Pukul setengah delapan malam, Kenan, Chelsea, Mama Lucy, Aiden dan Giselle baru saja menyelesaikan acara makan malam. Waktu setengah jam mereka lakukan untuk menikmati hidangan makan malam yang dibuat Chelsea. Dan waktu setengah jamnya lagi, mereka lakukan untuk sekedar mengobrol ringan di meja makan.
Setelah cukup puas mengobrol, akhirnya mereka menyudahi acara mengobrol itu dengan Chelsea dan Giselle yang berkutat di dapur—membereskan dan mencuci alat makan dan perabotan yang mereka gunakan sebagai makan malam barusan.
Sedangkan Kenan dan Aiden menghabiskan waktu dengan bermain game playstation di ruang tengah. Berseru jika mereka mendapat kemenangan, dan mengeluh jika mereka kalah —seakan keduanya adalah sepasang anak kecil yang bermain bebas di dalam rumah bersama sahabatnya.
Namun kenyataan sesungguhnya, keduanya sudah bukan lagi anak kecil. Bahkan salah satunya sudah memiliki bayi kecil. Namun tingkah keduanya benar-benar di luar nalar.
"Udahan, ah. Males gue kalah mulu dari tadi," ujar Aiden. Sembari meletakan alat yang tadi ia gunakan untuk bermain game.
"Yeeh, gampang nyerah lu." celetuk Kenan. Aiden hanya mengendikkan bahu tak peduli.
"Jadi gini nih, kalo semisalnya lo nembak si Giselle tapi dianya gak punya rasa sama lo, lo bakal langsung nyerah gitu aja? Hah, cemen lu." tambah Kenan.
Aiden tampak membulatkan matanya kearah Kenan yang terlihat meminum sejumput kopinya yang ia ambil di atas meja.
Aiden lalu melirik kiri-kanan. Atas-bawah. Depan-belakang. Lalu kembali menatap Kenan sengit.
"Lo jangan ngasal kalo ngomong! Gimana kalo ada yang denger?"
Kenan tergelak mendengar ucapan Aiden yang terlihat marah dan menggebu. Diliriknya, Aiden tengah menatapnya tajam. Membuat tawa Kenan berhenti sejenak.
"Terus kenapa kalo ada yang denger?" tanya Kenan santai. Sembari menaikan sebelah kaki kirinya keatas kaki kanannya.
"Yah, jangan lah. 'Kan gak enak kalo ketahuan sama dia-nya!" ucap Aiden. Kenan mengangkat sebelah alisnya.
"Dia siapa?" tanya Kenan sok polos.
Sebenarnya, Kenan hanya ingin mempermainkan Aiden. Sahabatnya itu terlihat begitu malu-malu ketika membahas soal Giselle. Sekretaris yang dia rekrut sendiri untuk menggantikan kerja Rose yang dipecat karena kesalahan wanita itu sendiri.
Kenan tahu tentang masalah itu dari Aiden. Pria itu adalah sosok yang agak cerewet dan terbuka. Semua masalah ataupun tentang kesehariannya selalu dia curahkan pada Kenan. Sahabatnya semasa kecil dulu yang terpisah disaat usia Kenan menginjak tujuh tahun dan usia Aiden waktu itu yang menginjak delapan tahun.
Dan lagi. Masalah tentang Aiden melarikan diri dari Swiss karena tidak mau dijodohkan dengan gadis model yang katanya sangat cantik itu. Ia mengeluh pada Kenan. Ingin kabur, katanya waktu itu. Dan balasan dari Kenan hanyalah tertawa ngakak membuat Aiden kesal. Bukannya membantu, malah bahagia di atas penderitaan orang lain.
Back to topic.
Aiden mendengus. Menatap tajam Kenan dengan sepasang matanya yang sipit, bak oppa-oppa Korea.
Ganteng? Banget malah. Tapi sifatnya aja yang ngeselin. Cerewet is number one.
"Gue tinju tuh muka, tahu rasa lu Ken," geram Aiden. Sembari menunjukkan sebuah kepalan tangannya di udara.
Kenan kembali tertawa ngakak.
