The Privacy Life Of My Secretary
Cast:
Ayumi Giselle (Giselle)
Aiden Lorenza Fernando (Aiden)
Seorang wanita berpakaian formal, tengah membereskan meja kerjanya yang mulai berserakan. Dia adalah Giselle. Wanita yang dahulunya bukan siapa-siapa, kini menjadi seorang sekretaris di sebuah perusahaan terkenal.
Wanita itu terlihat membereskan kumpulan berkas, membuang sampah plastik dari sisa makanan ringan yang sudah tidak digunakan, sampah kertas dan lain sebagainya.
Setelah pekerjaannya sebagai seorang sekertaris selesai, Giselle terlihat mengemasi beberapa barang yang akan dibawa pulang, seperti laptop dan tas kecil yang berisikan alat make-up yang selalu ia bawa kemana-mana.
Oh. Jangan lupakan tas elegan cantik yang ia tenteng dengan harga yang terbilang cukup fantastis. Tidak. Giselle tidak mampu membeli tas mahal itu. Tas mahal tersebut adalah hadiah dari bossnya, Aiden. Hadiah atas keberhasilan wanita itu menjadi sekretarisnya selama tiga bulan.
Sungguh baik, bukan?
"Hm... Apa lagi, ya?" Giselle terlihat berpikir keras, sembari terus menatap lekat kearah meja kerjanya yang terlihat rapi.
"Oh, iya. Hp gue, mana?" Giselle terlihat membulatkan mata, kemudian mengobrak-abrik tasnya, lalu lanjut ke laci di meja, namun tak mendapatkan apa-apa.
"Ck. Sial. Hp gue dimana? Masa iya, hilang?" gerutu Giselle sembari berkacak pinggang di hadapan meja kerja.
"Nyari apaan, Selle?" sebuah sahutan berat, mampu mengalihkan perhatian Giselle.
Giselle yang semula posisinya acak-acakan, kini berubah menjadi formal kembali. Wajah nya menunduk hormat.
"Gak usah hormat-hormat! Bersikap biasa saja, bisa?"
Mendengar sahutan dari pria yang tak lain adalah Aiden, bosnya sendiri, sontak membuat Giselle mengangguk perlahan kemudian merubah posisinya menjadi lebih santai.
"Kamu nyari apaan?" ulang Aiden.
"Ponsel saya hilang, Pak! Bapak lihat ponsel saya, tidak?"
Menghela napas, kemudian Aiden terlihat berpikir.
"Oh. Yang warna putih itu, ya?" tebak Aiden, ketika sebuah ingatan kecil melintasi otaknya.
"Nah! Dimana? Bapak yang naruh, ya?" Giselle nampak bersemangat menjawab. Namun, raut wajah Aiden malah terlihat tertawa. Apa-apaan?
"Emangnya... Di dalem ponsel kamu ada apaan?" bukannya menjawab apa yang ditanyakan sang sekertaris padanya, sang boss malah terlihat kepo. Seolah ingin tahu, apa isi dari ponsel sekretarisnya.
Tersenyum paksa, Giselle lalu mendengus panjang. Ia berusaha untuk sabar menghadapi sikap kepo Aiden yang selalu berlaku pada dirinya.
"Hm... Gak ada yang penting, kok. Cuman... Saya sangat butuh ponsel itu. Kalau saya tidak memegang ponsel, nanti saya tidak bisa menghubungi seseorang."
Aiden terlihat berdiri sembari melipat kedua tangan di depan dada. Dahinya nampak berkerut. Dengan kedua mata yang sengaja disipitkan.
"Seseorang nya itu siapa?"
Yeelah!
Mulai lagi sifat kepo nya!
Ah, bisa gak si, gua punya boss jangan yang kepoan kek gini???- batin Giselle memohon.
Kembali mengembuskan napas, Giselle lalu tersenyum paksa dihadapan sang boss.
"Bukan siapa-siapa. Hanya orangtua saja dan... Beberapa teman."
Aiden terlihat mengangguk-anggukan kepalanya. Seolah paham dengan apa yang dimaksud oleh Giselle.
"Tapi, saya gak tahu dimana ponsel kamu!"
Senyuman paksa yang ditampilkan Giselle, langsung menghilang seketika. Jawaban dari bosnya yang satu ini sungguh membuat dirinya naik darah.
Lha, kalo gak tahu, ngapain sok-sok an nanya? Dasar boss tukang php!
"Tapi kalo kamu cek di ruangan saya, mungkin ada." lalu pria itu melenggang memasuki ruangannya kembali setelah mengucapkan kalimatnya.
Disisi lain, Giselle terdiam memaku. Namun tak lama kemudian, Giselle mulai menyadarkan dirinya dan memasuki ruang kerja bosnya.
"Cepat cari! Saya beri waktu sepuluh menit untuk kamu mencari hp kamu! Saya sudah ingin pulang!" perintah dari Aiden langsung saja Giselle beraksi mencari dimana ponselnya.
