#2. Ajakan Makan Malam

"Gimana? Enak, gak?" sahut Aiden, ketika dirinya dan juga sang sekretaris tengah melakukan acara sarapan disebuah restaurant.

Oh, mungkin sekarang sudah bukan pagi lagi, tidak cocok disebut sarapan. Anggap saja, makan siang pengganti sarapan.

"Ehm... Enak banget, Pak! Saya baru tahu kalo di deket gedung kantor ada restaurant yang makanannya enak banget kayak gini," ujar Giselle sembari mengunyah makanannya hingga kuah dan bumbu dari makanan itu tertinggal sebagian diujung bibir wanita itu.

Aiden yang melihatnya hanya tertawa kecil. Sekretarisnya ini memang memiliki sisi unik yang tidak dimiliki wanita mana pun.

Wanita lain yang biasanya akan memesan makanan yang mahal dan mewah, dengan gaya makannya yang tentu terbilang elegan, tapi itu tidak berlaku bagi Giselle.

Saat Aiden tadi menyuruhnya memesan apapun yang dia mau, Aiden berpikir, pasti wanita itu akan memesan makanan mahal yang kelihatannya unik. Tapi dalam hati, Aiden tidak masalah. Keluar uang segitu mah, bukan apa-apa! Tapi yang membuatnya kagum sekaligus terkejut, wanita itu memesan kuah soto dengan di dalamnya terlihat seperti tulang hewan.

Hei! Kenapa Aiden baru tahu, kalau di restaurant mewah ini juga ada sajian kuah soto!?

Dan, yah. Aiden semakin terkejut saat melihat betapa lahapnya wanita itu melahap kuah soto yang disatukan dengan nasi putih. Giselle tidak terlihat jaim, malah wanita itu terlihat masa bodo dengan lingkungan sekitarnya yang melihat betapa lahapnya dia makan.

"Pelan-pelan makannya," Aiden lalu menyodorkan es teh pesanannya kearah Giselle yang terlihat menjeda dahulu acara mengunyahnya.

"Hm, kok makanannya belum di makan, Pak?" tanya Giselle, setelah membersihkan mulut dan bibirnya dengan tisu yang tersedia disana.

"Ini juga mau di makan. Cuman, saya tadi lagi asyik merhatiin kamu yang makannya lahap banget," Aiden lalu menyunggingkan senyuman manisnya yang selalu dia tampilkan hanya pada orang tertentu saja. Khususnya ya, Giselle.

Giselle membeku mendapat jawaban jujur sekaligus senyuman manis dari bosnya. Jawaban yang sungguh membuat jantungnya berpacu dua kalu lipat dari biasanya.

Tak sadar, pikirannya berasumsi, apa si bos suka sama gue?

"Eh!" tiba-tiba Giselle tersadar akan apa yang baru saja ia pikirkan dalam otaknya.

Mana mungkin dia suka sama lo, Selle. Palingan cuman becanda doang, batinnya mulai menjauhkan pikiran aneh tentang bosnya.

Setelah cukup lama bergelut dengan pikirannya, Giselle kembali melanjutkan sesi makannya tanpa suara.

****

"Oh iya, Selle!" panggilan dari Aiden ketika dia dan juga sang sekretaris tengah berada di dalam mobil, hendak menuju gedung kantor setelah menyelesaikan acara makan mereka di restaurant tadi.

"Iya, Pak?" jawab Giselle yang berada duduk di samping Aiden.

"Kabar mama gimana?"

"Mama saya?" tanya Giselle memastikan, Aiden hanya mengangguk sembari terus fokus pada jalanan di depannya.

"Baik. Tapi, masih perlu di rawat di rumah sakit. Kata dokter, masih perlu perawatan lebih," ujarnya yang mendapat anggukan dari Aiden.

"Kapan kamu mau jengukin mama?" tanya Aiden lagi. Giselle terlihat berpikir sejenak, lalu melirik sekilas kearah bosnya yang tengah sibuk memerhatikan jalanan di depan.

"Hm, besok pagi, mungkin." jawab Giselle. Sontak Aiden mengerutkan dahinya sembari melirik sekilas kearah Giselle.

"Mungkin?!" beonya. Giselle terlihat tersenyum ragu sembari menunduk menatap kedua tangannya yang ia taruh diatas pangkuannya.

"Iya, Pak. Takutnya ada pekerjaan mendadak yang mengharuskan saya membantu Bapak. Jadi.., tergantung kondisi." Aiden tampak manggut-manggut di tempat seraya terus fokus menyetir.

"Ajak saya juga, ya," ucap Aiden tiba-tiba.

"Ma-maksudnya?"

"Iya. Ajakin saya juga pas jengukin mamanya," 'kan dia calon mama mertua saya, tambah Aiden dalam hati.