"Tinju aja kalo berani!" tantang Kenan, bergurau. "Kalo lo ninju gue, berati lo udah siap dong, diceramahin bini gue? Secara 'kan, dia itu sayang plus cinta banget sama gue. Dia gak akan rela kalo lihat suami tercintanya babak belur," tambah Kenan. Aiden berdecih.
"Lo bener-bener kagak berubah! Masih sama PDnya kek waktu kecil." cetus Aiden. Kenan terlihat menimbang isi pikirannya.
"Yang mana?" tanya Kenan lupa.
"Yang waktu lo dibeliin sepada baru oleh bokap lo itu. Yang warnanya merah sama hitam," ucap Aiden lagi. Kenan nampak menerawang kembali ke sama itu.
Flashback on
Siang itu, cuaca terlihat begitu cerah dan kering. Seorang anak lelaki yang mengenakan seragam sekolah dasar baru saja pulang dari sekolah, langsung berlari berhamburan menuju sebuah rumah mewah yang berdiri megah di hadapan rumah mewahnya.
Anak lelaki itu tak memedulikan sang sopir pribadi yang menyahutinya beberapa kali yang baru saja selesai mengantarnya pulang dengan selamat menuju rumah. Anak itu malah dengan angkuhnya melambaikan tangan pada sang sopir tanpa berbalik menatap pria itu.
"KEN!!! KAMU ADA DI RUMAH KAN? KEEEN!!! KEEEN HALLOOO!!!" teriak anak lelaki itu sembari menggedor-gedor pintu rumah mewah nan megah di hadapannya. Tak sedikitpun terbesit rasa malu atas apa yang ia lakukan saat ini.
Tak lama, pintu megah itu terbuka. Tampak seorang anak lelaki dengan wajah datarnya membukakan pintu untuk anak lelaki itu yang baru saja berhasil mengganggu hari indahnya.
"Apaan?" tanya anak itu, yang tak lain adalah Kenan.
"Jutek bener." cebik anak lelaki itu sedikit merasa kesal. "Main, yuk!" ajak nya dengan antusias. Raut wajah kesal itu tiba-tiba saja berganti dengan raut gembira.
Kenan menatap anak lelaki itu dari ujung kaki hingga ujung rambut. Lalu setelahnya, Kenan berdecak beberapa kali sembari menggeleng pelan kepalanya.
"Ganti baju dulu sana," suruh Kenan. Anak lelaki itu tampak kembali mencebik kesal.
"Iya, nanti. Tapi main dulu," keukeuh anak lelaki itu yang tak lain adalah Aiden. Anak lelaki itu baru menginjak kelas satu SD. Sedangkan Kenan, dia belum bersekolah sama sekali. Zaman dulu belum ada semacam TK.
"Oke!" balas Kenan antusias. Raut wajah datarnya langsung berubuah ceria.
"Maen sepedahan, yuk! Papiku baru beliin sepada baru! Warnanya merah hitam. Katanya beli langsung dari Malaysia. Keren, kan?" celoteh Kenan, sembari berjalan kearah samping rumahnya untuk mengambil sepeda yang katanya baru itu.
"Idih, songongnya kumat!" desis Aiden.
"Apaan sih, papi aku sayang banget sama aku. Makanya dia beliin aku sepeda baru. Dia tuh gak tega liat anaknya maen cuman sama ikan koki di dalam akuarium doang!" ungkapnya dengan kepercayaan diri yang tinggi.
Ya, bisa kita ketahui bahwa mainan Kenan saat itu hanya seekor ikan koki berwarna emas yang hanya tinggal di dalam akuarium ukuran kecil. Lumayanlah kalo buat satu ekor ikan kecil doang mah.
"Ikan segitu mah, di goreng juga nggak enak." cetus Aiden, sembari menatap lekat sahabatnya yang mulai menaiki sepeda roda dua mini yang hanya khusus untuk anak kecil.
"Ikan begitu mana bisa di goreng!?" nada bicara Kenan berubah garang. Lalu menatap Aiden yang berdiri di belakangnya.
"Yuk, naik! Kita jalan-jalan ke taman situ!" ajak Kenan.
Aiden lalu dengan senang hati menaiki sepeda itu dan duduk di belakang.