Di sudut ruangan, tidak ada. Di sofa, tidak ada. Di meja bosnya, masih tidak ada. Seketika, Giselle kesal dibuatnya. Dimana lagi ia harus mencari ponselnya?
"Kenapa gak cari di kamar saya aja?" itu suara Aiden. Lagi-lagi pria itu berujar pada Giselle.
"Kamar Bapak?" ulang Giselle. Tidak paham maksud dari perkataan Aiden.
Ponselnya kan hilang saat di kantor. Kenapa Giselle harus mencarinya di kamar bosnya yang bahkan rumah bosnya saja Giselle tak pernah ia kunjungi. Bagaimana ponselnya bisa berada—
"Maksud saya kamar yang di ruangan ini. Jangan mikir kejauhan." sela Aiden, seolah tahu isi otak sekertarisnya.
Giselle mengangguk paham, lalu detik berikutnya, wanita itu mulai memasuki kamar yang dikatakan Aiden tadi.
Hal pertama yang Giselle lakukan adalah menyingkap selimut, namun tidak ada. Lalu mencari-cari di bawah bantal, masih tidak ada. Di laci nakas, dan masih tidak ada.
Giselle pusing dibuatnya. Hanya karena sebuah benda tipis persegi panjang, ia terlihat frustasi.
Yah, bagaimana tidak frustasi? Ponsel dengan harga selangit dengan logo apel gigit di belakangnya, hilang entah kemana.
"Kenapa gak telepon aja pake ponsel saya?"
Sebuah usulan dari bosnya yang entah sejak kapan, orang itu sudah berada tepat di belakang tubuhnya. Sangat dekat, hingga Giselle pun merasa sedikit sulit untuk bernapas.
Giselle ingin membalikan tubuhnya ke belakang, namun ia takut tubuhnya dengan dada bidang bosnya bertabrakan. Ia sudah tahu akan jadi seperti apa nantinya jika—
"Lha? Ponsel kamu ada di ruang kerja saya kayaknya," suara Aiden menghentikan pemikiran Giselle tentang mereka.
Dengan gerakan cepat, Giselle berlari keluar dari kamar itu tanpa menghiraukan bosnya dari belakang.
"Lha, tadi gak ada disini?" gerutu Giselle kesal. Ternyata ponselnya berada diatas meja dekat sofa.
Sial. Sumpah demi apapun, Giselle tadi sudah memeriksanya disana. Tapi kenapa tidal ada? Dan sekarang? Mendadak ada disana!?
Giselle mulai curiga terhadap bosnya. Jangan-jangan, Aiden yang menyembunyikan ponselnya?
Ditatapnya penuh intimidasi kearah Aiden yang terlihat santai mengunci kamar yang tadi mereka masuki, lalu memakai kembali jas formal berwarna navy itu di tubuhnya.
Dasi yang semula menggantung ketat di kerah lehernya, kini dilonggarkan sedikit, membuat pemandangan yang tidak pernah Giselle lihat sebelumnya, kini ia menyaksikannya dengan jelas.
Giselle yang awalnya akan mengintimidasi Aiden dengan tatapan mematikannya yang seolah tahu letak kebohongan seseorang, kini wanita itu mulai mengalihkan tatapan intimidasi itu dengan tatapan kagum dan—
"Ngapain kamu mandang-mandang saya?"
Jederr
Seketika itu juga, Giselle ketahuan sedang menatap bosnya dengan tatapan memuja.
Astaga!
Apa gue udah gila?
Mandangin bos sendiri yang notabennya sexy pake banget, aeh, malah ditatap! Udah tahu ganteng plus sexy! Eh, astagfirullah. Dimana harga diri lo, Selle? Giselle mengutuk dirinya sendiri dalam hati.
Hampir saja ia terpesona dengan— lupakan.
"Ma-maaf, Pak. Sepertinya saya akan pulang duluan, permisi." Giselle yang terburu-buru ingin pergi, langsung keluar dari ruang Aiden dengan langkah cepat lalu menyambar barang-barang yang akan ia bawa pulang.
Disisi lain, Aiden tengah tergelak menertawakan sekertarisnya yang terpesona akan tubuhnya yang kelewat sexy.
"Heh, lihat saja nanti, Selle. Saya akan buat kamu bertekuk lutut di hadapan saya,"
To be continue...
Mau lanjut kah? Satu episode dulu aakh... Biar bikini penasaran:* mau di up berapa eps!?😂
Btw, jan lupa tinggalin jejaknya dungs. Like, comments and vote, thank you:*
bantu vote cover nya yuk!
kira2 lebih cocokan yg mna nih!?
komen pke nomor yaa...
1.ini yg aku pke skrng
2.ini yg bikin bingung nih
3.yg ini sama yg atas picture ny sma, cmn beda bentuk text nya doang
4.atau yg ini ya?
komen yaaa... komenan kalian itu membantu bgt!!! okey, see you next time:*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Roberto Rino
v
2021-07-12
0
Yusup Priyono
3
2020-12-31
0
Sena
no 2
awal yg menarik, lucu...
punya bos iseng bngt y...
jejak...
2020-11-10
0