Ingin pria itu berkata kalimat itu langsung, tapi ia sadar. Pasti sekretarisnya akan menganggap perkataannya adalah lelucon. Mengingat, selera humor Aiden selalu tinggi jika berdua saja dengan Giselle.

"Hm... Boleh. Itu pun, kalau Bapak gak keberatan," jawab Giselle seraya memamerkan deretan gigi putihnya yang rapi.

Aiden melihat itu. Wajah berseri-seri dari sekretarisnya yang selalu mampu menghipnotis Aiden dimanapun dan kapanpun. Giselle memang selalu cantik, batin Aiden.

"Saya gak akan keberatan. Toh, saya yang mau," balas Aiden. Lalu setelahnya, suasana di dalam mobil menjadi sunyi.

****

Sorenya, pukul 17:00

Ting!

Bunyi notif dari sebuah ponsel berwarna putih dengan logo apel gigit di belakangnya, membuat seorang wanita yang sibuk dengan layar komputer di hadapannya, menoleh sejenak kearah benda pipih persegi panjang itu.

Chelsea? Batin sang wanita sedikit terkejut. Wanita yang tak lain adalah Giselle itupun langsung meraih handphone-nya untuk membuka pesan dari Chelsea, yang tak lain adalah sahabatnya semenjak SMA sampai saat ini.

Chelsea

Seseeeeellll...

Giselle tertawa kecil membaca chat WhatsApp dari Chelsea. Ia tidak berniat membalasnya. Hem, biarkan ibu dua anak itu yang terus menghubunginya. Pikir Giselle.

Chelsea

Ih, kok di read doang sih?

Chelsea

Bales, elaah...

Giselle

Yooy! Apaan Bu?

Giselle terkikik geli menatap balasan yang baru saja ia kirim pada ibu dua anak itu. Karena belum mendapat balasan apapun, Giselle menaruh kembali handphone-nya di tempat semula.

Ting!

Sebuah notif WhatsApp kembali terdengar. Giselle menghela napasnya sebelum wanita itu membuka pesan chat itu.

Chelsea

Nnti malem ada wktu gk?

Giselle

Jam berpa?

Chelsea

Jam 7 malem!?

Giselle

Hem, keknya enggk. Knpa?

Chelsea

Mkan malem di rumah gue yuk! Skalian, ajak bos lo itcuu...

Giselle menahan tawanya ketika membaca balasan terakhir yang dikirimkan Chelsea padanya. Ia ingin tertawa terbahak-bahak, namun ia masih ingat, dimana ia sekarang.

"Udah punya dua anak, masih aja sok gaul ngomongnya. Pake lo-gue lagi," dumel Giselle, sembari mencebikkan bibirnya. Lalu ia pun kembali membalas pesan chat itu.

Giselle

Ada acara apa nih😃

Tmben lo ngajakin gue?

Chelsea

Ada deng!😋

Pokoknya lo hrus dteng!

Titikkk

"Idih! Pake bales emot, lagi." gumam Giselle.

Tanpa terasa, Giselle dan Chelsea saling membalas chattingan sampai setengah jam lamanya. Dan tanpa sadar juga, Giselle sudah melupakan beberapa tugasnya yang harus segera di kumpulkan besok pagi-pagi sekali.

Dan tanpa sepengetahuannya, sedari sepuluh menit yang lalu, seseorang tengah berdiri diambang pintu bertuliskan CEO dengan pakaian yang hanya mengenakan kemeja putih polos dengan bagian lengan yang di gulung hingga sampai siku. Dan jangan lupa, kedua lengannya yang dilipat di depan dada, sembari menyandarkan punggungnya ke tembok. Oh, jangan lupakan juga sebuah kacamata oval yang sengaja dipakai sedikit melorot yang bertengger di tulang hidungnya. Kedua matanya sedari tadi tak henti-hentinya menatap lekat gerak-gerik sang sekretaris yang terlihat asyik dengan layar handphone-nya yang terus menyala.

"Sudah selesai?" sahut Aiden tiba-tiba.

Giselle yang tengah sibuk dengan dunianya sendiri pun terkejut mendengat sahutan itu. Sampai-sampai, handphone ditangannya terlepas begitu saja dari genggaman.

"E-eh? Pak?" pekik Giselle gugup. Mendapati sang bos alias CEO-nya a.k.a Aiden, tengah berada di hadapan, berdiri sembari menyandarkan punggungnya di tembok dengan kedua lengan yang sepertinya sengaja di lipat di depan dada.

"Dokumen yang saya suruh kamu kerjakan, sudah selesai?" tanya Aiden datar. Tidak seperti biasanya.

Duh... Pasti si bos marah ini! ****** gue mampuuusss!!! Giselle membatin.

"Se-sedikit lagi, Pak!" jawab Giselle sembari menegakkan cara berdirinya dan menundukan kepala.

Aiden pun manggut-manggut di tempat, lalu merubah posisi santai dengan berdiri sembari membetulkan kacamata ovalnya.

