

Arya lagi, pikir Al jemu. Kehidupan adiknya mirip selebritis. Semua pakaian bermerek. Motor tidak cukup satu. Mentok sama Ayah, minta ke Opa. Kemarin dibelikan mobil sport sebagai hadiah ulang tahun. Dia tidak tahu kalau pemberian itu adalah modus. Opa mencari dukungan agar Jennifer diterima jadi anggota keluarga.

"Sekarang Arya pergi ke mana?" selidik Al. "Anak itu tidak betah sekali di rumah."

"Katanya ada cacing."

"Chatting."

"Sekalian beli serbet."

"Nge-date. Jauh banget."

"Apa sih itu?”

Ini konyolnya Arya. Dia menggunakan bahasa slang untuk memperdaya orang tua. Baginya yang penting keluar izin untuk pergi main.

Al memandang ibunya dengan tak percaya. "Ibu tidak tahu arti nge-date, tapi diizinkan pergi?"

"Malam Minggu Ibu kasih kemerdekaan."

"Pacaran juga?"

"Prinsipnya Ibu tak keberatan, asal tidak mengganggu sekolah, dan yang penting pacaran bersih.”

“Pacaran apa cleaning service pakai istilah bersih segala?”

"Ibu sudah tahu pacarnya siapa, keluarganya bagaimana. Nomor kontaknya ada. Itu syaratnya kalau ingin dapat izin dari Ibu."

Kemudian Bu Haikal menatap puteranya dengan selidik. "Buat apa tanya-tanya? Sudah punya calon?"

"Calon pacar?"

"Mahasiswa tingkat akhir masa calon pacar? Calon istri!"

Al mengusap-usap kepala. “Gimana ya?”

"Yang penting satu golongan."

"Satu agama kali."

"Tidak cukup.” Bu Haikal mengamati anaknya bolak-balik. "Ibu sebenarnya curiga. Ibu perhatikan kamu tidak lepas dari wudhu."

“Bagus kan?”

“Sejak kapan itu?”

“Sejak ada niat.”

“Niat apa?”

“Menjaga kesucian hati.”

“Tidak lepas dari zikir harusnya.”

“Zikir bisa lepas kalau hati tidak suci.”

“Dan dimulai dari mensucikan tubuh?”

“Betul.”

“Terus?”

“Di dalam tubuh yang kotor sulit tertanam hati yang bersih. Wudhu adalah hijab dari maksiat dunia. Kalau kelakuannya begitu-begitu juga, berarti ada apa-apa dengan wudhunya."

“Selain itu?”

“Menjaga dari maksiat akhirat juga.”

“Maksudnya?”

“Beribadah bukan karena Allah, tapi ada kepentingan semenjana."

“Apa lagi?”

"Aku ingin dipanggil Allah dalam keadaan suci."

Bu Haikal kaget. Matanya memandang lekat-lekat.

“Betapa indahnya jika dalam keadaan berpuasa juga," kata Al berharap. "Mati dalam keadaan termuliakan."

"Cah bagus," desis Bu Haikal bergetar. Sorot matanya berubah sendu. "Ada apa sebenarnya? Kamu punya penyakit apa?”

Al memandang tak mengerti. “Maksud Ibu?”

"Ada apa ngomong-ngomong soal mati? Kamu masih muda, cah bagus. Satu-satunya harapan Ibu yang ikhlas merawat Ibu kalau sudah jompo nanti."

"Mati tidak menunggu tua. Mati bisa di setiap waktu."

"Kalau bisa Ibu duluan."

Al tersenyum. "Siapa saja bisa duluan. Aku sehat kok. Tidak mengidap penyakit apa-apa.”

Keresahan di wajah Bu Haikal mencair. Sekali lagi dia memperhatikan anaknya bolak-balik.

“Apa lagi, Bu?” pandang Al sabar.

"Tampilan kamu lain. Celana di atas tumit. Kamu masuk golongan mereka?"

"Golongan apa?"

“Celana itu mulai banyak dipakai pemuda kampung.”

“Berarti nge-trend.”

“Nge-trend apa? Jadi musuh warga!"

“Kok bisa?”

"Islam radikal."

Al tersenyum sedikit. "Model celana tidak ada hubungan dengan paham atau golongan tertentu. Itu budaya, intinya menutup aurat. Al pakai celana ngatung supaya tidak kena debu jalanan, yang belum tentu suci. Sekarang musim kemarau. Al sering jalan kaki dan shalat di masjid mana saja kalau sudah tiba waktunya."

"Alhamdulillah."

"Hilangkan anggapan itu."

"Anggapan apa?"

"Islam adalah Islam. Tidak ada embel-embelnya. Sebutan itu hanya membuat umat terkotak-kotak. Radikal adalah sebutan bagi kelompok tertentu yang mengambil garis keras dan berseberangan dengan tatanan kehidupan yang ada. Jadi orangnya yang radikal, bukan agamanya."

"Kepala desa menyebutnya begitu."

"Beliau memandang dari aspek kemajemukan yang ada, pemeluk Islam berbeda-beda golongan, sehingga bisa teridentifikasi secara jelas."

"Jadi jangan menghubungkan perilaku tertentu dengan agama tertentu?"

"Betul. Al kuatir Ibu mendirikan Islam waru doyong karena perilaku segelintir warga yang memberi sesajen di pohon waru angker. Mereka mau memberi sesajen silakan saja, tapi jangan dipaksakan untuk diakui oleh agama."

Bu Haikal kembali ke persoalan awal. "Jadi belum punya calon?”

“Ibu ada calon?” Al balik bertanya.

“Cocok apa sama gadis kampung?”

“Aku orang kampung.”

Tiba-tiba saja Al menyesal memberi peluang kepada ibunya. Bagaimana kalau pilihannya tidak cocok?

Tapi syukurlah Ibu belum ada calon.

“Di kampus tidak ada pilihan?”

Al tersenyum, membuat ibunya jadi penasaran.

Episodes
1 Episode 01
2 Episode 02
3 Episode 03
4 Episode 04
5 Episode 05
6 Episode 06
7 Episode 07
8 Episode 08
9 Episode 09
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
120 Episode 120
121 Episode 121
122 Episode 122
123 Episode 123
124 Episode 124
125 Episode 125
126 Episode 126
127 Episode 127
128 Episode 128
129 Episode 129
130 Episode 130
131 Episode 131
132 Episode 132
133 Episode 133
134 Episode 134
135 Episode 135
136 Episode 136
137 Episode 137
138 Ucapan Terima Kasih
Episodes

Updated 138 Episodes

1
Episode 01
2
Episode 02
3
Episode 03
4
Episode 04
5
Episode 05
6
Episode 06
7
Episode 07
8
Episode 08
9
Episode 09
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119
120
Episode 120
121
Episode 121
122
Episode 122
123
Episode 123
124
Episode 124
125
Episode 125
126
Episode 126
127
Episode 127
128
Episode 128
129
Episode 129
130
Episode 130
131
Episode 131
132
Episode 132
133
Episode 133
134
Episode 134
135
Episode 135
136
Episode 136
137
Episode 137
138
Ucapan Terima Kasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!