Diperjalanan menuju taman, mereka terus bergurau, bercanda, tertawa dan mengoceh bersama. Padahal mereka berbeda usia. Aiden sudah masuk SD. Sedangkan Kenan belum. Tapi keduanya begutu akrab hingga saat mereka beranjak dewasa pun tetap begitu.
Flashback off
Kenan tertawa ketika kembali mengingat kejadian itu. Aiden pun sama. Pria itu juga ikut tertawa saat mengingat betapa nakalnya dirinya dulu.
"Masa kecil emang selalu indah!" ucap Kenan tiba-tiba. Tawa keduanya pun luntur seketika.
"Hem. Sekarang juga indah," ungkap Aiden. Sembari menatap lampu besar nan mewah yang menggantung di langit-langit ruang tengah mansion Kenan.
"Yeh, kalo beneran indah, ngapain lo balik ke Jakarta lagi? Udah sono, tinggal aja selamanya di Swiss. Nikah sono sama cewek yang dipilihin keluarga lo," ujar Kenan menyindir. Dan yang disindir hanya tertawa sarkas.
"Gue udah gak bisa ngitung lagi. Gak tahu udah berapa kali gue pulang-pergi dari Swiss-Jakarta, Jakarta-Swiss." ucap Aiden random. Kenan menatapnya jengah.
"Kagak tahu berapa kali, yang jelas gue gak mau ngitung." ketus Kenan.
Hening tiba-tiba saja menjalar dikeduanya. Tak ada yang mengoceh atau bahkan membalas ucapan lagi. Mereka berdua terdiam beberapa saat.
"Ken!" Panggil Aiden akhirnya. Kenan melirik sekilas kearah Aiden sembari mengangkat dagu, kode sebagai jawaban dari sahutan itu— tanpa berniat menjawabnya.
"Gue mau curhat!" ungkapnya. Kenan tampak mencari kenyamanan dalam posisi duduknya.
"Ngomong aja,"
"Gue suka sama Giselle!" ucap Aiden pelan. Kenan hanya menghela napas mendengarnya.
"Udah tahu, gak usah diulang!" Jutek Kenan. "Lo 'kan udah pernah bilang waktu itu. Lo jujur sama gue kalo lo itu jatuh cinta pada pandangan pertama sama Giselle," tambah Kenan mendramatisir.
"Gimana? Cewek yang gue kenalin cantik, 'kan?" tanya Kenan meledek. Ini adalah pertanyaan yang entah keberapa kalinya pria itu lontarkan pada Aiden.
Aiden terkekeh pelan, lalu mengangguk sebagai jawaban. "Cantik, pake banget. Manis juga, jadi tambah sayang." gumamnya tanpa sadar, membuat Kenan tertawa ngakak mendengarnya.
Sifat kekanakan Aiden sedari dulu memang tidak pernah berubah. Yang berubah hanya dirinya yang berpenampilan dewasa. Tapi tetap saja, pemikirannya jauh lebih dewasa Kenan yang bahkan lebih muda dirinya ketimbang Aiden.
"Kalo sayang, pacarin! Terus bawa ke keluarga besar lo yang di Swiss itu. Bilang; ini calon istriku, gak usah jodoh-jodohin lagi sama Hiyumi." papar Kenan, kembali mendramatisir pengucapan kata-kata nya.
Aiden hanya tertawa sarkas menanggapi. "Ngomong gitu doang mah mudah. Coba kalo ngomong kek gitunya beneran di hadapan keluarga besar? Gue yakin. Kalo itu lo, lo pasti auto gemeteran, Ken!"
"Apalagi si Hiyumi itu model sekaligus aktris. Dia itu pinter banget kalo akting di depan keluarga besar gue. Sekali gue ngomong begitu, dia bakal sok-sokan nangis darah." tambah Aiden.
"Di jodohin cewek Jepang kagak mau! Giliran nemu yang lokal, otw cinta." dumel Kenan pelan. Namun Aiden masih bisa mendengarnya.
"Dia bukan asli Jepang. Blasteran Jepang-Amerika. Namanya aja Hiyumi Carlottha," ralat Aiden. Kenan yang awalnya jengah, kini beralih menatapnya terkejut.