"Dibiarkan dulu juga tidak apa-apa. Meating-nya diundur jadi tiga hari ke depan. Kamu masih punya waktu," ujar Aiden. Lalu menyunggingkan senyuman manis pada Giselle. Seolah, bahwa raut wajah dinginnya yang tadi adalah sebiah lelucon yang hanya ingin mengerjai sang sekretaris dengan tampang dinginnya.

"Ini sudah sore. Kamu gak pulang?" sahut Aiden, ketika wanita di hadapannya ini tidak mengeluarkan kata-kata setelah apa yang ia katakan sebelumnya.

"H-hah? E-eh, pulang?" ulang Giselle yang mendapat anggukan kepala dari Aiden.

"Jadwal kerja saya sudah tidak ada lagi, kamu bisa pulang hari ini. Jangan lupa mandi terus bersiap setelah dari kantor. Jam setengah tujuh malam saya jemput," ucap Aiden sembari tersenyum, lalu melenggang memasuki ruangan CEO. Meninggalkan Giselle yang terdiam melongo di tempat. Wanita itu belum paham dengan apa yang diucapkan bosnya barusan.

"Dijemput?" beonya. Lalu ia segera menggelengkan kepala untuk mengenyahkan lebih lanjut tentang ucapan bosnya barusan.

Mkan malem di rumah gue yuk! Skalian, ajak bos lo itcuu...

Seketika, bayangan salah satu pesan chat dari Chelsea tiba-tiba saja terputar otomatis di otaknya. Giselle lalu membulatkan kedua matanya, seakan baru tersadar bahwa ucapan dari Aiden, berhubungan dengan isi pesan chat dari Chelsea.

Apa jangan-jangan... Si bos mau ngajakin gue pergi bareng ke rumah Chelsea?

"Masa sih!" gumam Giselle dengan nada suara yang cukup keras.

Tak lama, wanita itu tersadar lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru lorong kantor.

Tidak ada siapa-siapa!

Selamat...

Gak ada yang menyaksikan tingkah aneh dirinya.

Epilog:

"Sayang?" panggil Kenan pada sang istri yang tengah sibuk menyusui Kenzo di kamar keduanya.

"Hm?" jawab Chelsea sembari melirik sekilas kearah suaminya. Kenan.

"Kamu jadi mau ajakin temen kamu itu, buat makan malem bareng kita?,"

"Iya, emang kenapa? Gak pa-pa, 'kan? Kamu juga sekalian suruh temen kamu yang dari Swiss itu, siapa sih, namanya," ujar Chelsea sedikit tak ingat dengan nama sahabat dari Kenan yang sempat datang menjenguknya ketika di rumah sakit tiga bulan yang lalu.

"Aiden? Tenang aja, udah aku ajak kok sayang," kata Kenan. Lalu tiba-tiba saja ia memeluk erat tubuh istrinya.

Chelsea sedikit kaget. Diliriknya Kenzo sang anak, sudah terlelap digendongannya.

"Jangan peluk tiba-tiba gitu dong, sayang. Gimana kalo Kenzo bangun? Udah tahu anaknya yang bungsu ini manja banget kayak kamu," cetus Chelsea. Lalu beranjak dari tempat tidur, hendak menidurkan sang anak di dalam boks bayi yang berisikan Kanza yang masih setia terlelap.

"Kamu mah manjain Kenzo mulu. Manjain akunya kapan," ucap Kenan sok sedih sembari memanyunkan bibirnya.

"Kapan-kapan," balas Chelsea jutek. Lalu kembali kearah tempat tidur, hendak merebahkan dirinya sejenak, karena dilihatnya jam masih sore. Masih ada waktu untuk istirahat satu jam.

Kenan yang melihat istrinya sudah menyelimuti diri, ikut masuk ke dalam selimut lalu memeluk tubuh istrinya yang berbaring membelakanginya.

"Kalo mau tidur tuh, ngajak-ngajak dong, sayang. Jangan main sendiri aja, gak seru." bisik Kenan. Tepat di depan telinga Chelsea.

To be continue...

Nihh... Siapa yg kangeun Kenan Chelsea???? Aku sih kangen pke bgttt!!! Hehee, jdi aku msukin part Chelsea Kenan ny kesini. Cmn beberapa kata kok. Gk banyakk!!

Jan lupa tinggalin jejakkk!!!

Aiden

Giselle

Chelsea

Kenan

Terpopuler

Comments

Rina Safitri kelas XII BB1 no 08

Rina Safitri kelas XII BB1 no 08

pemain laki² nya EXO smua

2020-10-18

0

Indayani Amien

Indayani Amien

kenan sama chelsie ganteng dan shantik

2020-07-29

0

Apriyanti Banne

Apriyanti Banne

kalau liat orang ganteng2 itu langsung meleleh 🤭🤭🤭

2020-06-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!