"Nah! Berarti setengah bule, dong! Yang kayak gitu, lo kagak mau? Heran gue sama lo!"
"Lo gak tahu sifat aslinya kayak gimana. Kek bocah, tahu gak?" ucapan Aiden, sontak dibalas pelototan kaget oleh Kenan.
****
Setelah cukup lama Aiden dan Giselle berada di rumah mewah kediaman Kenan, mereka akhirnya undur diri untuk pamit pulang.
Giselle yang selama beberapa jam tidak kelihatan, ternyata setelah ditanya oleh Aiden, wanita itu menjawab bahwa dia habis menemani Chelsea mengobrol di lantai atas.
"Kita pamit duluan, Tante, Ken, sama Chelsea," pamit Aiden diselingi senyum manis yang terpajang di wajahnya.
"Gak nginep?" pertanyaan Mama Lucy dibalas delikan tajam oleh Kenan. Chelsea yang menyadari tingkah Kenan pun menyiku perut pria itu yang kebetulan tengah berdiri di sampingnya.
"Enggak, Tante. Lain kali aja. Takut gangguin Kenan sama Chelsea yang mau mesra-mesraan," celetuk Aiden sembari menatap sok manis kearah Kenan. Dan yang ditatap hanta cungar-cengir di tempat.
"Ya udah, hati-hati di jalan, ya." ujar Mama Lucy yang diangguki Aiden dan Giselle secara bersamaan.
"Kita pamit pulang ya, Tante," pamit Giselle yang diangguki Mama Lucy.
"Salam buat mama kamu, ya." ucap Mama Lucy. Giselle mengangguk.
"Permisi." pamitnya lagi sembari melengos—menghampiri mobil Aiden yang terparkir di halaman depan mansion.
Tak selang berapa lama, mobil itu melaju pelan, meninggalkan pekarangan rumah megah itu.
"Mami mau masuk dulu." ucap Mama Lucy tiba-tiba, setelah kepergian Aiden dan Giselle dari rumahnya.
Kenan dan Chelsea saling pandang, lalu saling tertawa kecil kearah masing-masing. Entah apa yang sedang mereka tertawakan saat ini.
Tiba-tiba saja, Kenan merangkul mesra istrinya sembari membisikkan beberapa kalimat yang membuat wanita itu terkejut bukan main. Sampai pada saatnya mereka mengobrol, sampailah mereka di dalam kamar mereka.
"Kamu serius, Ken? Aiden suka sama Giselle?" pertanyaan dari Chelsea ditanggapi anggukan kepala oleh Kenan.
"Emang gimana pas ngomong sukanya itu?" tanya Chelsea lagi, sembari merebahkan diri di tempat tidur samping Kenan.
"Yah gitu. Blak-blakan. Gak pernah disaring, alias langsung to the point." jawab Kenan. Lalu mendekatkan posisi tidurnya kearah Chelsea.
"Jadi.., Giselle-nya gimana?" tanya Kenan.
"Em... Dia kalo aku tanya soal punya perasaan gak sama Aiden, dia malah jawabnya yah gitu. Malu-malu kocheng,"
"Dih, kocheng. Bahasa apaan, tuh?" Kenan tertawa ngakak, namun segera dihentikan oleh wanita itu—dengan satu tangannya yang menutup mulut Kenan.
"Besok aja lanjutinnya, aku ngantuk." bisik Chelsea. Kenan hanya mengangguk patuh, lalu memejamkan mata ketika melihat Chelsea juga mulai memejamkan matanya.
To be continue...
Upnya sore yah!!!
Mau kemaren, tpi batre ny abis dipake begadang. Mau tadi pagi, tpi dipake nugas. Jdinya skrng deh, mhehe.
Jan lupa tinggalin jejak, uwwuuu...:*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Sartini Cilacap
Penasaran apakah Aiden mau mengucapkan perasaan nya kepada Giselle
2020-04-29
0
Alfani29
ditunggu lanjutannya y...
2020-04-17
0
Feri Setiawan
up juga akhir ny .....point ny yusul thour
2020-04-17
0